Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahli

Saatnya speak up melawan pelaku pelecehan seksual!

Pelecehan seksual marak terjadi, bahkan jumlahnya yang sebenarnya jauh lebih besar karena banyak korban yang tidak melaporkannya atau berani speak up. Ini tentunya mengkhawatirkan, khususnya bila berbicara tentang dampak psikologisnya terhadap korban.

Sebelum membahasnya lebih lanjut, kita perlu membedakan pelecehan seksual dan kekerasan seksual. Menurut keterangan dari organisasi Rape, Abuse & Incest National Network (RAINN) di Amerika Serikat (AS), perbedaannya adalah:

  • Pelecehan seksual atau sexual harassment: bentuk perhatian seksual baik dalam bentuk verbal atau fisik yang tidak disukai korban
  • Kekerasan seksual atau sexual abuse: kontak atau perilaku seksual tanpa persetujuan korban, seperti pemerkosaan

Berbicara mengenai pelecehan seksual, terkadang tanpa sadar orang-orang melakukannya. Karena bentuknya amat bervariasi dan frekuensinya sering, pelecehan seksual dapat mengancam masa depan korban!

Baik pelecehan seksual atau kekerasan seksual sama-sama menghasilkan luka yang mendalam baik secara fisik atau mental pada korbannya. Bersama dengan dr. Santi Yuliani, M.Sc., SpKJ lewat sesi Health Talk pada Kamis (25/6), IDN Times mengupas dampak pelecehan seksual terhadap kondisi psikis korban. 

1. Over generalisasi pelecehan seksual di khalayak ramai

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi pelecehan seksual (jacksonspencerlaw.com)

Kata dr. Santi, mencari data korban pelecehan seksual adalah fenomena "puncak gunung es". Karena yang melaporkan hanya sedikit, amat sulit untuk melacak dan mengerti para korban pelecehan seksual. Bukan cuma malu, mereka pun bingung tentang kondisi pelecehan seksual yang dialami karena terlalu sering mengalami.

Sebagai contoh, catcalling seperti bersiul pada lawan jenis terkesan biasa bagi sebagian besar orang. Saat diceritakan pun, beberapa orang menganggap itu hal yang lumrah. Padahal, dr. Santi mengatakan kalau perilaku ini adalah bentuk pelecehan seksual!

"Misalkan saat lapor atau cerita ke teman, mereka biasa akan bilang, 'Ya udah, lah. Gak usah digede-gedein. Cuma disiulin aja'," dr. Santi mencontohkan.

Saat korban mendengar respons tersebut, korban malah berpikir bahwa dia yang salah karena sudah "berprasangka buruk" atau dianggap melebih-lebihkan. Inilah yang bisa memengaruhi kondisi psikis korban dan membuatnya menekan perasaan dan akhirnya menyalahkan diri sendiri.

2. "Kucing dikasih ikan teri, masa gak mau?"

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi catcalling yang merupakan bentuk dari pelecehan seksual (dawn.com)

Lebih lanjut, dr. Santi juga mengungkapkan kalau kebanyakan korban pelecehan seksual sudah keburu "dikepung" oleh stigma umum yang memojokkan mereka. Sebagai contoh, tidak jarang khalayak ramai malah menyalahkan pakaian sang korban, bukannya mendengarkan cerita dari sisi korban terlebih dulu.

"Belum lagi, stigma-stigma yang menjadi awam. Seperti, 'salah korban sendiri, pakai baju seperti itu' atau, 'salah sendiri berpenampilan seperti itu',"

Kata-kata seperti itu justru membuat korban menyalahkan dirinya sendiri. Padahal, sebenarnya, aspek korban (penampilan, suara) tidak ada hubungannya dengan perilaku pelecehan seksual. Malah, yang berpenampilan tertutup pun tidak jarang malah kena pelecehan seksual!

3. Dampak umum pelecehan seksual terhadap kondisi psikis korban

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi perempuan yang dilanda kesedihan (pexels.com/Polina Zimmerman)

Perlu diingat, terlepas dari bagaimana korban berpakaian, pelecehan seksual tetap bisa terjadi. Saat terjadi, dampaknya bisa sangat destruktif. Dokter Santi memaparkan beberapa efek negatif pelecehan seksual terhadap keadaan psikologis korban seperti:

  • Kecemasan atau anxiety
  • Depresi
  • Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
  • Percobaan bunuh diri

Apakah kita harus menunggu sampai ada korban baru awareness terhadap pelecehan seksual bisa terbentuk? Oleh karena itu, dampak pelecehan seksual terhadap mental para korban harus lebih diperhatikan.

