5 Fakta Dokumenter 'Downfall', Menguak Misteri Jatuhnya Lion Air JT610

Seringkali kita bertanya-tanya bagaimana pesawat yang sudah mengudara tiba-tiba jatuh tanpa aba-aba. Dalam film dokumenter Netflix "Downfall: The Case Against Boeing" yang telah dirilis pada tanggal 18 Februari 2022 akan mengungkap kronologi jatuhnya pesawat dari sisi ilmu penerbangan.
Kalian juga akan diajak menelusuri fakta-fakta penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT610 yang termasuk tipe pesawat B737 MAX. Simak fakta menariknya disini yukk!
1. MCAS tidak tercantum dalam buku manual operasi
Investigasi dalam film ini menunjukkan bahwa fitur MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) di tipe pesawat B737 MAX menjadi faktor yang berkontribusi besar menyebabkan kecelakaan. Fitur ini baru ditambahkan dalam fitur pesawat dengan tipe tersebut.
Desain pesawat Boeing B737 MAX memiliki perbedaan dengah versi sebelumnya, yang secara fisik memiliki landing gear yang lebih pendek, sehingga pesawat lebih pipih. Oleh karena itu, Boeing memasang mesin sedikit lebih ke depan dan lebih tinggi. Perubahan posisi mesin tersebut menyebabkan daya dorong lebih besar, dan membuat hidung pesawat cenderung mendongak saat terbang.
Inilah yang berisiko membuat pesawat stall atau kehilangan daya angkat. MCAS bekerja secara otomatis dengan memutar horizontal stabilizer (sayap kecil di belakang), sehingga hidung pesawat menukik turun ke bawah. Pada dasarnya tujuan MCAS amat mulia dengan memproteksi pesawat dari manuver yang berbahaya, seperti mengangkat hidung pesawat terlalu tinggi, yang bisa mengakibatkan stall.
Namun, fitur ini belum banyak diketahui pilot-pilot B737 MAX kala itu, karena tidak tercantum dalam buku manual operasi. Diketahui Boeing memang tidak pernah memberikan informasi mengenai MCAS kepada pilot. Bahkan Boeing pun tidak memberitahukan pada Federal Aviation Administration (FAA) atau lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat mengenai sistem baru ini.
2. Ada dua pesawat jatuh akibat MCAS

Pesawat Lion Air JT610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh pada 29 Oktober 2018, sesaat setelah take off dari bandara Soekarno-Hatta, hingga menewaskan 189 penumpang termasuk kru. Tidak berselang lama, tepatnya lima bulan kemudian pesawat Ethiopian Airlines ET302 jatuh pada 10 Maret 2019, setelah beberapa menit lepas landas dari ibu kota Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya menewaskan 157 penumpang dan kru.
Dua pesawat tersebut menggunakan jenis pesawat yang sama yaitu B737 MAX. Berdasarkan investigasi dalam film ini penyebab kedua pesawat tersebut mengalami kecelakaan karena kegagalan MCAS. Setelah kecelakaan Pesawat Lion Air JT610 barulah Boeng mengungkapkan fitur tersebut yang juga digunakan dalam pesawat Ethiopian Airlines ET302.
3. Pesawat sudah termasuk cacat

Pada film ini potret kesedihan keluarga korban juga diperlihatakan bagaimana mereka memperjuangkan agar pernyelidikan dilakukan secara transparan dilakukan oleh Federal Aviation Administration (FAA) untuk mengetahui penyebab kecelakaan. Fakta lain diungkapkan dari laporan bernama TARAM (Transport Airplane Risk Assessment Methodology) yang dilakukan oleh FAA.
Setelah kecelakaan jatuhnya pesawat Lion Air JT610, terdapat kemungkinan pesawat Boeing tersebut memiliki risiko jatuh 15 kali selama masa hidupnya. Dalam film, dijelaskan bahwa pihak Boeing sesungguhnya mengetahui bawah terdapat cacat desain, sayangnya produsen pesawat ini memilih untuk mengabaikannya yang mengakibatkan dua kecelakan pesawat ke depannya.
4. Respon pihak Boeing terkesan abai

Pada awalnya pihak Boeing menyalahkan kecelakaan pesawat tersebut diakibatkan oleh human error atau kurang kompetennya pilot dalam menjalankan pesawat. Bahkan pihak Boeing tidak mengakui terdapat kesalahan dari desain pesawat yang baru. Namun setelah penyelidikan yang diungkap dalam film ini bahwa terdapat malfungsi dalam sistem baru yang dipasang yaitu MCAS.
Setelah kecelakaan peristiwa Lion Air JT610 terjadi, Boeing baru menjelaskan fitur ini. Pada kecelakaan Ethiopian Airlines ET302 pun Boeing bersikukuh bahwa awak pesawat tidak menjalankan prosedur sebagaimana mestinya. Boing sengaja melakukan kampanye agresif mengenai penyebab kecelakaan pesawat versinya agar pesan tersebut tersampaikan pada khalayak.
5. Dari Sutradara Nominasi Academy Award

Film Downfall: The Case Against Boeing berada di bawah arahan sutradara Rory Kennedy. Sementara skenario film ditulis oleh Mark Bailey bersama Keven McAlester. Perempuan yang memiliki nama lengkap Rory Elizabeth Katherine Kennedy ini merupakan anak kesebelas dan bungsu dari Senator AS Robert F. Kennedy dengan Ethel Skakel. Ayahnya, Robert F. Kennedy merupakan saudara laki-laki presiden ke-35 Amerika Serikat yaitu John F. Kennedy. Jadi Rory masih merupakan keluarga besar salah satu orang berpengaruh di Amerika Serikat.
Salah satu film Rory masuk nominasi Academy Award ke-78 yang digelar pada tahun 2006 lewat film Street Figth dalam kategori film dokumenter terbaik. Selain itu filmya yang berjudul Last Days in Vietnam juga mendapatkan nominasi film dokumenter terbaik dalam Academy Award ke-87 pada tahun 2015. Rory sendiri tertarik membuat film dokumenter yang mengangkat mengenai isu-isu sosial.
Tidak diragukan lagi yaa bagaimana menariknya film Downfall: The Case Against Boeing ini. Yukk segera nonton di Netflix sekarang!