Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Film Horor 'Do You See What I See'

poster film do you see what i see ( instagram.com / mizter.popo )
Intinya sih...
  • Film "Do You See What I See" menceritakan kisah nyata Mawar yang memiliki cinta pertama dengan sosok pocong, dengan fakta menarik dalam proses pembuatannya.
  • Pengambilan gambar di kuburan selama enam hari, dilakukan di malam hari, menciptakan nuansa horor yang mendalam.
  • Lokasi utama pengambilan gambar tersebar di Cibubur dan Bogor selama 22 hari, dengan tiga kali revisi naskah untuk menghadirkan pengalaman perempuan secara lebih mendalam.

"Do You See What I See" adalah film yang sedang tayang di bioskop sejak tanggal 16 Mei 2024. Film ini mengisahkan kisah nyata Mawar yang memiliki cinta pertama yang tak biasa dengan sosok makhluk lain, sejenis pocong. Selain menyajikan cerita yang unik, film ini juga memiliki fakta-fakta menarik dalam proses pembuatannya. Kita simak langsung apa saja fakta film yang menjadi sorotan dalam film ini.

1. Kisah nyata yang berakhir tragis

Thumbnail salah satu channel youtube yang menceritakan asal mula kisah di film Do You See What I See ( youtube.com / RJL5-FAJARADITYA )

Kisah ini tidak bermaksud menjadi sebuah spill film, namun berasal dari pengalaman nyata seorang gadis bernama Mawar yang menjalin hubungan dengan seorang pria yang awalnya ia kira hanya lelaki biasa bernama Restu. Namun, ternyata Restu diduga sebagai makhluk dari alam lain. Cerita ini telah diulas di podcast RJL, di mana Mba Vey juga ikut membagikan kisah sahabatnya itu.

Pada suatu hari, Mawar diajak oleh Vey untuk bertemu dengan Restu ketika Restu datang ke kosan mereka. Namun, ketika Vey melihat Restu di depan pintu kos, ia terkejut karena melihatnya berpenampilan seperti pocong dengan kain kafan yang kotor. Vey pun terkejut dan menjerit keras.

Setelah serangkaian kejadian aneh yang terjadi setelah Mawar mengenal Restu, Mawar kemudian pindah kosan dan tidak ada lagi kabar dari dirinya. Tiba-tiba adiknya Mawar bernama Melati menghubungi Mba Vey. Dari adiknya Mawar, Mba Vey mengetahui bahwa ayah Mawar terlibat dalam pesugihan dan Mawar menjadi tumbalnya. Mawar juga telah menjalani perawatan baik di rumah maupun di rumah sakit, namun sayangnya ia memilih untuk mengakhiri hidupnya secara tragis.

2. Pengambilan gambar di kuburan selama 6 hari di malam hari

ilustrasi suasana di kuburan saat malam hari (pixabay.com/bluemaroo3 )

Para pemain film "Do You See What I See" melakukan pengambilan gambar di kuburan selama enam hari, dan semuanya dilakukan di malam hari. Pengambilan gambar di lingkungan yang gelap dan mencekam seperti kuburan tentu menambahkan nuansa horor yang mendalam pada film ini.

Para pemain harus juga basah-basahan, dan menghadapi tantangan yang intens selama proses pengambilan gambar, menciptakan suasana yang autentik dan memukau bagi penonton. Dengan dedikasi dan komitmen yang tinggi, pengambilan gambar di kuburan ini menjadi salah satu momen menarik dalam pembuatan film ini.

3. Membuat lubang sedalam 4 Meter untuk adegan di kuburan

ilustrasi penggalian lubang untuk adegan kuburan ( instagram.com/bimmy118 )

Dalam pembuatan adegan di kuburan dalam film "Do You See What I See", tim produksi harus membuat lubang sedalam 4 meter untuk menampung empat orang pemain dan kru yang terlibat dalam proses pengambilan gambar.

Lubang ini tidak hanya berfungsi sebagai bagian dari set, tetapi juga harus memenuhi standar keselamatan yang ketat untuk semua orang yang terlibat. Pembuatan lubang sedalam itu membutuhkan kerja tim yang koordinatif dan presisi yang tinggi, memastikan bahwa adegan yang direkam memiliki nuansa horor yang tidak biasa, tanpa mengorbankan keselamatan siapa pun. 

4. Pengambilan gambar hampir sebulan di Cibubur dan Bogor

ilustrasi kalender (pexels.com/Shvets Production )

Proses pengambilan gambar film "Do You See What I See" berlangsung hampir sebulan penuh, selama 22 hari. Lokasi utama pengambilan gambar tersebar di Cibubur dan Bogor, yang dipilih dengan cermat untuk menciptakan atmosfer yang sesuai dengan alur cerita film. Meskipun biasanya film horor mengambil gambar di daerah Jawa Timur, Yogyakarta, dan sekitar Jawa Tengah, lokasi ini terbukti cocok untuk adegan-adegan khusus seperti kos-kosan, kuburan, dan berbagai adegan lainnya yang membutuhkan efektivitas visual yang tepat.

5. Naskah mengalami 3 kali perubahan

ilustrasi penulis naskah film ( pexels.com / ron-lach )

Selama proses produksi, naskah film "Do You See What I See" mengalami tiga kali revisi. Perubahan ini dilakukan karena merasa kurangnya mendapatkan pemahaman dan perspektif yang autentik tentang pengalaman perempuan dalam naskah awalnya. Mungkin karena penulis naskah pertam dan kedua adalah laki-laki. Namun, pada akhirnya, naskah terakhir berhasil menangkap nuansa yang autentik dan menghadirkan pengalaman perempuan secara lebih mendalam.

Cinta kadang datang dari arah yang tak terduga, menguji kesetiaan dan keberanian kita dalam menghadapi kengerian yang mengintai di balik bayang-bayang. Namun, kita juga tetap harus rasional dan menjaga diri dengan perasaan dan pikiran kita. Dari film "Do You See What I See", kita belajar kerumitan dan fakta menarik bagaimana para pemain, sutradara, kru, dan tim menyuguhkan sebuah film horor yang cukup "toxic" karena mencintai sosok yang salah, menyebabkan jiwa terjerumus dalam depresi dan kehilangan arah akibat cinta.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yauma Bunga Yusyananda
EditorYauma Bunga Yusyananda
Follow Us