Baca Juga: 5 Macam Pelecehan Seksual, Bahkan Bisa Dilakukan Secara Tidak Sadar

4. Apa bedanya stres akibat perilaku pelecehan seksual dengan stres umum?

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi stres dan kecemasan (pexels.com/Engin Akyurt)

Jika stres berasal dari pelecehan seksual, dr. Santi mengatakan bahwa 80 persen akan "menyerang kepercayaan diri dan hubungan serta kepercayaan terhadap orang lain". Ketiga hal ini yang kemudian merusak psikologi korban pelecehan seksual dalam jangka pendek hingga jangka panjang. Kenapa?

Karena stigma dan over generalisasi perilaku pelecehan seksual di masyarakat, korban malah merasa bersalah dan "tidak berharga". Parahnya, tidak sedikit korban yang malah merasa "layak" menerima perilaku seksual tersebut.

"Padahal, tidak ada seorang pun yang layak mendapatkan pelecehan seksual."

Selain itu, korban pun lebih banyak "mengelus dada" dan memaklumi kondisi. Ini dapat berakibat fatal.

5. Komplikasi akibat stres dari pelecehan seksual

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi korban pelecehan seksual (pexels.com/Juan Pablo Serrano Arenas)

Dengan memaklumi, berarti membiarkan stres begitu saja. Dokter Santi memperingatkan bahwa jika stres akibat pelecehan seksual dibiarkan begitu saja, dapat berkembang menjadi:

  • Gangguan jiwa berat
  • Depresi berat
  • Delusi atau waham
  • Pikiran minder, menganggap diri sudah tidak berguna lagi
  • Bunuh diri

Delusi seperti apa? Korban yakin betul kalau dirinya tidak berguna dan tidak ada yang bisa diharapkan. Keyakinan yang dipegang adalah semua orang jahat, harga diri rendah, dan tak ada jalan keluar lagi. Karena aktivitas neurotransmiter tidak seimbang, otak dapat mengalami delusi sehingga harus diintervensi.

6. Laki-laki pun bisa menjadi korban pelecehan seksual

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi pria yang mengalami pelecehan seksual (pexels.com/danielreche)

Selama ini, konsep awam tidak pernah melihat laki-laki sebagai bahan pelecehan seksual. Padahal, tanpa kita sadari, laki-laki pun juga pernah atau bisa mengalami pelecehan seksual.

"Bukan berarti laki-laki lebih kuat dari perempuan maka tidak bisa dilecehkan. Banyak perempuan yang secara tidak sadar telah melecehkan laki-laki," ujar dr. Santi.

Mengutip hasil dari beberapa data, dr. Santi mengatakan bahwa dari 100 persen populasi, 30 persen dari korban pelecehan seksual adalah laki-laki! Sudah saatnya kita juga memperhatikan kalau laki-laki pun rentan mengalami pelecehan seksual.

Kaum adam yang adalah korban pelecehan seksual juga memikul beban yang tidak kalah berat! Mereka menanggung harga diri hingga sangsi untuk melapor dan harus tetap "kuat" karena memenuhi dogma masyarakat. Hasilnya, mereka mengekang diri hingga muncul keinginan untuk mengakhiri hidup.

7. Seberapa lama sampai korban menyadari?

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi korban sexual harrasment (pexels.com/ Pixabay)

Untuk mengetahui hal tersebut, dr. Santi mengatakan bahwa ada yang dinamakan reaksi stres akut. Setelah mengalami pelecehan seksual, ada fase-fase yang dapat mengarah ke stres akut, yaitu:

  • Tahap 1: korban merasa kaget, marah, sedih, dan bahkan tidak mengerti pelecehan seksual yang sedang terjadi. Tahap ini terjadi 1-2 minggu pertama
  • Tahap 2: korban menimbang dan berpikir mengenai pelecehan seksual yang terjadi, dan kebanyakan menyalahkan diri sendiri. Tahap ini terjadi 4 hari hingga 1 minggu
  • Tahap depresi

Sebelum tahap depresi, dr. Santi menyebut reaksi stres akut sebagai "periode emas", menentukan apakah korban akan terselamatkan atau tidak. Kuncinya satu, dukungan yang tepat.

