TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Orgasmolepsy, Kondisi Lumpuh saat Orgasme

Kondisi langka saat berhubungan seksual atau orgasme

ilustrasi hubungan seksual (unsplash.com/Womanizer Toys)

Orgasmolepsy adalah kondisi langka yang membuat seseorang tiba-tiba mengalami kelumpuhan otot saat berhubungan seksual atau orgasme. Fenomena ini masih diteliti. Namun, menurut laporan dalam jurnal Neurology, diperkirakan 3 dari 75 pasien yang diteliti mengalami orgasmolepsy.

Fenomena ini tentunya memiliki dampak yang bermacam-macam bagi penderitanya. Diagnosis untuk kondisi ini juga butuh pendekatan serta penanganan khusus dari para ahli.

Lantas, apa penyebab orgasmolepsy? Bagaimana penanganannya? Simak fakta menariknya di bawah ini yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Dipicu oleh rangsangan emosi

ilustrasi emosi (unsplash.com/Tengyart)

Orgasmolepsy adalah salah satu bentuk dari katapleksi. Katapleksi adalah kondisi saat seseorang kehilangan atau melemahnya fungsi otot yang dipicu oleh rangsangan emosi yang kuat, seperti tertawa, menangis, ataupun marah.

Hubungan seks bisa menjadi pemicu yang kuat bagi orang dengan katapleksi. Seks dan orgasme merupakan pengalaman yang sangat intens dan emosional. Saat berhubungan seks, tubuh akan mengeluarkan banyak hormon dan merangsang berbagai macam perasaan. Inilah yang akhirnya memicu orgasmolepsy.

Efek kelumpuhan yang terjadi akan berbeda-beda tergantung tingkat keparahan setiap orang. Kelumpuhan otot bisa terjadi di seluruh tubuh atau hanya di bagian tertentu. Durasi kelumpuhan juga bisa bervariasi bagi setiap penderitanya. 

Baca Juga: 5 Hal Aneh setelah Orgasme yang Bisa Terjadi, Pernah Mengalaminya?

2. Penyebab internal dan eksternal

ilustrasi otak dan saraf manusia (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Akar penyebab dari orgasmolepsy datang dari faktor internal dan eksternal. Untuk penyebab internal, beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini antara lain adalah gangguan autoimun, tidak adanya sel tertentu dalam otak, dan faktor genetik. Walaupun penyebabnya bervariasi, tetapi hampir semua penderitanya tidak mempunyai bagian otak yang memproduksi hormon orexin.

Untuk faktor eksternal, kondisi ini bisa terjadi jika seseorang mengalami cedera yang mengakibatkan kerusakan signifikan pada saraf dan otak. Hal ini juga bisa diakibatkan oleh tumor ataupun penyakit yang menyerang area tersebut. 

3. Berkaitan dengan narkolepsi

ilustrasi siklus tidur (unsplash.com/Zhang Kaiyv)

Orgasmolepsy dan katapleksi memiliki kaitan yang erat dengan narkolepsi. Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang menyebabkan kantuk luar biasa pada siang hari.

Orgasmolepsy dan katapleksi bisa masuk ke dalam kategori narkolepsi tipe 1, tetapi bukan berarti penderita orang dengan orgasmolepsy dan katapleksi akan selalu mengidap narkolepsi tipe 1. Diagnosis akurat akan sangat dibutuhkan untuk menentukannya.

Perbedaan signifikan antara narkolepsi dan orgasmolepsy adalah pemicu kondisi tersebut. Orgasmolepsy dipicu oleh rasa emosi yang kuat, sedangkan pemicu utama narkolepsi adalah rasa kantuk. 

4. Berdampak pada hubungan percintaan

ilustrasi hubungan percintaan (unsplash.com/Kelly Sikkema)

Adanya kondisi orgasmolepsy tentu akan sangat berdampak pada hubungan percintaan. Pasangan dari penderita orgasmolepsy mungkin tidak bisa mendapatkan kepuasan seksual yang ia inginkan. Kualitas seks dari sebuah hubungan bisa sangat memengaruhi kebahagiaan dalam hubungan. Akan tetapi, bukan berarti masalah ini tidak bisa diatasi.

Orang dengan orgasmolepsy bisa mengomunikasikan kondisi yang dialaminya dengan spesifik, seperti durasi kelumpuhan atau bagian otot yang terdampak. Dengan informasi tersebut, kedua belah pihak bisa memilih posisi yang ideal atau siapa yang memegang kendali saat melakukan hubungan seksual. 

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Seks di Usia 40-an, Makin Hot atau Boring?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya