Jangan Keliru! Ini 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Tubuh Perempuan

Beberapa di antaranya masih dipercaya hingga kini

Jika ada satu hal di seluruh alam semesta yang dicintai, tapi sering kali disalahpahami, maka itu adalah tubuh perempuan.

Hingga sekarang, perempuan masih harus berhadapan dengan anggapan keliru nan konyol tentang tubuh mereka. Entah karena isu seksisme, agama, atau sekarang kurang dibekali pengetahuan yang cukup.

Sepanjang sejarah, wanita harus berhadapan dengan anggapan keliru nan konyol tentang tubuh mereka karena isu seksisme, fanatisme agama, kurang dibekali pengetahuan yang cukup, atau salah paham (miskonsepsi).

Anehnya, sebagian besar miskonsepsi masih bertahan. Untuk lebih jelasnya dan supaya tak lagi salah paham, mari ketahui tujuh miskonsepsi terbesar tentang tubuh perempuan di bawah ini.

1. Mitos menstruasi 

Jangan Keliru! Ini 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Tubuh Perempuanpandiahealth.com

Di era modern, kita tahu kalau menstruasi adalah proses biologis yang normal. Namun, ada masanya ketika menstruasi dipandang sebagai sebuah proses mistis. Salah satunya adalah kepercayaan yang menyebut kalau tujuan utama menstruasi adalah untuk menjaga tubuh perempuan tetap sehat dengan cara mengeluarkan "darah busuk" dari tubuhnya.

Sebagaimana tertulis dalam buku "The Oxford Encyclopedia of Women in World History" karya Bonnie G. Smith, para pendukung kepercayaan ini berpendapat kalau darah tersebut beracun dan dapat mencemari makanan atau benda yang tersentuh olehnya. 

Juga, sudah menjadi pandangan umum pada masa lampau kalau seorang laki-laki dilarang menghamili perempuan yang sedang haid, karena ditakutkan keturunan yang akan dihasilkan nanti akan berubah bentuk menjadi darah.

Di sisi lain, Galen—salah satu dokter Yunani kuno terkemuka—menyebarkan gagasan kalau darah menstruasi dapat menutrisi janin selama masa kehamilan, dan akan berubah menjadi ASI setelah bayi lahir ke dunia.

2. Klitoris dapat berubah menjadi penis

Jangan Keliru! Ini 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Tubuh Perempuanunsplash.com/Sharon McCutcheon

Kamu mungkin pernah membaca atau mendengar tentang teori dari Hippocrates yang menyebutkan kalau rahim dapat berkeliaran di dalam tubuh perempuan (wandering womb). Namun, pernahkah kalian mendengar tentang klitoris yang dapat digunakan sebagai penis?

Ya, kamu nggak salah baca.

Di masa lampau, orang-orang Yunani kuno berpikir kalau perempuan yang memiliki klitoris berukuran besar bisa menggunakannya sebagai "penis" untuk melakukan penetrasi saat berhubungan seksual.

Bahkan, kepercayaan tersebut terbawa sampai abad ke-19, tepatnya ketika dokter Amerika dan Eropa juga memasukkannya ke dalam studi lesbianisme mereka.

Dalam kasus ini, salah satu orang yang paling vokal dalam menggembar-gemborkan keberadaan "penis perempuan" adalah inkuisitor asal Italia yang hidup pada abad ke-17, Ludovico Sinistrari.

Mengutip dari buku "In the Company of Demons", Sinistrari adalah seorang imam dan penulis dengan spesialisasi demonologi dan dosa-dosa seksual. Dia sendiri menyatakan kalau perempuan yang dipenuhi oleh nafsu berahi dapat memperbesar klitoris mereka dan mengubah dirinya menjadi seorang pria. 

3. Pendidikan dapat melemahkan rahim 

Jangan Keliru! Ini 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Tubuh Perempuanpexels.com/Joshua Mcknight

Duh, apa lagi ini?!

Pada tahun 1873, seorang dokter dan mantan profesor Harvard Medical School, Edward Clarke, mencetuskan sebuah gagasan mengapa perempuan tidak boleh mendapatkan pendidikan dalam bukunya, "Sex In Education; Or, A Fair Chance For The Girls". 

Dalam bukunya, Clarke menegaskan kalau perempuan ditakdirkan untuk merawat "penerus" umat manusia. Maka dari itu, pendidikan dianggap tidak penting. Lebih lanjut, dia juga menjelaskan kalau kemampuan otak perempuan lebih rendah daripada otak pria, sehingga perempuan tidak layak untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi.

Clarke juga mengingatkan kalau perempuan yang memaksakan diri untuk mengenyam pendidikan lebih berisiko untuk mengalami kerusakan di organ reproduksinya, terutama saat sedang haid.

Untuk sementara waktu, teori Clarke menjadi topik hangat yang terus diperdebatkan, di mana bukunya sering digunakan sebagai "kitab suci" oleh para aktivis yang menentang pendidikan di kalangan perempuan.

Perlahan, teori tersebut memudar ketika banyak perempuan yang masuk dan lulus dari perguruan tinggi atau universitas ternama.

Baca Juga: 7 Mitos Seks Ini Perlu Berhenti Kamu Percayai agar Bisa Menikmatinya

4. Gagasan Aristoteles tentang tubuh perempuan

Jangan Keliru! Ini 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Tubuh Perempuanpixabay.com/Couleur

Walau dikenal sebagai salah satu filsuf terhebat sepanjang masa, nyatanya Aristoteles sempat memberikan gagasan "ngawur" tentang tubuh perempuan. Dia percaya kalau perempuan adalah "pria cacat dengan alat kelamin yang tidak timbul ke luar tubuh mereka." Wow ...

Menurutnya, hal tersebut terjadi karena mereka kekurangan "panas" yang diperlukan, sehingga tidak dapat membentuk tubuh pria yang sempurna.

Seperti dijelaskan dalam buku "Women's History and Ancient History", dia juga berspekulasi kalau kecacatan ini mencegah perempuan memproduksi semen, dan karenanya menjadi "penerima pasif" dalam proses pembuahan.

Lebih lanjut, Aristoteles juga bilang kalau perempuan memiliki lebih sedikit gigi dan jahitan tengkorak ketimbang laki-laki. Dia juga menjadikan semua inferioritas tubuh perempuan sebagai pembenaran atas dominasi laki-laki dalam semua aspek kehidupan.

5. Payudara dapat dijadikan sebagai pelindung dada 

Jangan Keliru! Ini 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Tubuh Perempuanpexels.com/Andrea Piacquadio

Dalam sebuah surat yang ia tulis kepada Raja Prancis pada abad ke-14, tabib kerajaan Henri de Mondeville memberikan tiga alasan spesifik untuk menjelaskan posisi payudara perempuan. Dilansir The Guardian, menurutnya payudara terletak di dada perempuan agar lebih mudah terlihat oleh laki-laki.

Selanjutnya, payudara dikatakan dekat dengan jantung, sehingga mereka dapat saling menguatkan dan menghangatkan satu sama lain. Terakhir, de Mondeville juga menyatakan kalau payudara perempuan, terutama yang berukuran besar, dapat menjaga dada mereka agar tetap hangat dan berfungsi sebagai beban untuk membantu mengencangkan perut perempuan. 

Pada tahun 1840, dokter asal Inggris, Astley Cooper, mengklaim kalau payudara yang besar sangat menguntungkan perempuan dari kalangan masyarakat bawah. Menurut Cooper, payudara yang besar dapat membantu perempuan untuk menahan pukulan yang diarahkan ke dada mereka.

6. Vagina horizontal 

Jangan Keliru! Ini 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Tubuh Perempuandailymail.co.uk

Sejujurnya, tidak ada yang tahu pasti kapan mitos ini muncul, khususnya yang menyebutkan kalau perempuan Asia Timur—Tiongkok, Jepang, dan Korea—memiliki vagina horizontal.

Dalam buku berjudul "A New Significance", salah satu kisah yang paling awal diketahui tercatat pada tahun 1816, ketika naturalis asal Prancis, George Cuvier, berteori kalau alat kelamin perempuan berbeda-beda, yang mana vagina milik perempuan Tiongkok berbentuk horizontal.

Selama tahun 1880-an, penulis James W. Buel pergi ke San Francisco, Amerika Serikat (AS), di mana ia melakukan penelitian ekstensif pada wanita Tiongkok yang tinggal di pecinaan dan menyimpulkan kalau vagina mereka, secara anatomis, normal. 

Namun, mitos vagina horizontal ini kembali mencuat saat masa Perang Dunia II dan Perang Korea berkecamuk, terutama karena tentara AS yang ditempatkan di sana menyebarkan kisah tentang pertemuan mereka dengan perempuan semacam itu.

Sayangnya, perempuan Asia bukan satu-satunya yang menderita dari miskonsepsi konyol dan menyedihkan ini. Para anti-Semit di Eropa juga percaya sebuah kisah kalau perempuan Yahudi adalah binatang dengan vagina horizontal dan mengandung anak-anak mereka hanya dalam waktu enam bulan saja.

7. Korban pemerkosaan tidak akan hamil 

Jangan Keliru! Ini 7 Miskonsepsi Terbesar tentang Tubuh Perempuanpixabay.com/Alexas_Fotos

Gagasan bahwa perempuan jadi korban perkosaan tidak akan bisa hamil mungkin dapat ditelusuri sampai ke Galen. Pada saat itu, dia percaya bahwa, seperti laki-laki, perempuan juga menghasilkan "benih" yang diperlukan untuk membuat anak dan akan melepasnya ketika orgasme.

Dengan logika itu, perempuan yang menjadi korban pemerkosaan dianggap tidak mampu menghasilkan "benih" ini, dan karenanya tidak bisa hamil. Teori Galen pun tertanam kuat hingga beberapa periode setelahnya. Seperti yang tercatat dalam buku "Rape and Ravishment in the Literature of Medieval England", gagasan ini terlihat dalam salah satu teks hukum Inggris pada Abad Pertengahan.

Singkatnya, sistem hukum tersebut melihat korban pemerkosaan yang hamil sebagai perempuan yang bersedia untuk melakukan hubungan seks. Konyolnya, sampai hari ini teori Galen masih memiliki banyak pendukung, di mana korban pemerkosaan justru disalahkan. Dalam kasus ini, perempuan yang jadi korban perkosaan dianggap menikmati pemerkosaan tersebut. Wah, kalau ini, sih, memang masih banyak dialami perempuan di berbagai belahan dunia, termasuk di Tanah Air.

Nah, itulah tujuh miskonsepsi terbesar—yang bikin geram—tentang tubuh perempuan dalam sejarah. Bahkan, sampai saat ini, beberapa gagasan di atas masih tumbuh subur di sekitar kita.

Semoga saja dengan meningkatkan literasi dan pemahaman akan seks dan tubuh perempuan, kita dapat mengurangi, bahkan menghapuskan semua miskonsepsi tersebut.

Baca Juga: Dampak Pelecehan Seksual pada Kesehatan Fisik dan Psikis Korbannya

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya