Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Era 2010-an Pemenang Sundance yang Mungkin Belum Kamu Tonton

adegan dalam film Tyrannosaur. (dok. StudioCanal/Tyrannosaur)

Festival film independen paling bergengsi di Amerika Serikat, Sundance Film Festival, kembali hadir menyapa para pencinta sinema. Berlangsung dari 23 Januari—2 Februari 2025, Sundance tahun ini menjanjikan deretan karya berkualitas yang siap memikat para penonton dan tentunya, berkompetisi untuk meraih penghargaan tertinggi.

Beberapa judul telah mencuri perhatian dan diprediksi akan bersaing ketat untuk memperebutkan gelar juara. Sebut saja Love, Brooklyn yang mengangkat kisah romansa di tengah hiruk pikuk Kota New York, lalu ada Omaha yang menawarkan drama keluarga yang mengharukan, dan Sorry, Baby yang hadir dengan tema perempuan. Tak ketinggalan pula film-film seperti Atropia yang bergenre satir dan The Things You Kill yang bergenre thriller kriminal juga turut meramaikan persaingan.

Sambil menantikan pengumuman pemenang Sundance 2025, tak ada salahnya untuk menengok ke belakang dan mengapresiasi karya-karya gemilang yang pernah berjaya di festival ini. IDN Times telah mengumpulkan lima rekomendasi film pemenang Sundance era 2010-an yang mungkin terlewat dari radarmu. Dijamin gak kalah seru dari film-film yang sedang berkompetisi saat ini!

1. Tyrannosaur (2011)

adegan dalam film Tyrannosaur. (dok. StudioCanal/Tyrannosaur)

Penghargaan: World Cinema Directing Award: Dramatic, World Dramatic Special Jury Prizes for Breakout Performances — Sundance Film Festival 2011

Tyrannosaur merupakan debut penyutradaraan film panjang Paddy Considine, aktor yang kini dikenal sebagai Raja Viserys I Targaryen di serial House of the Dragon. Di sini, ia menyajikan kisah Joseph (Peter Mullan), seorang pria pemarah yang hidupnya dipenuhi kekerasan dan alkohol. Pertemuan Joseph dengan Hannah (Olivia Colman), pekerja toko yang juga mengalami kekerasan dalam rumah tangganya, menjadi titik balik yang mengubah hidup mereka berdua.

Meski berhasil membawa pulang dua penghargaan di Sundance Film Festival 2011, Tyrannosaur luput dari perhatian banyak orang. Salah satu penyebabnya adalah film ini menampilkan adegan kekerasan dan pelecehan secara gamblang, sehingga mungkin kurang cocok bagi penonton yang sensitif. Akan tetapi, bagi yang suka dengan kisah menyentuh tentang pencarian jati diri dan harapan di tengah keterpurukan, Tyrannosaur adalah tontonan wajib.

2. In a World... (2013)

adegan dalam film In a World.... (dok. Roadside Attractions/In a World...)

Penghargaan: Waldo Salt Screenwriting Award: U.S. Dramatic — Sundance Film Festival 2013

Butuh asupan film komedi satiris yang fresh dan cerdas? Coba lirik In a World.... Film ini menawarkan sudut pandang unik tentang dunia voice-over yang kompetitif dan penuh intrik. Dijamin, setelah nonton film ini, kamu bakal punya apresiasi baru terhadap suara-suara di balik iklan dan trailer film.

Disutradarai, ditulis, dan dibintangi oleh Lake Bell, In a World... berkisah tentang Carol (Bell), seorang perempuan muda yang berjuang menembus dominasi pria di industri voice-over. Ia tinggal bersama ayahnya, Sam Sotto (Fred Melamed), seorang legenda di bidang voice-over. Ironisnya, sang ayah justru meremehkan impian Carol dan menganggapnya sebelah mata.

Konflik memanas ketika sebuah proyek trailer film blockbuster yang sangat prestisius muncul. Carol harus bersaing dengan ayahnya sendiri dan Gustav Werner (Ken Marino), seorang voice-over artist arogan yang merupakan anak didik Sam. Tak pelak, perebutan proyek tersebut menghasilkan momen-momen menggelitik di sepanjang durasi.

