Masokisme: Penyimpangan Seksual yang Menganggap Sakit itu Menyenangkan

Diagnosis masokis hanya bisa diberikan oleh profesional

Sebagian besar dari kita mungkin beranggapan bahwa rasa sakit saat berhubungan seksual sungguh tidak nyaman. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi masokis atau seseorang yang menyukai masokisme

Seseorang dengan masokisme menganggap seks dan rasa sakit adalah kombinasi yang menggairahkan. Walau terasa menyenangkan menurutnya tapi hal ini bisa jadi berbahaya. Lantas, apa sebenarnya masokisme dan kenapa beberapa orang menyukainya? Lengkapnya, simak dalam artikel ini.

Apa itu masokisme?

Gangguan masokisme adalah kondisi psikologis seseorang yang menyukai fantasi serta perilaku seksual untuk menyakiti pasangannya. Pada praktiknya, ini berpotensi membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Dilansir PsychCentral, masokisme disematkan ketika seseorang terlibat atau sering berfantasi tentang dipukuli, diikat, dipermalukan, bahkan dibuat menderita. Adanya pemikiran atau tindakan yang tak biasa ini justru membangkitkan gairah dan kepuasan seksual.

Sejatinya, fantasi dalam seks merupakan hal wajar, sebagaimana kinky dan fetish seperti BDSM atau lainnya. Namun, fetish bisa berubah menjadi penyimpangan seksual apabila menimbulkan kecemasan parah serta pikiran obsesif tentang masokisme yang berlangsung lebih dari 6 bulan.

Salah satu bentuk masokisme yakni asfiksiofilia. Istilah ini disematkan pada aktivitas seks yang pada praktiknya menghasilkan kepuasan seksual dengan membatasi pernapasan. Bentuknya bisa berupa mencekik, membungkus kepala menggunakan plastik, atau hal lainnya. Hal ini tidak bisa dianggap remeh karena perilaku tersebut dapat menyebabkan kematian yang tidak disengaja.

Apa penyebab masokisme?

Masokisme: Penyimpangan Seksual yang Menganggap Sakit itu Menyenangkanilustrasi masokisme (Pexels.com/Anete Lusina)

Hingga saat ini belum ada teori yang menyebutkan penyebab seseorang tertarik dengan masokisme. Namun, ada sebuah teori yang menjelaskan bahwa parafilia atau penyimpangan seksual muncul ketika seseorang dilarang berfantasi yang kurang pantas, tetapi justru menjadi lebih kuat saat dilarang.

Sumber lain menyebutkan bahwa masokisme bisa terjadi sebagai bentuk pelarian dari pikiran seseorang. Masokisme juga dapat menjadi pembuktian diri yang menunjukkan seolah-olah merasa ia adalah pribadi baru dan berbeda. Di sisi lain, masokisme sangat mungkin terjadi akibat trauma masa kecil seperti pelecehan seksual atau hal lainnya yang terus terekam dalam otak.

Dilansir Psychology Today, masokisme umumnya diawali sejak muda. Beberapa peneliti menghubungkan impuls dengan pelecehan seksual masa kecil serta disiplin orang tua yang terlalu berlebihan.

Baca Juga: Suka Seks Kasar, 7 Hal Ini Bisa Jadi Tanda Bahwa Kamu Seorang Masokis!

Ciri seseorang dengan masokisme

Masokisme: Penyimpangan Seksual yang Menganggap Sakit itu Menyenangkanilustrasi masokisme (Pexels.com/Karolina Grabowska)

Identifikasi seseorang dengan masokis mungkin tidak selalu sama. Namun, terdapat kecenderungan yang biasa ditunjukkan melalui pemikiran dan tindakan. Selain menyenangi rasa sakit saat berhubungan badan, The Awareness Centre menyebutkan ciri kepribadian masokis di antaranya:

  • Memaksa diri hingga melewati batas kemampuan dan terus menganggap rendah diri sendiri dengan selalu menghadirkan kritik
  • Tidak pernah menunjukkan kepada orang lain bagaimana perasaan sebenarnya
  • Merasa tidak mendapat cukup cinta dan harus berusaha keras untuk mendapatkan perhatian orang-orang sekitar
  • Menolak bantuan dari orang lain
  • Tertarik pada hubungan yang kurang sehat, termasuk kasar dan terus dipermalukan. Mempertahankan hubungan tersebut sama dengan mempertahankan rasa bangga pada diri sendiri
  • Tidak menikmati kesenangan tanpa rasa bersalah atau malu. Akhirnya, seseorang dengan masokis mungkin selalu merasa putus asa tentang masa depan.

Perawatan gangguan seksual masokisme

Masokisme: Penyimpangan Seksual yang Menganggap Sakit itu Menyenangkanilustrasi melakukan terapi seks (pexels.com/Alex Green)

Sebagai catatan, memiliki ketertarikan pada seks yang melibatkan rasa sakit tidak selalu sama dengan masokisme. Selama fantasi tersebut tidak menyebabkan penderitaan atau mengganggu aktivitas harian serta tidak merugikan orang lain. Jika terjadi demikian, maka sebaiknya segera temui profesional untuk mendapatkan bantuan. 

Perawatan gangguan masokisme biasanya melibatkan psikoterapi dan pemberian obat guna mengurangi dorongan seksual, jika diperlukan. Tahapan psikoterapi dilakukan untuk mengetahui lebih dahulu apa penyebab munculnya perilaku masokis. Selanjutnya, pasien akan melewati restrukturisasi distorsi kognitif dan pelatihan empati untuk mengoreksi pemahaman yang membahayakan dan mengelola dorongan seksual menjadi hal lebih sehat. 

Adapun konsumsi obat biasanya digunakan untuk menurunkan kadar testosteron. Tujuannya, untuk mengurangi hormon dalam sirkulasi tubuh sehingga meredakan frekuensi ereksi pada pria. Selain itu, pemberian obat antidepresan juga dapat dilakukan guna mengurangi dorongan seksual.

Diagnosis gangguan seksual masokisme hanya boleh dilakukan oleh profesional di bidangnya, ya. Jika kamu mengalami gejala yang mengganggu, maka baiknya segera hubungi konselor atau terapis.

Baca Juga: Pengaruh Gangguan Bipolar terhadap Kehidupan Seks

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya