TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apakah Edging Sehat? Berikut Fakta dan Penjelasannya

Teknik ini dilakukan untuk menahan orgasme saat bercinta

ilustrasi ejakulasi saat orgasme (pexels.com/deon black)

Edging jadi salah satu opsi yang bisa membantu mengulur ejakulasi pada laki-laki. Menerapkan teknik ini dapat membantu menambah durasi bercinta bersama pasangan. Selain itu, teknik edging juga dipercaya mampu menciptakan orgasme panggul pada laki-laki.

Jika benar manfaatnya demikian, lantas apakah edging sehat untuk dilakukan? Yuk, ulik lebih dalam terkait teknik menahan ejakulasi ini dan apa saja risikonya.

Sekilas tentang teknik edging

Teknik edging diartikan sebagai tindakan menunda orgasme. Sederhananya, teknik ini diawali dengan rangsangan seksual. Lalu, ketika pasangan hendak mencapai titik klimaks, diberikan stimulasi yang menahan proses tersebut. Proses ini bisa diterapkan secara berulang hingga akhirnya mencapai puncak kepuasan.

Konon, teknik ini bertujuan untuk mempertahankan durasi seks agar lebih lama. Termasuk jika kamu menginginkan orgasme bersamaan dengan pasangan. Gak cuma kepuasan, teknik edging bahkan digunakan sebagai pengobatan untuk menghindari ejakulasi dini, sebagaimana disebutkan dalam Journal of Sexual Medicine.

Cara menerapkan teknik edging pun terbilang sederhana. Kamu hanya perlu mendapatkan rangsangan seksual seperti biasa. Lalu, saat hendak mencapai klimaks, cubit ujung penis untuk menghentikan sensasi orgasme. Ulangi cara tersebut, berikan rangsangan, dan tahan hingga merasa waktu yang diinginkan untuk melakukannya. 

Baca Juga: 4 Manfaat Menelan Sperma dan Boleh Tidaknya Dilakukan

Apa yang terjadi pada tubuh saat menahan orgasme?

ilustrasi cairan mani (unsplash.com/dainis graveris)

Ketika mendapatkan stimulasi berupa pikiran erotis hingga sensorik, tubuh akan merespons dan memicu gairah. Otak pun mengirimkan impuls keinginan dari saraf panggul ke arteri yang ada di penis. Hasilnya, volume darah meningkat dan menyebabkan penis mengembang atau disebut ereksi.

Setelah mendapatkan rangsangan yang cukup dan siap mencapai klimaks, tubuh pun mulai mempersiapkan tahapan ejakulasi yang lebih sering terjadi pada laki-laki. Saraf otonom pada sumsum tulang belakang memicu otot-otot prostat berkontraksi dan mendorong sekresi prostat ke dalam uretra.

Pada bagian akhir, otot leher pada kandung kemih tertutup dan otot vas deferens serta vesikula seminalis bekerja memompa cairan keluar dari uretra. Nah, tahap inilah yang disebut ejakulasi. 

Lalu, apa yang terjadi jika sengaja menunda ejakulasi saat orgasme? Menerapkan teknik edging gak akan mengembalikan air mani ke tempat semula atau masuk ke kandung kemih. Umumnya, cairan sperma akan tetap keluar begitu saja atau terakumulasi saat seseorang melepaskan klimaksnya.

Mitos dan kekeliruan tentang teknik edging

ilustrasi teknik edging dalam aktivitas seks (pexels.comAndrea Piacquadio)

Edging sering dikaitkan atau disamakan dengan kondisi penundaan ejakulasi lainnya. Di antaranya yakni ejakulasi dini, anorgasmia, dan ejakulasi retrograde. Namun, bagaimana penjelasan sebenarnya?

Dilansir Healthline, teknik edging alias metode stop-start ini sebetulnya telah digunakan sejak 1956 untuk terapi ejakulasi dini. Ejakulasi dini sendiri merupakan kondisi ketika seseorang mencapai klimaks walau baru bercinta sebentar. Penyebabnya bisa karena faktor genetik maupun kecemasan.

Teknik edging berbeda dengan anorgasmia atau orgasme tertunda. Seseorang yang menerapkan edging berarti sengaja menghalangi ejakulasi hingga beberapa saat. Namun, mereka akan melepaskannya saat menghendakinya. Bedanya, anorgasmia merupakan kondisi seseorang gak bisa mencapai orgasme sama sekali. 

Adapun ejakulasi retrograde merupakan salah satu bentuk keluarnya cairan ketika seseorang mengalami orgasme. Ejakulasi retrograde terjadi ketika otot-otot di uretra gagal berkontraksi dengan benar dan menyebabkan air mani kembali ke kandung kemih. Hal ini terjadi akibat kerusakan saraf yang terkait dengan kondisi lain seperti diabetes, multiple sclerosis, hingga penyakit parkinson.

Kesalahpahaman lain yang sering muncul dan dikaitkan dengan teknik edging adalah risiko hipertensi epididimis. Kondisi ini juga mendapat julukan ‘bola biru’ karena ditandai dengan perubahan warna pada area penis atau testis. Hal ini memang mungkin terjadi, tetapi bersifat sementara.

Baca Juga: 7 Kebiasaan agar Penis Tidak Bau dan Terjaga Kebersihannya 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya