TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Merasa Vagina Sempit, Apakah Normal atau Ada Masalah?

Ada gejala-gejala yang harus diperhatikan nih, Girls

ilustrasi vagina sempit (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Ada asumsi bahwa vagina sempit dianggap menambah sensasi dalam berhubungan seksual. Padahal, saat melakukan aktivitas intim, vagina secara alami akan melonggar guna memudahkan penetrasi dan tidak membuat vagina sakit.

Perlu dipahami kalau vagina adalah organ intim yang memiliki fleksibilitas tinggi. Jadi, mengutip Insider, tidak ada vagina yang akan terlalu sempit atau terlalu ketat, karena vagina melumasi areanya sendiri. Ini berarti vagina mampu merenggang sekaligus bisa menampung bayi, tampon atau menstrual cup, dan penis. Jadi, ukuran sempit atau longgar itu sangat relatif.

Akan tetapi, kalau kamu merasakan vagina sempit disertai rasa sakit, entah saat melakukan hubungan seks atau berusaha memasukkan sesuatu ke vagina, kemungkinan ada beberapa kondisi yang mendasarinya. Inilah beberapa kondisi kesehatan yang bisa membuat vagina terasa sempit dan tidak nyaman. Let's take a look!

1. Vaginismus

Vaginismus adalah kondisi medis ketika otot-otot dasar panggul mengencang tanpa disengaja, biasanya untuk mengantisipasi penetrasi, baik saat berhubungan seks, sebelum memasukkan tampon, atau selama pemeriksaan panggul. Gejala vaginismus yang dapat membuat vagina terasa sempit meliputi: 

  • Vagina yang tiba-tiba mengencang.
  • Rasa sakit yang membakar di vagina. 
  • Nyeri saat berhubungan seks. 
  • Kejang otot di vagina. 

Perawatan untuk vaginismus dapat mencakup terapi berbeda: 

  • Terapi dasar panggul: Terapi ini melibatkan latihan dan peregangan yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan pada otot-otot dasar panggul. 
  • Terapi dilator vagina: Tujuan terapi ini adalah untuk meregangkan vagina dengan alat berbentuk tabung yang disebut dilator vagina (vaginal dilator).  
  • Terapi perilaku kognitif: Terapi ini dilakukan dengan terapis yang dapat membantu memahami perasaan ragu tentang seks dan bagaimana itu memengaruhi pikiran serta perilaku terhadap seks. Mengatasi perasaan tersebut dapat membantu tubuh rileks dan mengurangi gejala vaginismus. 

2. Infeksi menular seksual

ilustrasi infeksi vagina (pexels.com/cottonbro)

Komplikasi dari infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia dan gonore, juga dapat menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan karena vagina terasa lebih ketat. 

Gejala gonore meliputi: 

  • Pendarahan vagina di luar siklus menstruasi.
  • Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil.

Sementara itu, gejala klamidia seperti: 

  • Sensasi terbakar saat buang air kecil. 
  • Keputihan yang tidak normal.

Jika kamu mengalami gejala serupa setelah berhubungan seksual, ada baiknya untuk menemui dokter agar mendapat pengobatan sesegera mungkin.

Baca Juga: 6 Fakta Husband Stitch, Jahitan Ekstra setelah Persalinan

3. Infeksi jamur

Dilansir Mayo Clinic, vagina secara alami mengandung campuran ragi (jamur) yang terdiri dari jamur Candida dan bakteri. Bakteri Lactobacillus berperan mencegah pertumbuhan berlebih dari jamur.

Apabila jamur Candida tumbuh di luar batas normal, maka bisa mengganggu keseimbangan pH vagina yang mengakibatkan infeksi jamur. Hal ini dapat menyebabkan iritasi, rasa terbakar, gatal, kekeringan, dan pembengkakan pada vagina. Itu bisa mengakibatkan vagina terasa kencang atau sempit. 

Infeksi jamur sendiri mudah diobati dengan penggunaan obat antijamur yang digunakan selama 3 sampai 7 hari. Obat-obatan tersebut tersedia di apotek ataupun bisa dengan resep dokter.

4. Perubahan hormonal

ilustrasi pasangan memasuki usia menopause (womenshealthcenter.com/Rocky Mountain)

Perubahan hormonal saat menopause memberikan dampak signifikan bagi tubuh perempuan, seperti penurunan estrogen yang dapat menyebabkan penipisan jaringan vagina dan kekeringan. Akibatnya, vagina terasa sesak atau iritasi saat berhubungan seks, atau istilah medisnya adalah atrofi, seperti dilansir Women's Health.

Guna membantu peregangan vagina dan membuat penetrasi lebih nyaman, disarankan untuk mencoba masturbasi secara perlahan. 

Menggunakan alat kontrasepsi juga dapat menyebabkan perubahan hormonal yang mengakibatkan kekeringan pada vagina. Jadi, hubungan seks bisa terasa menyakitkan karena vagina terasa sempit. Apabila merasakan gejala tersebut tepat setelah mengganti alat kontrasepsi, maka sebaiknya bicarakan dengan dokter untuk mempertimbangkan jenis kontrasepsi lain yang tidak memberikan efek samping.

5. Mengandung dan melahirkan

Kehamilan dan persalinan juga melibatkan perubahan hormon yang dapat membuat kekeringan pada vagina dan seks yang menyakitkan, terutama bila sang ibu juga menyusui bayinya, mengutip The American College of Obstetrics and Gynecologists (ACOG). 

Penjahitan yang terlalu ketat pascapersalinan juga bisa menjadi penyebab vagina sempit atau terasa ketat. Hal yang sama dapat terjadi jika perempuan menjalani operasi di area genital. Untuk mengatasi masalah tersebut, harus dilakukan prosedur pembedahan untuk mengendurkan jahitan. 

Baca Juga: Cara Pakai Lubricant yang Benar, agar Nikmatnya Maksimal

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya