Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Medis Limfogranuloma Venereum, Mirip Sifilis!

ilustrasi penyakit pada organ seksual (pixabay.com/derneuemann)

Seperti sifilis dan HIV, limfogranuloma venereum (LGV) adalah salah satu jenis penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini dapat ditularkan melalui aktivitas seksual, baik anal, oral, maupun vaginal, terutama jika melakukan hubungan intim yang tidak aman.

Limfogranuloma venereum dapat memengaruhi laki-laki maupun perempuan. Mereka yang aktif secara seksual, umumnya berusia antara 15 dan 40 tahun, dilaporkan lebih rentan mengalami kondisi ini.

Nah untuk mewaspadainya, yuk simak fakta selengkapnya mengenai limfogranuloma venereum di bawah ini.

1. Penyebab limfogranuloma venereum

ilustrasi bakteri penyebab penyakit (pixabay.com/PublicDomainPictures)

Limfomagranuloma venereum terjadi akibat infeksi bakteri Chlamydia trachomatis, lebih tepatnya yaitu serovar (variasi) L1, L2, dan L3. Ini merupakan jenis bakteri klamidia yang berbeda yang umumnya menyebabkan infeksi menular seksual.

Chlamydia trachomatis varian L1, L2, dan L3 dapat menginfeksi jaringan limfatik, yaitu yang terkait dengan pengaturan sistem kekebalan tubuh. Bakteri ini dapat menginfeksi tubuh melalui lecet kulit, kerusakan kulit, atau kontak seksual tanpa kondom.

Dilansir National Health Service, risiko seseorang terkena LGV juga dapat meningkat karena faktor berikut:

  • Melakukan chemsex, yaitu menciptakan pengalaman seks dengan penggunaan obat-obatan, seperti narkoba.
  • Melakukan seks berkelompok.
  • Fisting, yaitu memasukkan tangan ke dalam vagina untuk stimulasi seksual.
  • Berbagi mainan seks yang tidak dicuci atau ditutup dengan kondom setiap kali akan menggunakannya.

2. Tanda dan gejala limfogranuloma venereum

ilustrasi sakit tenggorokan (freepik.com/jcomp)

Sama halnya sifilis, orang yang terkena limfogranuloma venereum, dapat mengembangkan gejala dalam beberapa tahap. Setiap tahapan memiliki perkembangan penyakit yang berbeda  mulai ringan hingga serius.

Tahap 1

Gejala tahap pertama biasanya terjadi dalam 1 hingga 2 minggu setelah infeksi. Ini ditandai dengan munculnya lepuh kecil berisi cairan di penis atau vagina. Lepuh ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit dan bisa sembuh dengan cepat. Beberapa luka di mulut atau tenggorokan mungkin juga terjadi.

Tahap 2

Sedangkan pada tahap kedua, gejala biasanya terlihat antara 2 dan 6 minggu setelah infeksi. Gejalanya dapat berupa:

  • Pembesaran kelenjar getah bening di sekitar selangkangan (bubo), terutama pada pria.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening yang menyakitkan di panggul dan dekat rektum, terutama pada perempuan.
  • Demam.
  • Rasa tidak enak badan, seperti pegal-pegal, kelelahan, sakit perut, sakit dubur.
  • Sakit punggung atau panggul.
  • Gatal, keluarnya cairan, atau perdarahan dari dubur.

Tahap 3 (tahap akhir)

Ini merupakan tahapan yang paling serius yang terjadi jika LGV tidak ditangani dengan tepat. Beberapa gejalanya termasuk:

  • Terjadinya abses (kumpulan nanah).
  • Fistula (saluran abnormal yang mengalir di sekitar rektum).
  • Striktur rektal (penyempitan rektum).
  • Pembengkakan alat kelamin yang parah.
  • Deformasi genital.
  • Disfungsi organ panggul.
  • Infertilitas.

3. Seberapa umum kasus limfogranuloma venereum?

ilustrasi pasangan sesama jenis (pexels.com/Joshua Mcknight)

Mengutip dari laman National Library of Medicine, limfogranuloma venereum merupakan infeksi menular seksual yang jarang. Tetapi ini dilaporkan ada peningkatan pada mereka yang melakukan hubungan seksual antara pria dengan pria.

Masih dalam laman yang sama, juga dijelaskan bahwa Limfogranuloma venereum umumnya banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Lebih rinci, laman News Medical Life Science menambahkan bahwa penyakit ini secara universal terjadi di bagian tropis Asia, Afrika dan Amerika Selatan, tetapi sejak 2003 telah menjadi endemik di Eropa, Amerika Utara dan Oseania–terutama di antara pria yang berhubungan  seks dengan sesama jenis dan yang menunjukkan perilaku seksual berisiko tinggi.

4. Diagnosis dan pengobatan untuk limfogranuloma venereum

pexels.com/Artem Podrez

Untuk menegakkan diagnosis yang tepat, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, gejala, dan riwayat medis secara menyeluruh dan rinci. Jika dicurigai kamu mengalami LGV, dokter akan mengambil beberapa tes, seperti:

  • Biopsi pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Tes darah untuk mencari antibodi Chlamydia trachomatis L1, L2, dan L3
  • Tes laboratorium untuk klamidia penyebab LGV.

Jika kamu didiagnosis mengalami LGV, dokter biasanya akan meresepkan pengobatan dengan antibiotik doksisiklin 100 mg secara oral dua kali sehari selama 21 hari. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), perawatan ini dapat menyembuhkan lebih dari 98,5 persen kasus limfogranuloma venereum.

Selain obat tersebut, CDC juga merekomendasikan obat alternatif untuk LGV, yaitu:

  • Azitromisin 1 g secara oral sekali seminggu selama 3 minggu.
  • Eritromisin basa 500 mg secara oral 4 kali sehari selama 21 hari.

5. Prognosis orang dengan limfogranuloma venereum

ilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/SHVETS production)

Gejala LGV dapat terus berkembang menjadi kondisi yang lebih serius jika tidak diobati dengan benar. Sementara LGV pada tahap awal, memiliki kemungkinan pemulihan penuh dengan pemberian antibiotik doksisiklin seperti yang disebutkan sebelumnya.

Namun, jika kamu mengalami kerusakan pembuluh limfatik yang membawa cairan (limfa) ke sistem jaringan tubuh, ini mungkin masih menyebabkan pembengkakan. Menurut keterangan laman Cleveland Clinic, LGV juga dapat meningkatkan risiko terkena HIV dan PMS lain, seperti gonore, hepatitis B, hepatitis C, dan sifilis.

Melakukan seks dengan aman sangat penting untuk mencegah penularan limfogranuloma venereum. Jika kamu atau pasangan memiliki infeksi menular seksual ini, sebaiknya hindari berhubungan seks hingga menyelesaikan semua rencana pengobatan, termasuk seks oral dan seks dengan kondom.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
Bayu Aditya Suryanto
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us