Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sutradara Iran selain Asghar Fahadi yang Karyanya Wajib Ditilik

Jafar Panahi dalam film No Bears (dok. Janus Films/No Bears)

Tak ada yang bisa menyangkal kalau Iran adalah salah satu kiblat film arthouse dengan komentar sosial kuat. Namun, harus diakui kita sering kali hanya fokus pada satu sosok bernama Asghar Fahadi. Maklum, ialah sutradara yang beberapa kali berhasil mewakili Iran di ajang sebesar Academy Awards

Namun, Fahadi yang sempat terkena tuduhan plagiarisme atas filmnya yang berjudul A Hero (2021) bukan satu-satunya sineas Iran yang wajib kamu kenal. Ada beberapa nama sutradara Iran selain Asghar Fahadi yang rasanya tak adil bila kita abaikan.

1. Majid Majidi, sosok di balik film-film Iran yang mengharu biru

Children of Heaven (dok. Miramax/Children of Heaven)

Namanya sebenarnya mudah diucap dan dihapal, tetapi jujur, kamu mungkin belum begitu mengenal sosoknya. Majidi ternyata sosok di balik film fenomenal Children of Heaven (1997) yang sering diputar di televisi tanah air saat liburan.

Kalau gak tahu, Majidi pula yang membuat beberapa film brilian lain, seperti Baran (2001), The Color of Paradise (1999), The Father (1999), dan Sun Children (2020). Ciri khasnya adalah mengusung genre melodrama dan seringkali pakai perspektif anak-anak. 

2. Abbas Kiarostami, pelopor film minimalis asal Iran

Where is the Friend's House? (dok. Janus Films/Where is the Friend's House?)
Where is the Friend's House? (dok. Janus Films/Where is the Friend's House?)

Meski tak pernah tembus Oscar, Abbas Kiarostami salah satu sutradara langganan Cannes Film Festival. Ia bahkan pernah meraih Palme d'Or lewat film Taste of Cherry (1997).

Selain minimalis, karya-karya Kiarostami tergolong life-affirming alias bikin penontonnya bersemangat melanjutkan hidup. Coba beberapa judul terbaiknya, seperti Where Is the Friend's House? (1987), Close-Up (1990), The Wind Will Carry Us (1999), dan Through the Olive Trees (1994). 

3. Jafar Panahi, sutradara yang kritisnya tak main-main

film No Bears (dok. Janus Films/No Bears)

Salah satu kolaborator setia Kiarostami, Jafar Panahi sering disebut sebagai titisan sang sineas legenda Iran tersebut. Namun, tentu ia punya ciri khas yang membuat kariernya melejit.

Bila Kiarostami lebih sering bikin film yang isunya mild, Panahi tak segan melontarkan kritik pedas dan berani. Ini pula yang bikin ia sering berurusan dengan otoritas Iran. Cek saja film Crimson Gold (2003), No Bears (2022), Taxi (2015), The Circle (2000), dan Offside (2006).

4. Mohammad Rasoulof tak kalah pedas saat lontarkan kritik lewat sinema

A Man of Integrity (dok. Trigon Film/A Man of Integrity)

Dikenal sobat karib Panahi, Mohammad Rasoulof juga salah satu sutradara yang tak ragu melontarkan kritik tajamnya terhadap tata pemerintahan dan sosial Iran. Ia pernah senggol isu pembatasan kebebasan di film Goodbye (2011) dan menggambarkan korupsi sistemik dan kemiskinan struktural dalam A Man of Integrity (2017). Terakhir, ia mengkritik efektivitas hukuman mati serta kebijakan wajib militer lewat There is No Evil (2020). 

5. Bahman Ghobadi setia suarakan nasib etnik Kurdi

A Time for Druken Horses (dok. Bahman Ghobadi Films/A Time for Druken Horses)

Bila butuh perspektif langka, coba ulik karya-karya sutradara Iran Bahman Ghobadi. Sebagai bagian dari etnik minoritas Kurdi di Iran, Ghobadi pun setia mengangkat nasib dan perjuangan rekan sebangsanya lewat film-film buatannya. Ia paling dikenal lewat film  A Time for Drunken Horses (2000), Marooned in Iraq (2002), dan Turtles Can Fly (2004). Hampir semua filmnya getir dan menyedihkan, bak tamparan keras buat penontonnya.

6. Samira Makhmalbaf, satu dari sedikit sineas perempuan asal Iran

The Apple (dok. MK2 Productions/The Apple)

Belum banyak sutradara perempuan asal Iran, tetapi Samira Makhmalbaf bisa jadi salah satu rujukanmu. Lahir dari ayah yang juga seorang pembuat film, Mohsen Makhmalbaf, Samira berkenalan dengan industri ini sejak kecil.

Makhmalbaf akhirnya merilis karya debutnya pada 1998 dengan judul The Apple tentang dua saudari yang dikurung orangtuanya selama belasan tahun. Makhmalbaf kemudian menelurkan beberapa film lainnya, yakni Blackboards (2000), At Five in the Afternoon (2005), dan Two-legged Horse (2008). 

Daftar ini tidak bisa merangkum semua sutradara Iran yang pernah dan masih aktif di industri film. Namun, keenamnya bisa jadi referensi untuk berkenalan dengan jagat sinema Iran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us