6 Film yang Dianggap Melanggengkan Ableisme, Agak Laen Salah Satunya

Ableisme atau diskriminasi dan prasangka terhadap orang dengan disabilitas amat muda ditemukan di dunia kerja. Di sektor hiburan pun, ableisme masih jadi praktik yang marak dilakukan. Seyogyanya, bila ingin memfitur karakter dengan disabilitas, sineas disarankan untuk mencari aktor disabilitas.
Namun, kenyataannya banyak yang memilih tidak mengindahkan itu dan mencari jalan pintas dengan mendapuk aktor nondisabilitas sebagai gantinya. Beberapa bahkan memuat plot yang dengan gamblang mengisyaratkan kalau disabilitas adalah sesuatu yang harus diperbaiki.
Ini yang kemudian memunculkan kekecewaan dan kontra dari penonton. Masih ingat tentu dengan kontroversi film Music (2021). Itu hanya satu dari film-film lain yang dianggap melanggengkan ableism di dunia hiburan. Berikut beberapa film lain yang dimaksud.
1. Come as You Are (2019)

Come As You Are sebenarnya punya premis yang menarik, yakni mengikuti tiga pria dengan disabilitas berbeda yang menawarkan layanan pekerja seks komersial untuk sesama penyandang disabilitas.
Film ini merupakan remake dari film Belgia, Hasta La Vista (2011) yang terinspirasi dari kisah nyata. Sayangnya, sama dengan versi aslinya, sutradara Richard Wong memilih mendapuk aktor-aktor nondisabilitas untuk memerankan ketiga tokoh utama tersebut.
2. Agak Laen (2024)

Agak Laen baru saja masuk dalam daftar film Indonesia yang paling banyak ditonton di bioskop. Film komedi ini memang berhasil memuaskan rasa penasaran sebagian besar penontonnya, tetapi tetap tak luput dari kritik. Terutama menyoal beberapa gurauan yang masih dianggap transfobik, misoginis, dan ableist.
Spesifik pada aspek ableisme, film Agak Laen jadi sorotan karena menyertakan satu karakter bisu. Media Accessible Leisure yang fokus pada isu-isu disabilitas menyoroti beberapa hal berbau ableisme dalam karakter tersebut. Yakni, diperankan oleh aktor nondisabilitas, menggunakan kondisi disabilitasnya sebagai punchline, hingga simplifikasi persepsi yang muncul karena kebaikan sikap si karakter dan beberapa orang di sekitarnya.
3. Music (2021)

Film Music tuai kontroversi saat pertama rilis pada 2021. Ini karena peran yang diberikan pada Maddie Ziegler, salah satu kolaborator setia sang sutradara dan penulis naskah, Sia. Ziegler diceritakan sebagai bocah perempuan yang memiliki spektrum autisme. Namun, seperti kita tahu, ia tak memilikinya.
Karakternya pun dipotret dengan cara yang tidak akurat berdasar pengamatan penonton dan ahli di bidang terkait. Beberapa aksinya di film dianggap menyesatkan karena sama sekali tidak mencerminkan kondisi autisme yang sebenarnya.
Tak cukup di situ, fakta bahwa Sia berkonsultasi dengan organisasi Austism Speak yang percaya bahwa autisme bisa disembuhkan juga memperkeruh suasana. Tak pelak, film ini jadi bulan-bulanan dan bahkan dapat skor amat rendah di IMDb.
4. Forrest Gump (1994)

Terlepas dari ceritanya yang brilian dan kreatif, film Forrest Gump sebenarnya menguarkan sifat-sifat ableisme yang cukup nyata. Tokoh utamanya diceritakan memiliki disabilitas fisik yang membuatnya harus mengenakan penyangga kaki untuk membantunya beraktivitas. Namun pada satu waktu, ia berhasil "sembuh" dari kondisi tersebut dan terbebas dari statusnya sebagai difabel.
Menyertakan unsur magical-realism memang lumrah dan hak prerogatif kreator film. Namun, adegan tersebut jelas menekankan bahwa disabilitas harus dan bisa disembuhkan. Itu jelas bertentangan dengan apa yang diyakini para aktivis disabilitas.
5. Me Before You (2016)

Me Before You juga jadi cerminan ableisme paling jelas dalam industri film. Cerita adaptasi novel itu memang mampu menggerakkan hati para penontonnya. Amat disayangkan karena kreator filmnya tak berusaha melakukan audisi untuk mendapatkan aktor disabilitas yang lebih pantas memerankan karakter Will.
Tak hanya itu, plotnya juga dianggap problematik karena menggambarkan Will frustrasi dengan kondisinya yang tergantung pada kursi roda. Bahkan rasa frustrasi itu membuatnya nekat mengambil langkah ekstrem. Sebagai konteks, kini makin banyak kok aktor quadriplegia (kelumpuhan dari leher ke bawah) yang dilibatkan dalam proyek film. Salah satunya Isaac Goodwin yang memerankan George di serial Sex Education.
6. The Shape of Water (2017)

Terlepas dari plotnya yang inovatif, The Shape of Water melupakan aspek penting pada satu detail soal lakonnya. Diceritakan sebagai perempuan bisu atau nonverbal, Elisa diperankan oleh aktor nondisabilitas Sally Hawkins.
Aktingnya brilian dan filmnya pun sukses, namun Hawkins memperpanjang daftar aktor nondisabilitas yang dapat rekognisi dan penghargaan atas perannya sebagai seorang difabel. Hal yang jelas mengisyaratkan betapa kuatnya tradisi ableisme di industri hiburan.
Ableisme sendiri masih jadi perdebatan sengit di kalangan sineas. Apakah menurutmu talenta akting lebih penting dibanding akurasi perwakilan?