Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Retro-Futuristik yang Wajib Ditonton sebelum The Fantastic Four

adegan dalam film The Fantastic Four: First Steps. (dok. Marvel Studios/The Fantastic Four: First Steps)
adegan dalam film The Fantastic Four: First Steps. (dok. Marvel Studios/The Fantastic Four: First Steps)

Kabar kehadiran film The Fantastic Four: First Steps (2025) memang sukses menggemparkan para penggemar Marvel Cinematic Universe (MCU). Trailer resmi yang dirilis menampilkan cuplikan yang membuat rasa penasaran semakin membuncah. Tak hanya menampilkan wajah-wajah baru pemeran keluarga superhero ikonik ini, The Fantastic Four: First Steps juga menjanjikan petualangan seru yang berbeda dari film-film MCU sebelumnya.

Salah satu aspek yang paling mencuri perhatian dari trailerThe Fantastic Four: First Steps adalah nuansa retro-futuristik yang kental. Bayangkan perpaduan antara estetika 1960-an dengan teknologi yang melampaui masanya. Mulai dari desain kostum para tokohnya, interior Baxter Building yang ikonik, hingga kehadiran robot-robot canggih, semuanya memancarkan vibes retro yang keren sekaligus futuristik.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan retro-futuristik? Sederhananya, retro-futuristik adalah gaya visual atau desain yang menggabungkan elemen masa lalu dengan imajinasi futuristik. Gaya ini menciptakan dunia yang seolah-olah merupakan representasi masa depan dari sudut pandang era retro.

Jika kamu penasaran dan ingin melihat bagaimana konsep ini diterapkan dalam konteks yang berbeda dari film superhero, ada lima rekomendasi film bertema retro-futuristik dari berbagai genre yang wajib banget kamu tonton. Film-film ini bisa jadi teman asyik sembari menunggu kehadiran Reed Richards, Sue Storm, Johnny Storm, dan Ben Grimm di layar lebar!

1. Beyond the Black Rainbow (2010)

adegan dalam film Beyond the Black Rainbow. (dok. Mongrel Media/Beyond the Black Rainbow)
adegan dalam film Beyond the Black Rainbow. (dok. Mongrel Media/Beyond the Black Rainbow)

Meski genrenya berlawanan dengan The Fantastic Four: First Steps, yakni horor, film garapan Panos Cosmatos ini menyajikan nuansa retro-futuristik yang tak kalah menarik. Beyond the Black Rainbow bercerita tentang seorang gadis bernama Elena (Eva Allan) yang terperangkap di sebuah institut misterius. Di sana, ia menjadi subjek eksperimen seorang dokter yang terobsesi untuk menemukan kedamaian yang murni. Namun, alih-alih menemukan kedamaian, Elena justru terjebak dalam dunia yang penuh dengan halusinasi dan teror.

Dalam menggarap Beyond the Black Rainbow, Cosmatos banyak terinspirasi dari film-film fiksi ilmiah dan horor klasik tahun 70-an dan 80-an, terutama karya sutradara legendaris seperti Stanley Kubrick dan David Cronenberg, seperti yang terlihat jelas dalam penggunaan warna-warna cerah dan komposisi gambar yang simetris. Film ini juga menggunakan musik elektronik bergaya synthwave yang menambah kental suasana retro-futuristiknya. Tak heran jika Beyond the Black Rainbow menjadi tontonan wajib bagi para penggemar film-film cult.

2. Her (2013)

adegan dalam film Her. (dok. Warner Bros. Pictures/Her)
adegan dalam film Her. (dok. Warner Bros. Pictures/Her)

Dari horor seperti Beyond the Black Rainbow, nuansa retro-futuristik yang kental juga dapat ditemukan dalam film komedi romantis berjudul Her. Disutradarai Spike Jonze, Her bercerita tentang Theodore Twombly (Joaquin Phoenix), seorang penulis surat yang kesepian dan baru saja bercerai. Ia kemudian membeli sebuah operating system (OS) canggih, yang memiliki kepribadian dan kecerdasan layaknya manusia, yang diberi nama Samantha (Scarlett Johansson). Seiring berjalannya waktu, Theodore dan Samantha menjalin hubungan romantis yang kompleks.

Selain alur ceritanya yang unik, salah satu daya tarik utama Her adalah visualnya yang memukau. Film ini menampilkan lanskap kota yang didominasi warna-warna pastel lembut dan arsitektur yang minimalis. Teknologi yang ditampilkan dalam film ini juga memiliki desain yang ramping dan futuristik, tetapi tetap terasa familier dan tak berlebihan.

Keberhasilan Her dalam menciptakan dunia retro-futuristik yang meyakinkan tak lepas dari peran production design yang kuat. Setiap detail, mulai dari pakaian yang dikenakan para karakter hingga perabotan dan teknologi yang mereka gunakan, dirancang dengan cermat untuk mendukung visi sutradara. Inilah salah satu alasan mengapa Her dinominasikan untuk kategori Best Production Design di ajang Academy Awards 2014.