Jika korban mendapat dukungan yang dibutuhkannya, kemungkinan terjadinya depresi bisa ditekan hingga sebesar 20 persen. Akan tetapi, jika tak ada bantuan atau dukungan yang tepat, risiko mengembangkan gangguan psikis semakin besar.

8. Minta bantuan ke tenaga profesional

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi konsultasi dengan ahli kejiwaan (pexels.com/fauxels)

Dokter Santi mengatakan bahwa melapor tidak harus selalu ke kepolisian. Minta bantuan kepada tenaga profesional karena dalam keadaan reaksi stres akut, otak depan atau prefrontal cortex “dibajak” oleh emosi yang meletup-letup. Korban panik dan marah, sehingga tak bisa membuat keputusan tepat dan rasional.

Sebagian besar korban pelecehan seksual berpikir mesti melapor ke kepolisian. Karena takut harus menceritakan ulang kejadian, diinterogasi dengan keras, membawa bukti, dan sebagainya, maka korban pun stres karena merasa “ingin melupakan kejadian".

Akhirnya, tidak sedikit korban yang memilih bungkam dari tenaga profesional dengan alasan yang sama. Padahal, dr. Santi mengatakan, dengan menemui tenaga profesional, korban bisa merasa lebih tenang dan mendapat bantuan untuk memikirkan langkah yang seharusnya diambil.

“Yuk, bantulah dirimu sendiri. Datang ke tenaga profesional untuk menguatkan dirimu dulu! Baru langkah selanjutnya dipikirkan bareng-bareng,” ujar dr. Santi.

9. Parahnya toxic positivity pada korban pelecehan seksual

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi toxic positivity (pexels.com/liza-summer)

Lalu, bagaimana dengan teman dan keluarga? Dokter Santi mengatakan bahwa bantuan yang datang bukan dari ahlinya malah "toksik" tanpa disadari. Kebanyakan malah tanpa sadar melakukan "toxic positivity". Dorongan toxic positivity, meskipun baik maksudnya, malah membuat kondisi psikis korban semakin ringsek.

"Kata-kata seperti, 'ayo, lupakan saja!', 'jangan sedih lagi', gak bisa! Dorongan semacam itu malah membuat korban semakin terpuruk," ujar dr. Santi.

Saat mengalami kondisi reaksi stres akut, tidak mudah bagi korban untuk melupakan apa yang dialaminya. Selain itu, tidak jarang orang lain, terutama teman dan keluarga, malah membanding-bandingkan keadaan korban dengan korban lain yang jauh lebih parah. Ini tidak kalah toxic dan korban semakin merasa "tak ada jalan keluar", sehingga berujung bunuh diri.

Oleh karena itu, pembelajaran toxic positivity amat penting bagi orang-orang terdekat dengan korban agar dapat memberikan dukungan dan bantuan yang tepat.

Baca Juga: Tak Mudah, Ini 'Kelumpuhan' yang Dialami Para Korban Pelecehan Seksual

10. Bagaimana dengan yang spill ke media sosial?

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi media sosial (pixabay.com/HeiKoal)

Dokter Santi menjelaskan bahwa saat seseorang mengalami kejadian yang tidak mengenakkan, reaksi pertama adalah penyangkalan dan marah dan ini pun manusiawi. Saat marah dan tidak terima, orang-orang di sekitarnya adalah yang pertama jadi pelampiasan.

Namun, sering kali tak ada orang yang bisa diajak curhat. Malah, tidak jarang korban mendapat reaksi negatif dari orang-orang terdekat. Oleh karena itu, korban malah membawanya ke media sosial untuk mencari referensi dan dukungan. Tak bisa disalahkan, karena mereka pun bingung, marah, dan tidak terima.

Tidak jarang, respons yang didapat malah negatif, sehingga korban semakin stres. Sebelum menuangkan ke media sosial, pikirkan dulu 10 menit apa yang akan terjadi. Jika risikonya mengalahkan manfaatnya, maka tidak seharusnya korban speak up di media sosial, terutama kalau takut mendapat cibiran, bukannya dukungan.

11. Pelecehan seksual dapat memperparah kondisi psikis penyerta korban

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi korban pelecehan seksual (psychologytoday.com)

Jangan remehkan efek ringan di jangka pendek, karena dapat berkembang ke jangka panjang. Mungkin dalam jangka pendek, korban terlihat biasa saja. Namun, seiring waktu, mereka malah mengalami PTSD. Cemas, depresi, hingga PTSD, atau korban yang memiliki riwayat psikis dapat semakin parah setelah mengalami pelecehan seksual.

Dokter Santi mengibaratkan bahwa semua kejadian yang tidak nyaman “disimpan di folder teratas di otak”. Ini karena pikiran kita tak ingin mengalami hal yang sama, jadi kita mencoba menangkal faktor pemicu. Oleh karena itu, pelecehan seksual bukanlah hal yang bisa dilupakan begitu saja. Namun, hal ini membuat korban tidak cepat pulih.

12. Tonic immobility, kenapa korban tidak melapor setelahnya

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi tonic immobility (parapuan.co)

"Kenapa baru lapor sekarang? Kenapa tidak melawan waktu dilecehkan?"

Komentar miring tersebut sering sekali terdengar oleh para warganet saat mengikuti kasus pelecehan seksual. Dokter Santi mengingatkan adanya “tonic immobility”, yaitu kelumpuhan sementara saat korban mengalami pelecehan seksual. Ini dikarenakan korban tidak mengerti harus kabur ke mana, sehingga otak mengalami shut down sementara.

Malah, dr. Santi mengatakan bahwa 70 persen korban pelecehan seksual mengalami tonic immobility. Saat ketakutan hebat melanda, maka itu akan terpicu sehingga korban tidak dapat meronta atau melepaskan diri, apalagi melapor. Memahami tonic immobility membantu korban untuk mendapatkan dukungan yang tepat!

13. Bagaimana melihat dampak psikis pelecehan seksual dari perilaku korban?

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi depresi (moms.com)

Apakah kamu dapat melihat perubahan dari korban pelecehan seksual? Dokter Santi mengatakan hal ini dapat dilakukan. Perubahan terjadi pada:

  • Korban tidak mampu melihat mata karena merasa rendah diri dan menyimpan kejadian sebagai aib
  • Korban berpakaian lebih tertutup
  • Korban tiba-tiba murung dan pendiam
  • Korban menutup diri dari masyarakat dan aktivitas sosial
  • Korban mengurangi aktivitas di media sosial
  • Korban tak mau kumpul dengan teman

Korban tak mau lagi melakukan hal-hal biasa karena ia merasa sudah terstigma sebagai korban pelecehan seksual yang “tidak berharga” lagi. Belum lagi, ia menyalahkan dirinya, sehingga ia merasa harus berubah untuk tidak mengalaminya lagi.

Jika kamu melihat temanmu jadi korban pelecehan seksual hingga berubah perilakunya, jangan sembarangan bertanya, apalagi cuma karena kepo. Korban malah bisa merasa terpuruk dan tidak mendapatkan dukungan. Tawarkan bantuan dan berikan referensi ke bantuan profesional.

“Itu lebih baik daripada kita ngepoin korban, membongkar ceritanya, dan tidak mampu menangani reaksi korban,” dr. Santi mengingatkan.

14. Derita korban pelecehan seksual di tempat kerja

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi pelecehan seksual di tempat kerja (pcg-services.com)

Mungkin saat berkumpul dengan teman atau keluarga, perubahan yang sebelumnya dijelaskan dapat terjadi. Bagaimana dengan tempat kerja, sekolah atau kuliah, di mana kita tidak dapat selalu menunjukkan kegalauan? Dokter Santi memperingatkan bahwa penurunan kinerja dapat menjadi tolok ukur utama.

Dalam kondisi depresi, takut, cemas, dan sedih, bagian otak depan lebih dominan mengambil asupan, sedangkan bagian otak lain tidak mendapatkan asupan. Hasilnya, korban tidak dapat mengambil keputusan yang tepat dan tidak dapat fokus.

Parahnya, hal ini malah membuat korban dimarahi oleh atasan, guru, atau dosen, dan dipandang sinis oleh rekan kerjanya atau teman sekelasnya. Hasilnya, korban jadi tambah tertekan sehingga berujung pada berhenti dari pekerjaan.

Inilah pentingnya berkonsultasi dengan tenaga profesional. Dengan begitu, korban dapat mengatur energi untuk hal yang dibutuhkan. Bukan berarti tidak boleh sedih! Akan tetapi, tenaga profesional dapat membantu korban untuk mengerem area emosi otak agar tidak mendominasi, sehingga otak dapat tetap rasional dan bekerja.

15. Kenapa kondisi psikis bisa menyebar ke ranah kesehatan jasmani?

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi dampak fisik akibat gangguan psikologis (unsplash.com/tjump)

Saat takut atau merasa tak nyaman, bagian amigdala pada otak aktif dan mengaktifkan mode fight or flight. Setelah ancaman tersebut sirna, maka tubuh akan mencoba untuk mengembalikan keadaan dirinya.

Akan tetapi, jika hal yang membuat stres tetap membayangi seperti halnya pada korban pelecehan seksual, respons tersebut membuat produksi hormon stres atau kortisol berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan:

  • Penyakit jantung
  • Hipertensi
  • Diabetes
  • Kanker
  • Berbagai permasalahan di area kepala

Bukan diacuhkan begitu saja, dr. Santi mengingatkan kalau hal ini perlu diperhatikan dan harus ditangani segera. Karena permasalahan penyakit kronis dapat berkembang dari stres.

“Solusinya bukan ‘jadi bahagia’ sehingga sembuh. Harus diketahui dasar masalahnya apa,” kata dr. Santi.

16. Cara menghentikan pelecehan seksual sebelum melukai korban

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata AhliSeorang perempuan menjadi saksi pelecehan seksual di tempat kerja (garrisonlaw.com)

Keberanian dibutuhkan dalam eradikasi pelecehan seksual. Dokter Santi memberikan beberapa kiat untuk menghentikan perilaku pelecehan seksual. Kiat-kiat tersebut diberi nama "5D Bystander Intervention". Apa saja?

  • Direct: tegur pelaku pelecehan seksual
  • Distract: buat suara untuk mengalihkan perhatian pelaku pelecehan seksual
  • Delay: lakukan apa pun untuk menunda kejadian pelecehan seksual agar tidak terjadi
  • Delegate: libatkan pihak berwenang untuk membantu mencegah pelecehan seksual
  • Document: potret pelaku dan serahkan sebagai bukti untuk membantu korban, bukan untuk disebarkan

Hal ini penting, apalagi jika pelaku pelecehan seksual adalah seseorang yang memiliki kuasa atau popularitas. Dengan memiliki bukti atau dokumentasi, maka korban dapat dibenarkan dan diberi keadilan. 

17. Apa yang bisa korban lakukan?

Dampak Pelecehan Seksual terhadap Kondisi Psikis Korban, Ini Kata Ahliilustrasi bertahan dari pelecehan seksual (farmworkerjustice.org)

Belajar tentang skenario buruk, terutama tentang pelecehan seksual sejak dini, sehingga kita bisa lebih preventif dan tahu kondisi apa yang membahayakan secara seksual. Namun, jika sudah keburu dihadapkan dengan skenario pelecehan seksual sewaktu-waktu, pertama, dr. Santi menyarankan para korban untuk berteriak minta tolong!

Jika mengalami tonic immobility dan baru sadar setelahnya, kumpulkan bukti sebanyak-banyaknya, dan ingat serta catat kronologi atau fitur khas dari pelaku agar dapat menjadi bukti. Hal ini penting karena memori dapat terdistorsi oleh emosi yang bercampur aduk. Jadi, saat ditanyakan pihak berwenang, korban sudah memiliki catatan yang konsisten.

Ingat tempat terjadinya pelecehan seksual. Kemungkinan besar, pelaku yang tidak mendapatkan konsekuensi akan mengincar tempat dan waktu yang sama. Oleh karena itu, penting juga bagi orang-orang terdekat dengan korban untuk melindungi dan membawa keadilan untuk korban.

Itulah beberapa fakta mengenai dampak pelecehan seksual terhadap kondisi psikis korban. Diam sama dengan memaklumi. Pelecehan seksual dapat merusak masa depan korban. Oleh karena itu, mari dukung para penyintas pelecehan seksual dan bersama, kita lawan para pelaku pelecehan seksual!

Baca Juga: Menyelami Pikiran Predator Seks, Apa Saja yang Ada di Otak Mereka?

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya