10 Film dan Series tentang Demonstrasi dengan Cerita Memikat

The Battle of Algiers adalah salah satu film paling berpengaruh yang banyak direkomendasikan untuk para sinefil. Sesuai dengan judulnya, sinema hitam putih ini memotret perjuangan kemerdekaan Aljazair dari pendudukan Prancis pada 1950-an. 

Saat itu, tentara Prancis benar-benar dibuat kelabakan dengan berbagai aksi resistensi akar rumput yang dilakukan warga Aljazair. Tak peduli tua/muda dan laki-laki/perempuan. Beberapa "pembelot" berhasil tertangkap dan harus melalui siksaan interogasi di dalam penjara.

Walau durasinya hanya 28 menit, sinema dokumenter karya Agnes Varda ini adalah sebuah gebrakan dalam industri film dunia. Lewat karyanya ini, Varda memberikan ruang untuk para demonstran kulit hitam bersuara. 

Latarnya adalah sebuah aksi protes di Oakland yang terjadi setelah penangkapan seorang aktivis kulit hitam bernama Huey Newton. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam partai kiri berjuluk Black Panther.

Bila penasaran, Black Panthers sedang tayang di MUBI. Selain film ini, kamu juga bisa menonton Judas and The Black Messiah bila ingin mengenal lebih dekat partai tersebut.

Hunger juga tak kalah memikat. Ia berkisah tentang para anggota Irish Republican Army (IRA) yang melakukan mogok makan selama dipenjara sebagai tahanan politik Inggris. 

Tidak hanya tentang perjuangan kemerdekaan yang diemban IRA, film ini sebenarnya mengajak kita melihat kondisi penjara yang tidak manusiawi. Penggambarannya realistis, tidak banyak dialog dan dramatisasi, tetapi pesannya mengena. Hunger saat ini tayang di Amazon Prime Video. 

Krisis kemanusiaan dan keamanan di Yaman amat jarang kita dengar gaungnya di berita. Lewat The Reluctant Revolutionary, kamu akan diajak menyelami detik-detik sebelum Yaman terjerembap dalam konflik berkepanjangan. 

Film ini merupakan kumpulan footage langka yang diambil oleh seorang turis asal Inggris, Sean McAllister, pada 2011. Bersama dengan pemandu wisatanya, ia memasuki relung-relung kota Sana'a yang dipenuhi demonstran. Mereka menuntut Ali Abdullah Saleh mundur dari jabatan yang sudah ia emban selama lebih dari 3 dekade.

Sebelum Sana'a, Kairo juga pernah mengalami hal sama beberapa bulan sebelumnya. Mereka memprotes perlakuan sewenang-wenang polisi dan menuntut mundurnya Hosni Mubarak dari jabatannya sebagai presiden. 

Demo di Tahrir Square tersebut berlangsung selama lebih dari 2 minggu dan beberapa footage-nya disertakan dalam film ini. The Square meraih beberapa penghargaan di Primetime Emmy Awards serta satu nominasi Oscar. 

Maidan seakan mengonfirmasi kepiawaian Sergei Losnitza dalam membuat film dokumenter dari kumpulan footage. Kali ini, ia memilih peristiwa protes besar-besaran yang terjadi di alun-alun kota Kyiv pada akhir 2013. 

Saat itu, warga Ukraina memadati alun-alun untuk menuntut penggulingan Viktor Yanukovych setelah ia memilih menarik diri dari perjanjian kerja sama dengan Uni Eropa. Keputusan itu dipercaya orang akibat tekanan dari Rusia yang tak ingin kehilangan pengaruhnya di Ukraina.

Losnitza membuat film ini tanpa narasi sama sekali. Namun, justru membuat karyanya jadi lebih kuat. Tak perlu kata-kata lagi untuk mendeskripsikan kegigihan para demonstran dan brutalnya polisi huru-hara yang berusaha membubarkan mereka.

Kamu juga wajib menonton film demonstrasi berjudul Selma. Rilis tahun 2014, ia merebut beberapa penghargaan dan nominasi setahun kemudian, termasuk nominasi Film Terbaik dan Lagu Original Terbaik di Academy Awards. 

Selma berkisah tentang aksi protes yang dipimpin Martin Luther King Jr usai empat remaja kulit hitam terbunuh oleh bom yang ditanam kelompok white supremacist, Ku Klux Klan. Penuh gelora dan menginspirasi.

Mounia Meddour dalam karya debutnya, Papicha, mencoba mengambil latar Aljazair pada 1990-an. Ketika itu, negaranya jatuh ke tangan kelompok Islam radikal usai perang sipil. 

Dalam film diceritakan bahwa muncul beberapa aturan yang mengekang perempuan. Mulai dari pakaian hingga cara mereka bersikap. Sebagai mahasiswa fesyen, sang lakon pun memberontak dengan mengajak rekan-rekannya melakukan protes. 

Film ini bukan kisah nyata. Lebih pada reimajinasi dan dramatisasi. Namun, mirisnya benar-benar terjadi di Iran pada 2022.

Chicago Seven adalah julukan yang diberikan jurnalis pada sekelompok pemuda yang gigih menyuarakan penolakannya pada Perang Vietnam. Mereka kemudian dituduh menginisiasi demonstrasi dan kerusuhan di Chicago pada 1968. 

Ketujuh pemuda ini kemudian harus menghadapi proses peradilan panjang yang cukup high profile. Media meliput prosesnya secara ketat. Kamu bisa menonton film peraih enam nominasi Oscar ini di Netflix. 

Baru saja rilis, Oussekine diambil dari nama seorang mahasiswa keturunan Aljazair di Prancis yang meninggal setelah dikeroyok polisi karena tak sengaja berada di tengah kerumunan demonstran. Pihak berwenang kemudian mencoba menutupi kesalahan tersebut dengan berbagai siasat.

Bukannya mereda, protes justru dilakukan warga yang mendukung keluarga Oussekine menuntut keadilan. Tayang di Hulu dan Disney Plus, Oussekine dikemas dalam format miniseri dengan total empat episode. 

Film dan series tentang demonstrasi di atas adalah pengingat bahwa rakyat seyogyanya memiliki hak dan andil dalam memengaruhi kondisi politik dan sosial di negaranya. Meski harus diakui mengubah kebijakan negara memang bukan hal yang mudah dan instan, tak sedikit yang berakhir tragis.