3. Blade Runner 2049 (2017)

adegan dalam film Blade Runner 2049. (dok. Warner Bros. Pictures/Blade Runner 2049)
adegan dalam film Blade Runner 2049. (dok. Warner Bros. Pictures/Blade Runner 2049)

Bicara soal film modern bernuansa retro-futuristik, tak lengkap rasanya jika belum membahas Blade Runner 2049. Film ini merupakan sekuel dari film ikonis Blade Runner (1982), yang disutradarai oleh Denis Villeneuve dan dibintangi Ryan Gosling. Villeneuve sukses menciptakan dunia masa depan yang kelam dengan sentuhan retro yang kuat, sembari melanjutkan warisan film pendahulunya dengan narasi yang kompleks dan menggugah pikiran.

Dalam Blade Runner 2049, Gosling berperan sebagai K, seorang blade runner yang bertugas "memensiunkan" replikan (manusia buatan) yang memberontak. Suatu hari, K menemukan sebuah rahasia yang dapat mengguncang tatanan masyarakat. Penemuan ini membawanya dalam perjalanan berbahaya, di mana ia harus berhadapan dengan berbagai pihak yang menginginkan rahasia tersebut, serta pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang identitas, kemanusiaan, dan makna hidup.

Seperti Her, Blade Runner 2049 juga menerima nominasi Oscar berkat desain retro-futuristiknya yang menawan. Film ini berani bermain-main dengan skala, mulai dari bangunan-bangunan raksasa hingga lanskap kota yang luas, sehingga menciptakan perasaan terisolasi dan kesepian pada karakter-karakternya. Penggunaan warna-warna suram dan pencahayaan dramatis juga semakin memperkuat atmosfer distopia yang mencekam.

4. Ready Player One (2018)

adegan dalam film Ready Player One. (dok. Warner Bros. Pictures/Ready Player One)
adegan dalam film Ready Player One. (dok. Warner Bros. Pictures/Ready Player One)

Sineas sekaliber Steven Spielberg bahkan tertarik mengadopsi gaya retro-futuristik dalam filmnya, Ready Player One. Film ini bercerita tentang Wade Watts (Tye Sheridan), seorang remaja yang hidup di dunia distopia tahun 2045. Ia mencari pelarian dari kehidupan nyata yang suram dengan memasuki OASIS, sebuah dunia virtual yang luas dan penuh kemungkinan, dan memakai nama Parzival. Di OASIS, Wade alias Parzival berusaha menemukan easter egg tersembunyi yang ditinggalkan oleh pencipta OASIS, James Halliday (Mark Rylance).

Perburuan easter egg ini membawa Wade dalam petualangan seru yang dipenuhi dengan berbagai referensi budaya populer tahun 80-an. Mulai dari film, musik, hingga video game, semuanya hadir menghidupkan kembali era tersebut. Dua di antaranya yang paling berkesan adalah saat Wade dan Art3mis (Olivia Cooke)—gadis misterius yang dikenalnya di OASIS—harus menghadapi teror di set film The Shining (1980), maupun saat Wade mengendarai DMC DeLorean yang muncul di seri Back to the Future (1985–1990) dalam sebuah adegan balapan mobil.

5. After Yang (2021)

adegan dalam film After Yang. (dok. A24/After Yang)
adegan dalam film After Yang. (dok. A24/After Yang)

Tak hanya film blockbuster seperti Blade Runner 2049, Ready Player One, maupun The Fantastic Four: First Steps, nuansa retro-futuristik ternyata juga pas diterapkan pada film drama yang lebih intim dan personal. Sutradara Hollywood kelahiran Korea Selatan, Kogonada, membuktikannya lewat After Yang. Film garapannya ini menggambarkan masa depan yang hangat dan nyaman, jauh dari gambaran distopia yang suram dan dingin.

After Yang bercerita tentang sebuah keluarga yang berduka setelah android mereka, Yang (Justin H. Min), mengalami kerusakan. Jake (Colin Farrell) berusaha keras untuk memperbaiki Yang, bukan hanya karena ia adalah sosok kakak bagi putrinya, Mika (Malea Emma Tjandrawidjaja), tapi juga karena ia mulai menyadari betapa berartinya Yang bagi keluarganya. Tak disangka, selama memperbaiki Yang, Jake menemukan memori-memori tersembunyi yang mengungkap kehidupan Yang sebelum tinggal bersama mereka.

Desain produksi After Yang memadukan estetika retro dengan sentuhan futuristik yang halus. Alexandra Schaller, selaku production designer, terinspirasi dari desain mid-century modern dan budaya Jepang, sementara sentuhan futuristik dihadirkannya lewat teknologi-teknologi canggih yang terintegrasi secara seamless, seperti mobil otonom yang diisi tanaman sebagai bahan bakar. Semua elemen ini bersatu padu menciptakan atmosfer yang menenangkan dan kontemplatif.

Itulah lima film dengan tema retro-futuristik yang bisa kamu nikmati sambil menunggu kehadiran The Fantastic Four: First Steps. Dari horor sureal ala Beyond the Black Rainbow, komedi romantis yang hangat seperti Her, hingga petualangan seru di dunia virtual dalam Ready Player One, semuanya menawarkan pengalaman sinematik yang unik dan menarik. Semoga daftar ini bisa mengobati rasa penasaranmu sampai The Fantastic Four: First Steps tayang pada 25 Juli mendatang, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Wibawa
EditorSatria Wibawa
Follow Us