TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kecanduan Seks Parah, Ini 7 Fakta Gangguan Hiperseksual 

Orang yang mengalaminya sulit mengontrol hasrat seksual

ilustrasi infeksi jamur pada penis (pixabay.com/derneuemann)

Cukup asing di telinga, gangguan hiperseksual sebenarnya sudah bisa ditebak artinya hanya dari padanan kata yang digunakan. Benar, istilah ini merujuk pada gangguan seseorang yang mengalami kecanduan seks. Ada pula yang mengartikannya sebagai dorongan seksual yang luar biasa tinggi. 

Walaupun masih belum jelas klasifikasinya, untuk saat ini, hiperseksual dapat digolongkan sebagai masalah psikologis. Untuk memahaminya secara lebih lanjut, simak penjelasan berikut. 

1. Hiperseksual adalah masalah kecanduan seks yang mengkhawatirkan

ilustrasi seks (freepik.com/ijeab)

Seperti yang dipaparkan sebelumnya, hiperseksual merupakan kondisi di mana seseorang kecanduan seks. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikannya sebagai kelainan impuls. Jadi, perilaku ini ditandai dengan kegagalan untuk mengendalikan impuls atau dorongan seksual yang intens. Akibatnya, penderita akan melakukan aktivitas seksual secara berulang.  

Layaknya mayoritas masalah kecanduan, gangguan ini sulit dikontrol dan menyebabkan stres pada penderitanya. Terlebih lagi, ketika aktivitas seksual sudah menjadi fokus utama, ini akan mengganggu semua aspek kehidupan. Mulai dari pekerjaan, kesehatan fisik dan mental, hubungan dengan orang lain, hingga hal yang seharusnya menjadi tanggung jawab. 

2. Macam-macam perilaku yang menandakan kecenderungan hiperseksual

ilustrasi penis (pexels.com/Deon Black)

Jika dideskripsikan secara lebih dalam, sebenarnya hiperseksual tidak hanya terbatas tentang seks dalam artian hubungan badan. Masalah ini juga mencakup beberapa perilaku seperti di bawah ini:

  • Fantasi seksual yang datang secara berlebihan;
  • Dorongan masturbasi yang besar;
  • Konsumsi pornografi;
  • Melakukan seks bebas yang tidak aman;
  • Cybersex atau seks dengan orang lain secara online;
  • Sering menggunakan jasa pekerja seks.

Dilansir Medical News Today, seseorang dengan kecenderungan hiperseksual sulit untuk mengontrol hasratnya. Akibatnya, mereka melakukan aktivitas-aktivitas yang disebutkan di atas secara intens dan berlebihan. 

Contohnya, dalam sehari, penderita hiperseksual bisa melakukan hubungan badan dengan lebih dari satu orang secara berkali-kali. Begitu pula dengan masturbasi, konsumsi pornografi, dan lainnya. Kehidupan seksualnya menjadi fokus utama sehingga aspek lain pun tidak dihiraukan. 

Baca Juga: 7 Makanan Ini Bisa Mengatasi Aroma Vagina yang Tak Sedap dan Menyengat

3. Gejala hiperseksual yang harus diwaspadai

ilustrasi pasangan di atas kasur (freepik.com/wayhomestudio)

Menurut laporan Mayo Clinic dan Medical News Today, ada beberapa gejala yang bisa mengindikasikan perilaku hiperseksual atau yang sering juga disebut sebagai perilaku seksual kompulsif. Berikut ini di antaranya:

  • Memiliki fantasi, dorongan, dan perilaku seksual yang intens sehingga kamu menghabiskan banyak waktu untuk memuaskan diri. Kamu juga merasa tidak memiliki kontrol akan dorongan tersebut;
  • Aktivitas seksual mengganggu kegiatan sehari-hari karena dilakukan secara berlebihan;
  • Menjadikan aktivitas seksual sebagai pelarian dari stres, kecemasan, rasa kesepian, depresi, dan beban hidup lainnya;
  • Berulang kali berusaha untuk menguranginya tapi gagal;
  • Selalu terdorong untuk melakukan aktivitas seksual ini tapi merasa bersalah setelahnya;
  • Fantasi, dorongan, dan perilaku seksual tidak dipengaruhi oleh obat apa pun;
  • Tidak memedulikan keamanan dari praktik seksual yang dijalani, seperti risiko infeksi menular seksual dan lainnya;
  • Telah mengalami gejala-gejala di atas selama kurang lebih 6 bulan;
  • Sulit untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

