Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Pemenang Best Picture yang Ironisnya Dibenci Banyak Orang

Film Crash
film Crash (dok. Lionsgate/Crash)

Dalam sejarah Oscar, tidak semua pemenang Best Picture diterima dengan hangat oleh penonton. Ada film-film yang secara teknis menang besar, tetapi justru menimbulkan perdebatan panjang karena dianggap tidak layak mengalahkan pesaingnya. Fenomena ini membuat beberapa pemenang Best Picture dikenang bukan karena kualitasnya, melainkan karena kontroversinya.

Menariknya, sebagian besar film ini bukanlah film buruk, beberapa bahkan cukup solid secara teknis. Namun, saat harapan penonton berbenturan dengan hasil Academy Awards, reaksi keras tak mungkin dihindari. Lima film berikut adalah contoh bagaimana kemenangan Best Picture Oscar berubah menjadi beban yang membuat banyak orang membencinya.

1. Crash (2005)

Film Crash
film Crash (dok. Lionsgate/Crash)

Crash memicu reaksi besar karena mengalahkan Brokeback Mountain, film yang jauh lebih dicintai publik dan kritikus. Ceritanya memuat rangkaian kisah pendek tentang ketegangan ras dan kelas sosial di Los Angeles selama 36 jam. Namun, banyak yang menilai pendekatan film ini terlalu didaktik, seperti terlalu berusaha memberi pesan moral.

Akibatnya, Crash dipandang sebagai salah satu pemenang Best Picture paling kontroversial. Didukung pemain besar seperti Sandra Bullock, Don Cheadle, dan Matt Dillon, film ini sebenarnya memiliki fondasi kuat. Namun, pembahasannya tentang prasangka dianggap kurang sensitif dan terlalu menggeneralisasi.

Tema yang berat membuat film ini tidak aging dengan baik seiring waktu, dan malah terasa berlebihan. Alih-alih menggugah, sebagian penonton merasa film ini menggurui.

2. The Artist (2011)

film The Artist
film The Artist (dok. The Weinstein Co/The Artist)

The Artist menjadi penghormatan manis pada era transisi film bisu menuju film bersuara. Kisah antara bintang film bisu yang meredup dan aktris muda yang bersinar terasa klasik dan elegan. Namun, sebagian penonton merasa kemenangan film ini terlalu didorong oleh nostalgia. Beberapa menganggapnya lebih sebagai gimmick daripada karya yang benar-benar revolusioner.

Dengan lima kemenangan Oscar, film ini mencetak banyak sejarah, termasuk menjadi film hitam-putih pertama yang menang Best Picture sejak puluhan tahun. Meski begitu, tidak sedikit yang mempertanyakan apakah prestasi itu memang layak atau hanya demi pencapaian simbolis. Mengalahkan The Help, juga membuatnya menuai kontroversi kecil.

3. Around the World in 80 Days (1956)

cuplikan film Around the World in 80 Days
cuplikan film Around the World in 80 Days (dok. Warner Bros/Around the World in 80 Days)

Adaptasi kisah klasik Jules Verne ini awalnya dianggap sebagai petualangan besar penuh hiburan. Dengan nada komedi ringan dan visual berwarna cerah, film ini terasa mudah dinikmati. Namun, setelah bertahun-tahun, banyak yang menilai film ini terlalu penuh gimmick dan kehilangan ruh cerita aslinya. Versi-versi baru yang lebih segar, membuat film ini semakin terlupakan.

Kemenangan film ini makin kontroversial karena berhasil mengalahkan dua film kuat yakni The King and I dan The Ten Commandments. Banyak penonton merasa keputusan Akademi saat itu kurang tepat. Meski film ini menyenangkan, ia dianggap terlalu dangkal sebagai sebuah epik petualangan. Tidak heran reputasinya terus merosot dari waktu ke waktu.

4. Out of Africa (1985)

film Out of Africa
film Out of Africa (dok. Universal Pictures/Out of Africa)

Dengan nama besar seperti Meryl Streep, Robert Redford, dan sutradara Sydney Pollack, ekspektasi publik terhadap film ini sangat tinggi. Namun, meski indah secara visual, ceritanya berjalan lambat dan terasa terlalu panjang. Banyak menilai film ini lebih mengutamakan romansa daripada kedalaman cerita. Alhasil, sebagian penonton merasa film ini tidak sekuat yang dijanjikan.

Kritik makin keras ketika Out of Africa mengalahkan The Color Purple, film yang dianggap lebih bertenaga secara emosional. Gaya klasik Pollack dinilai sudah ketinggalan zaman pada masa itu. Meskipun tetap dihargai sebagai drama elegan, film ini dianggap tidak meninggalkan kesan mendalam. Popularitas pemainnya justru lebih diingat daripada isi filmnya sendiri.

5. Green Book (2018)

film Green Book
film Green Book (dok. Universal Pictures/Green Book)

Green Book awalnya disambut hangat karena akting kuat Mahershala Ali dan Viggo Mortensen. Namun, cepat muncul kritik karena sebagian orang menilai film ini menampilkan narasi “white savior”. Meski dibuat berdasarkan kisah nyata, beberapa detail dianggap memutihkan ketegangan ras yang nyata terjadi.

Hal ini membuat sebagian penonton merasa film tersebut terlalu menyederhanakan isu kompleks. Selain itu, keluarga Don Shirley menyatakan beberapa aspek cerita tidak akurat, terutama mengenai hubungan Shirley dengan keluarganya. Persaingan dengan BlacKkKlansman karya Spike Lee juga membuat film ini semakin disorot.

Meski tetap menjadi tontonan yang manis, kontroversinya membentuk reputasi yang tidak mudah dihapus. Banyak yang akhirnya menganggap kemenangan film ini bukan pilihan terbaik.

Film-film pemenang Best Picture Oscar seharusnya menjadi karya yang merepresentasikan kualitas terbaik di tahun perilisannya. Namun, lima judul ini membuktikan bahwa kemenangan besar tidak selalu mencerminkan penerimaan penonton luas. Dari lima film ini, mana yang paling membuatmu heran kenapa bisa menang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Hype

See More

Alasan Dodit Mulyanto dan Angga Yunanda Dipilih Perankan Anak Kembar

19 Des 2025, 15:47 WIBHype