Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Terbaik Karya Peter Straughan selain Conclave, Sudah Nonton?

poster film Conclave. (dok. Focus Features/Conclave)
Intinya sih...
  • Film Conclave meraih nominasi Best Picture di Oscar 2025 karena ketegangan intrik politik di balik pemilihan Paus baru di Vatikan.
  • Peter Straughan sukses mengadaptasi novel menjadi cerita film dengan cerdas, membawanya meraih nominasi Best Adapted Screenplay di ajang bergengsi.
  • Karya-karya lain Peter Straughan seperti Sixty Six, The Debt, Tinker Tailor Soldier Spy, dan The Goldfinch juga wajib ditonton karena kualitasnya.

Di antara film yang meraih nominasi Best Picture di Oscar 2025, Conclave (2024) muncul sebagai salah satu yang paling mencuri perhatian. Bagaimana tidak? Film arahan Edward Berger ini sukses membangun ketegangan lewat kisah intrik politik di balik pemilihan Paus baru di Vatikan. Tak hanya itu, penampilan memukau dari para aktornya, terutama Ralph Fiennes dan Isabella Rossellini, juga turut mengangkat kualitas film ini ke tingkat yang lebih tinggi.

Di balik keberhasilan Conclave, terdapat nama Peter Straughan sebagai penulis naskah. Straughan berhasil mengadaptasi novel karya Robert Harris yang menjadi sumber cerita film ini dengan sangat cerdas. Kepiawaiannya dalam meramu dialog yang tajam dan plot yang kompleks membawanya meraih nominasi Best Adapted Screenplay di ajang bergengsi ini, setelah sebelumnya memenangkan penghargaan serupa di Golden Globe 2025.

Namun, tahukah kamu bahwa Conclave bukanlah satu-satunya film berkualitas hasil tulisan Peter Straughan? Sebelum Conclave, Straughan telah menorehkan tinta emas dalam dunia perfilman dengan karya-karya lain yang tak kalah memikat. Berikut lima film terbaik karya Peter Straughan selain Conclave yang wajib kamu tonton!

1. Sixty Six (2006)

adegan dalam film Sixty Six. (dok. StudioCanal/Sixty Six)

Film panjang perdana yang ditulis oleh Peter Straughan bersama mendiang istrinya, Bridget O’Connor, ini terinspirasi dari kisah nyata masa kecil sang sutradara, Paul Weiland. Sixty Six mengisahkan tentang seorang anak Yahudi bernama Bernie Reubens (Gregg Sulkin) yang menghadapi kenyataan pahit bahwa pesta bar mitzvah-nya bertepatan dengan final Piala Dunia 1966. Momen sakral yang seharusnya penuh kebahagiaan itu justru menjadi bencana, karena semua orang lebih memilih menonton pertandingan sepak bola.

Straughan dan O’Connor berhasil meramu kisah sederhana ini menjadi narasi yang hangat dan penuh humor. Mereka menggambarkan dinamika keluarga Reubens dengan detail yang kaya, mulai dari kekhawatiran sang ayah (Eddie Marsan) tentang bisnisnya, hingga kecemasan sang ibu (Helena Bonham Carter) yang terlalu fokus pada masalah keluarga. Karakter-karakter yang unik dan dialog yang cerdas membuat film ini terasa begitu hidup dan dekat dengan penonton.

2. The Debt (2010)

adegan dalam film The Debt. (dok. Miramax/The Debt)

Dari komedi biopik di Sixty Six, Peter Straughan beralih ke genre thriller penuh ketegangan lewat The Debt. Film ini ditulisnya bersama Matthew Vaughn dan Jane Goldman, dan merupakan adaptasi film Israel berjudul sama yang dirilis pada 2007. Kisah yang diangkat pun cukup kompleks karena melibatkan intrik spionase dan dilema moral yang menghantui para karakternya.

The Debt membawa penonton ke dua linimasa berbeda, yaitu 1966 dan 1997, untuk mengikuti tiga agen Mossad dalam misi rahasia menangkap seorang penjahat perang Nazi. Pada 1966, Rachel, Stephan, dan David yang muda (Jessica Chastain, Marton Csokas, dan Sam Worthington) menghadapi tekanan besar dalam misi mereka di Berlin Timur. Sementara itu, di 1997, Rachel, Stephan, dan David yang lebih tua (Helen Mirren, Tom Wilkinson, dan Ciaran Hinds) harus menghadapi konsekuensi dari keputusan yang mereka buat tiga dekade sebelumnya.

3. Tinker Tailor Soldier Spy (2011)

adegan dalam film Tinker Tailor Soldier Spy. (dok. StudioCanal/Tinker Tailor Soldier Spy)

Selain The Debt, kepiawaian Peter Straughan dalam meramu cerita mata-mata penuh intrik juga tercermin jelas di Tinker Tailor Soldier Spy. Film ini menyoroti George Smiley (Gary Oldman), mantan agen MI6 yang harus keluar dari masa pensiunnya untuk mengungkap mata-mata Soviet yang telah menyusup ke dalam organisasi rahasia Inggris tersebut. Sepanjang perjalanannya, Smiley harus menavigasi labirin intrik dan pengkhianatan, di mana kepercayaan menjadi barang langka dan setiap orang dicurigai.

Film ini merupakan adaptasi dari novel klasik dengan judul yang sama karya John le Carré, yang dianggap sebagai salah satu mahakarya dalam genre spionase. Straughan, bersama mendiang istrinya Bridget O'Connor, berhasil menyajikan versi ringkas namun padat dari novel tersebut, sambil tetap mempertahankan nuansa kelam dan paranoid khas le Carré. Tak mengherankan jika melalui film ini keduanya berhasil dinominasikan dalam kategori Best Adapted Screenplay di Oscar 2012.

4. Frank (2014)

adegan dalam film Frank. (dok. Film4/Frank)

Frank mungkin adalah film paling unik yang pernah ditulis oleh Peter Straughan sepanjang kariernya. Ditulis bersama Jon Ronson, film komedi ini terinspirasi dari pengalaman Ronson sendiri saat menjadi keyboardist di sebuah band eksentrik. Namun, alih-alih sekadar biografi musik, Frank berubah menjadi eksplorasi aneh tentang kreativitas, kegilaan, dan pencarian jati diri.

Film ini mengikuti Jon (Domhnall Gleeson), seorang pemuda biasa yang mendadak bergabung dengan band indie misterius bernama Soronprfbs. Dipimpin oleh Frank (Michael Fassbender), seorang musisi genius yang selalu mengenakan kepala besar dari papier-mâché, band ini lebih mementingkan ekspresi artistik ketimbang popularitas. Jon yang awalnya penuh ambisi mencoba membawa band ini ke jalur komersial, justru menemukan dirinya terseret ke dalam dunia Frank yang penuh absurditas.

5. The Goldfinch (2019)

adegan dalam film The Goldfinch. (dok. Warner Bros. Pictures/The Goldfinch)

The Goldfinch berkisah tentang Theodore Decker (Oakes Fegley dan Ansel Elgort) yang kehilangan ibunya dalam ledakan bom di Metropolitan Museum of Art, New York. Dalam kekacauan tersebut, Theo tanpa sadar membawa pulang lukisan The Goldfinch, yang kemudian menjadi simbol keterikatannya dengan masa lalu. Seiring berjalannya waktu, ia harus beradaptasi dengan berbagai lingkungan baru, dari rumah keluarga kaya di New York hingga kehidupan liar bersama ayahnya di Las Vegas.

Ketika dirilis, The Goldfinch memang mendapat ulasan beragam dari kritikus dan gagal di box office. Namun, bagi sebagian penonton, film yang ditulis Peter Straughan berdasarkan novel berjudul sama karya Donna Tartt ini tetap memiliki daya tarik tersendiri—perbedaan skor sebesar 48 persen antara kritikus dan penonton di Rotten Tomatoes menjadi bukti. Dengan narasi yang melompat-lompat antara masa kecil dan dewasa sang tokoh utama, film ini menawarkan eksplorasi emosional yang dalam tentang kehilangan, trauma, dan pencarian identitas.

Conclave sendiri telah tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu (26/2/2025). Namun, jika kamu telah menyaksikan film tersebut dan jatuh cinta dengan kegeniusan Peter Straughan dalam meramu cerita, jangan lewatkan kelima karya lainnya di atas. Dijamin gak kalah seru dan bikin kamu terpukau!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Wibawa
EditorSatria Wibawa
Follow Us