4. Penyebab hiperseksual masih belum bisa ditentukan

ilustrasi laki-laki sedih (freepik.com/jcomp)

Tak seperti kecanduan obat-obatan, kita sulit untuk menentukan apa penyebab pasti dari gangguan hiperseksual. Dilansir Psychology Today, masalah ini bisa terjadi karena perpaduan beberapa faktor, seperti pengalaman traumatis, tekanan, dan gangguan psikologis lain.

Gangguan psikologis yang dimaksud bisa beragam, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Laporan dari Medical News Today mengatakan bahwa manusia memiliki coping mechanism (cara mengatasi) yang berbeda terhadap depresi. Orang yang mengalami hiperseksual bisa mengalihkan pikiran dari hal-hal buruk melalui seks. 

Sementara dari sisi medis, hiperseksual juga bisa dipengaruhi oleh gangguan pada otak. Dilansir Mayo Clinic, berikut ini di antaranya:

  • Terdapat ketidakseimbangan kimia di otak. Hormon seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin yang terlalu tinggi bisa mendorong perilaku seksual berlebihan ini. Padahal dalam kondisi normal, ketiganya dibutuhkan untuk menciptakan perasaan bahagia;
  • Perubahan jalur pada otak. Walau belum bisa dipastikan, hiperseksual kemungkinan didorong oleh perubahan sirkuit saraf otak. Ketika hasrat seksual semakin dituruti, tubuh akan membutuhkan aktivitas yang lebih intens agar mendapatkan kepuasan;
  • Masalah kesehatan yang memengaruhi otak. Penyakit tertentu seperti epilepsi dan demensia bisa mengganggu bagian otak tertentu sehingga hiperseksual terjadi. 

5. Faktor risiko yang mendorong perilaku hiperseksual

ilustrasi kekerasan terhadap perempuan (pexels.com/Alex Green)

Walaupun hiperseksual bisa dialami oleh siapa pun tanpa pandang bulu, ada beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko perilaku ini. Di antaranya:

  • Memiliki masalah kecanduan alkohol atau obat-obatan terlarang;
  • Memiliki gangguan psikologis;
  • Memiliki riwayat kecanduan hal atau perilaku lainnya;
  • Mengalami konflik dengan keluarga atau memiliki anggota keluarga dengan kecanduan tertentu;
  • Terdapat riwayat kekerasan seksual di hidupnya dalam bentuk apa pun. 

6. Memiliki keterkaitan dengan ADHD

ilustrasi orang sulit fokus (freepik.com/nakaridore)

Hiperseksual juga memiliki keterkaitan dengan attention deficit hyperactivity disorder atau yang dikenal pula sebagai ADHD. Ini merupakan kondisi di mana seseorang mengalami beberapa macam gejala, seperti perilaku impulsif, hiperaktivitas, dan kesulitan untuk memerhatikan sesuatu. 

Dilansir Healthline, ternyata bagi sebagian penderita ADHD, stimulasi seksual adalah salah satu cara untuk membuat diri lebih tenang dan mengurangi gejala kondisi tersebut. Namun, jika terus dilakukan, aktivitas tersebut bisa berubah menjadi kecenderungan hiperseksual.

Apalagi, penderita ADHD dapat bertindak secara impulsif. Hal ini meningkatkan risiko untuk kecanduan dan melakukan aktivitas seks berisiko, misalnya seks tanpa penggunaan kondom. 

Baca Juga: 7 Penyebab Gatal di Selangkangan untuk Perempuan, Jangan Asal Duga

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya