Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Fakta Spider-Man Berdasarkan Komik Marvel, Beda dari Film!

Amazing Fantasy Volume #15 (dok. Marvel Comics/Amazing Fantasy Volume #15)
Amazing Fantasy Volume #15 (dok. Marvel Comics/Amazing Fantasy Volume #15)

Sejak debut pada 1962, Spider-Man berhasil menjadi salah satu pahlawan super paling populer di dunia. Dengan kemunculannya dalam banyak komik, kartun, tiga waralaba film yang berbeda, dan bahkan acara televisi Jepang live-action, bisa dibilang Spider-Man adalah salah satu karakter yang paling terkenal. Itu sebabnya, banyak orang yang sangat percaya diri bahwa dia tahu segalanya tentang jagoan Marvel ini. Meski begitu, ternyata banyak kesalahpahaman, lho, tentang alter ego Peter Parker ini.

Benar gak, sih, Spider-Man bisa melakukan seperti yang dilakukan laba-laba sungguhan? Apa benar Spider-Man punya darah radioaktif? Nah, dari segelintir pertanyaan ini, kamu gak benar-benar tahu, kan, kebenarannya. Jika begitu, baca terus untuk mengetahui jawaban sebenarnya di balik beberapa fakta tentang Spidey berdasarkan komiknya yang mungkin selama ini kamu keliru.

1. Stan Lee bukan satu-satunya kreator yang membuat komik Spider-Man sukses

The Amazing Spider-Man Volume #33 (dok. Marvel Comics/The Amazing Spider-Man Volume #33)
The Amazing Spider-Man Volume #33 (dok. Marvel Comics/The Amazing Spider-Man Volume #33)

The Amazing Spider-Man sering kali dikaitkan dengan Stan Lee. Stan Lee adalah salah satu kreator yang membantu meluncurkan semua karya awal Marvel, termasuk Avengers, X-Men, Hulk, dan banyak lagi. Nah, Spidey sendiri adalah karakter yang paling lama ia sukai. Stan Lee menulis naskah untuk 100 edisi pertama komik The Amazing Spider-Man. Kemudian dilanjutkan oleh Gerry Conway sampai The Amazing Spider-Man #118 (1972).

Namun, jika kamu mengira kalau Stan Lee adalah satu-satunya kreator yang bertanggung jawab dengan petualangan awal Spider-Man, kamu salah. Stan Lee menulis The Amazing Spider-Man bersama kreator Steve Ditko. Sayangnya, hubungan mereka pernah memburuk saat membuat komik ini.

Menurut buku Marvel Comics: The Untold Story karya Sean Howe, bagian terakhir dari 38 edisi yang ditulis Steve Ditko, salah satunya Final Chapter dalam The Amazing Spider-Man #33 (1965). Edisi ini menggambarkan perjuangan Spider-Man untuk keluar dari tumpukan mesin-mesin yang runtuh. Nah, saat itu, yang menulis plotnya adalah Ditko. Di samping itu, Ditko dan Lee mengalami perang dingin, karena tidak saling berbicara satu sama lain.

Meski begitu, Stan Lee masih menjadi bagian penting bagi kesuksesan awal Spider-Man. Dialog yang dibuat Stan Lee bisa dibilang sangat memukau dan membuat edisi-edisi komik tersebut berhasil di pasaran. Setelah kepergian Steve Ditko dalam komik Spider-Man, Stan Lee dianggap sukses menghidupkan Spider-Man bersama pengganti Ditko, yaitu John Romita.

2. Desain gambar Spider-Man karya Jack Kirby yang beredar di internet adalah hoax

Amazing Fantasy #15 (dok. Marvel Comics/Amazing Fantasy #15)
Amazing Fantasy #15 (dok. Marvel Comics/Amazing Fantasy #15)

Steve Ditko bukanlah pilihan pertama Stan Lee untuk menjadi salah satu kreator Spider-Man. Pasalnya, setelah kesuksesan Stan Lee dan Jack Kirby dengan komik Fantastic Four (1961), Stan Lee dan Jack Kirby-lah yang membuat konsep awal Spider-Man. Saat itu, Spider-Man bukanlah karakter yang kita lihat sekarang.

Jack Kirby mengerjakan beberapa konsep awal tentang Spider-Man. Namun, Stan Lee mengaku bahwa ia membenci desain Spider-Man buatan Jack Kirby. Akhirnya, Stan Lee mengajak Steve Ditko untuk mendesain ulang kostum merah-biru yang terkenal dari karakter Spider-Man. Spider-Man sendiri pertama kali tampil di Amazing Fantasy #15 (1962).

Namun, pada 2012, beredar desain Spider-Man di internet yang diduga karya Jack Kirby. Sayangnya, itu hoax. Gambar itu adalah karakter Giant Man dari buku komik Tales to Astonish (1956), hanya saja gambar tersebut ditambahkan dengan beberapa sentuhan laba-laba.

3. Spider-Man tak hanya diperankan oleh Peter Parker

ilustrasi Spider-Man (pixabay.com/Imaginethebest)
ilustrasi Spider-Man (pixabay.com/Imaginethebest)

Di balik kekuatan dan kecepatan Spider-Man, ada seorang jenius ilmiah bernama Peter Parker. Meskipun Peter Parker menjadi identitas utama di balik Spider-Man sejak debutnya pada 1962, tapi Peter Parker bukan satu-satunya, lho.

Pada 90-an, Spider-Man adalah Ben Reilly, kloningan dari Peter Parker, yang dikloning oleh penjahat bernama Jackal, di saat Peter Parker kehilangan kekuatannya. Ben Reilly mengecat rambutnya menjadi pirang, bekerja di kedai kopi, dan mengambil alih peran tersebut dengan kostum Spider-Man baru pada 1996, sebelum akhirnya menghilang.

Doctor Octopus juga pernah mengambil alih kendali Spider-Man. Selain itu, ada Spider-Man yang didesain dengan sangat berbeda di Marvel Universe: Miles Morales (Earth-616). Miles Morales sendiri pertama hadir di komik Ultimate yang bermigrasi ke Marvel Earth setelah Secret Wars. Kemudian, ada pula Miguel O'Hara, yang akan muncul sekitar 80 tahun lagi sebagai Spider-Man 2099.

4. Tembakan jaring laba-laba Spider-Man di komik aslinya

Amazing Fantasy #15 (dok. Marvel Comics/Amazing Fantasy #15)
Amazing Fantasy #15 (dok. Marvel Comics/Amazing Fantasy #15)

Jika kamu pernah membaca buku komik Spider-Man pada 2002, bertepatan saat film Spider-Man pertama dirilis, kamu mungkin punya pertanyaan, apakah penembak jaring Spider-Man itu sejenis alat canggih atau memang muncul secara alami karena digigit laba-laba. Pasalnya, saat film Sam Raimi ini tayang di bioskop, salah satu dari sedikit perubahan dari cerita asli Spider-Man di komik adalah, bahwa tembakan jaring Spider-Man itu terbentuk secara alami. Sayangnya, perubahan ini sangat kontroversial. 

Namun, setelah kesuksesan film Spider-Man, komik Spider-Man: The Other (2005), justru mengisahkan tentang Peter Peter yang mendapatkan jaring alaminya dan cakar yang disebut stingers. Dua tahun kemudian, konsep ini hilang dalam cerita komik Spider-Man: Brand New Day (2009).

5. Dalam komik, bukan Green Goblin yang membunuh Gwen Stacy melainkan Spider-Man sendiri

The Amazing Spider-Man Volume #121—The Night Gwen Stacy Died (dok. Marvel Comics/The Night Gwen Stacy Died)
The Amazing Spider-Man Volume #121—The Night Gwen Stacy Died (dok. Marvel Comics/The Night Gwen Stacy Died)

Salah satu tragedi yang menentukan kehidupan Spider-Man adalah kematian Gwen Stacy. Pada komik Spider-Man era 60-an, Gwen Stacy adalah cinta sejati Peter Parker. Dalam The Amazing Spider-Man #121 (1973), Green Goblin menculik Gwen Stacy untuk memancing Spider-Man agar datang ke jembatan untuk melawannya. Sesuai dengan judul ceritanya, The Night Gwen Stacy Died, Gwen Stacy memang meninggal dalam adegan ini.

Jika kamu membaca komik ini, mungkin kamu akan menyalahkan Green Goblin atas kematian Gwen Stacy. Pasalnya, dialah yang membawa Gwen Stacy ke puncak jembatan dan melemparkannya untuk menyiksa Spider-Man. Namun, kematian Gwen Stacy sebenarnya terjadi karena kesalahan Spider-Man sendiri.

Nah, saat Spider-Man mencoba menyelamatkan Gwen dengan mencengkeram kakinya menggunakan jaring laba-laba saat Gwen mulai terjun ke Sungai Hudson, hal ini justru membuat leher Gwen patah. Ada suara "krek!" yang tertulis di samping leher Gwen. Hal ini menunjukan bahwa leher Gwen mengalami cedera parah yang membuatnya meninggal dunia.

6. Spider-Man pernah membunuh seseorang secara tidak sengaja

Wolverine vs Spider-Man #1 (dok. Marvel Comics/Wolverine vs Spider-Man #1)
Wolverine vs Spider-Man #1 (dok. Marvel Comics/Wolverine vs Spider-Man #1)

Spider-Man itu tidak membunuh, seperti yang selalu digambarkan dalam banyak ceritanya. Ini juga terlihat dari aksinya yang selalu menahan diri saat melawan penjahat biasa hingga penjahat kejam. Tidak seperti pahlawan lainnya, Spider-Man tidak pernah membunuh siapa pun dalam cerita komiknya selama 50 tahun lamanya. Namun, ada satu momen dimana ia melakukannya.

Pembunuhan ini terjadi dalam komik Spider-Man Vs. Wolverine, sebuah cerita pendek tahun 1987 oleh Christopher Priest dan Mark Bright yang menyeret Spidey ke dunia spionase internasional. Teman Wolverine yang bernama Charlie merupakan seorang mata-mata Amerika dengan nama sandi Charlemagne. Dalam cerita ini, Wolverine ingin membunuh Charlie karena Charlie membunuh banyak mata-mata Rusia.

Sayangnya, Spider-Man tersandung dalam situasi ini. Spider-Man mencegah Wolverine yang mencoba membunuh Charlie, yang merupakan seorang perempuan. Dalam pertarungan yang terjadi, Spidey melepaskan kekuatan penuhnya untuk meninju wajah Wolverine, tetapi Charlie menghalanginya dan membiarkan wajahnya dihantam oleh pukulan keras Spider-Man. Charlie pun meninggal seketika. Kejadian ini pun membuat Spider-Man dan Wolverine saling bermusuhan.

7. Peter Parker bukan saja seorang fotografer lepas

The Amazing Spider-Man (2015) #31—Parker Industries (dok. Marvel Comics/Parker Industries)
The Amazing Spider-Man (2015) #31—Parker Industries (dok. Marvel Comics/Parker Industries)

Peter Parker diceritakan bekerja sebagai fotografer lepas. Ia menjual foto-foto Spider-Man ke Daily Bugle untuk memenuhi permintaan J Jonah Jameson. Sebenarnya, meskipun Peter bekerja untuk Daily Bugle dalam banyak cerita klasiknya, ia sebenarnya belum menjadi fotografer lepas selama sebagian besar kisahnya dalam komik.

Pada 2001, Pete kembali ke tempat lamanya di Midtown High sebagai guru sains. Pada tahun-tahun berikutnya, ia bekerja untuk Tony Stark, baik secara resmi sebagai teknisi maupun di luar buku komik sebagai anggota Avengers. Setelah itu, ia bekerja di lembaga penelitian bernama Horizon Labs, tempat ia merekayasa ulang gawai pemberantas kejahatannya, seperti membuat headphone peredam bising dari kostum khusus yang dimaksudkan untuk melawan penjahat yang ahli dalam serangan sonik. 

Selain itu, Peter Parker bahkan mendirikan perusahaan multinasionalnya sendiri bernama Parker Industries. Meskipun awalnya, Otto Octavius yang mendirikan perusahaan itu, saat ia berada dalam tubuh Peter. Sayangnya, Peter harus menghancurkannya agar tidak diambil alih oleh Nazi.

Kemudian, Pete kembali bekerja untuk Daily Bugle, tetapi ia bekerja sebagai editor sains, bukan fotografer. J Jonah Jameson sendiri terpilih sebagai wali kota New York City dan kemudian mengambil pekerjaan sebagai pakar berita TV di Fact Channel. Yap, kisah Peter Parker diceritakan dengan cukup rumit di komiknya.

8. Spider-Man melakukan kesepakatan dengan iblis

Spider-Man: One More Day (dok. Marvel Comics/Spider-Man: One More Day)
Spider-Man: One More Day (dok. Marvel Comics/Spider-Man: One More Day)

Salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah komik Spider-Man adalah kesepakatannya dengan iblis. Pasalnya, setelah Peter Parker mengungkapkan siapa dirinya dalam peristiwa Civil War, Bibi May menjadi sasaran orang jahat. Hal ini pun menghantui Peter Parker. 

Itulah yang terjadi dalam alur cerita Spider-Man: One More Day (2007). Namun, alih-alih menjual jiwa mereka, Peter dan istrinya saat itu, Mary Jane Watson, menjual pernikahan mereka, yang menghapus pernikahan mereka dari kontinuitas Marvel Comics dan dianggap tidak pernah terjadi. Dalam komik Spider-Man, Peter dan MJ sama-sama bebas untuk mencari pasangan baru.

Nah, biar sesuai dengan alur cerita buku komik, strip koran Spider-Man juga menghapus pernikahan Peter Parker dan Mary Jane. Namun, pembaca tidak suka dengan alur cerita tersebut, sehingga dalam komik yang terbit pada 24 Mei 2009, terungkap bahwa pernikahan itu hanyalah mimpi.

9. Latar belakang keluarga Peter Parker

Untold Tales of Spider-Man (dok. Marvel Comics/Untold Tales of Spider-Man)
Untold Tales of Spider-Man (dok. Marvel Comics/Untold Tales of Spider-Man)

Kamu pasti tahu kalau Peter Parker adalah anak yatim piatu dan dibesarkan oleh Bibi May dan Paman Ben. Mereka menjadi oang tua angka yang sangat baik dan rendah hati. Selain itu, kamu mungkin mengira bahwa orang tua Peter Parker, Richard dan Mary Parker tidak pernah terlibat dalam drama kejahatan. Sayangnya, kamu salah.

Dalam komik, pada 1968, terungkap ketika orangtua Peter Parker meninggal, mereka dicurigai sebagai pengkhianat negara. Kenyataannya, mereka adalah mata-mata S.H.I.E.L.D. yang telah menyusup ke organisasi kriminal, Red Skull, sebelum dibunuh. Naasnya, orangtua Peter Parker dibunuh oleh Captain America. Mereka kemudian ditemukan masih hidup dan kemudian terungkap bahwa mereka bukan manusia, melainkan robot duplikat.

Namun, itu bukan akhir dari rahasia keluarga Parker. Ternyata selain orang tua yang tidak pernah dikenalnya, Spidey juga memiliki seorang kakak perempuan yang telah lama hilang, Teresa, yang juga merupakan agen S.H.I.E.L.D. Dia bahkan membantu Peter melawan orang jahat dengan menggunakan keterampilan mata-matanya.

10. Dialog yang tidak pernah diucapkan dalam komik

Amazing Fantasy Volume #15 (dok. Marvel Comics/Amazing Fantasy Volume #15)
Amazing Fantasy Volume #15 (dok. Marvel Comics/Amazing Fantasy Volume #15)

Kamu pasti sering mendengar motto yang berbunyi, "semakin besar kekuatan, semakin besar pula tanggung jawab." Motto seperti ini sering kali muncul dalam film superhero. Namun, dalam film Spider-Man motto ini juga diucapkan Paman Ben kepada keponakannya sebelum ia meninggal. Dalam komik, Ben Parker tidak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu.

Dalam Amazing Fantasy #15, motto Spidey tersebut tidak pernah diucapkan oleh karakter mana pun, apalagi Paman Ben. Sebaliknya, motto itu hanya muncul di akhir cerita sebagai pelajaran moral yang disampaikan oleh Stan Lee. Spidey sendiri bahkan tidak mengucapkannya hingga 25 tahun kemudian, pada 1987. Namun, seiring berjalannya waktu, kalimat itu identik dengan Paman Ben.

Spider-Man adalah salah satu superhero favorit bagi banyak generasi. Komiknya sendiri sudah ada sejak 1960-an. Ingat, seberapa tuanya Spider-Man. Mungkin usianya sama dengan orangtua kita. Namun, kebanyakan dari kita hanya mengenal Spider-Man lewat filmnya saja. Jadi, terkejut mengetahui fakta Spider-Man berdasarkan komiknya, kan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us