3. The Stanford Prison Experiment (2015)

adegan dalam film The Stanford Prison Experiment. (dok. IFC Films/The Stanford Prison Experiment)

Penghargaan: Waldo Salt Screenwriting Award, Alfred P. Sloan Prize — Sundance Film Festival 2015

Film biopik pemenang Sundance Film Festival 2015 ini bukanlah tontonan yang ringan dan menghibur seperti kebanyakan film biopik di luar sana. The Stanford Prison Experiment menyajikan kisah yang kelam dan mengganggu tentang eksperimen psikologi kontroversial di Universitas Stanford pada tahun 1971. Film ini akan membuatmu merenung tentang batas-batas moral dan etika dalam sebuah penelitian.

Kisah dalam The Stanford Prison Experiment berpusat pada Profesor Philip Zimbardo (Billy Crudup) yang memimpin eksperimen tersebut. Ia merekrut mahasiswa untuk berperan sebagai narapidana dan sipir di penjara simulasi. Tujuan awalnya adalah untuk mengamati dampak psikologis dari peran-peran tersebut. Namun, eksperimennya ini dengan cepat berubah menjadi mimpi buruk ketika dinamika kekuasaan mulai mendominasi.

4. Marjorie Prime (2017)

adegan dalam film Marjorie Prime. (dok. FilmRise/Marjorie Prime)

Penghargaan: Alfred P. Sloan Prize — Sundance Film Festival 2017

Tak hanya film drama, Sundance Film Festival juga selalu punya ruang istimewa bagi film fiksi ilmiah indie untuk unjuk gigi. Salah satu contohnya adalah Marjorie Prime karya Michael Almereyda. Film ini membuktikan bahwa fiksi ilmiah tak melulu soal ledakan dan aksi, tetapi juga bisa menjadi medium untuk merenungkan eksistensi manusia.

Marjorie Prime berlatar di masa depan, di mana hologram yang diprogram dengan AI, yang disebut "Prime," hadir untuk menemani orang-orang lanjut usia. Marjorie (Lois Smith), seorang wanita lansia dengan demensia, memiliki Prime yang menyerupai mendiang suaminya, Walter (Jon Hamm). Kehadiran Walter versi hologram ini mampu mengisi "kekosongan" yang dirasakan Marjorie.

Menariknya, Marjorie Prime tak hanya berfokus pada hubungan Marjorie dengan Prime Walter. Dinamika antara Marjorie dan putrinya, Tess (Geena Davis), yang merasa tak nyaman dengan kehadiran Prime, serta menantunya, Jon (Tim Robbins), yang mendukung eksistensi Prime, juga menjadi sorotan. Perbedaan pandangan ini menciptakan konflik menarik yang menambah lapisan emosional pada film.

5. The Souvenir (2019)

adegan dalam film The Souvenir. (dok. A24/The Souvenir)

Penghargaan: World Cinema Dramatic Grand Jury Prize — Sundance Film Festival 2019

Jika kamu bosan dengan film romantis yang klise dan penuh adegan manis yang dibuat-buat, film jebolan Sundance Film Festival 2019 ini bisa menjadi angin segar. The Souvenir menawarkan kisah cinta yang jauh dari kata ideal, lebih tepatnya sebuah potret hubungan yang kompleks dan problematik. Sisi gelap hubungan, seperti manipulasi, ketergantungan emosional, dan dampak traumatisnya dieksplorasi dengan jujur dan tanpa pretensi di sini.

Berlatar di Inggris era 80-an, The Souvenir berpusat pada Julie (Honor Swinton Byrne) yang merupakan representasi fiksi dari sang sutradara sendiri, Joanna Hogg. Julie adalah mahasiswi film yang ambisius, namun juga rapuh dan mudah terpengaruh. Kehadiran Anthony (Tom Burke), pria yang lebih tua dan misterius, membawa warna baru dalam hidup Julie sekaligus awal dari hubungan yang penuh gejolak.

Dari Tyrannosaur yang menyentuh hingga The Souvenir yang getir, kelima film ini membuktikan bahwa Sundance Film Festival tak hanya sekadar ajang pamer film indie. Festival ini juga menjadi wadah bagi lahirnya karya-karya sinema yang berani dan berkesan. Jadi, sembari menunggu pengumuman pemenang Sundance 2025, yuk, isi waktu luangmu dengan menyaksikan kembali deretan permata sinema dari dekade sebelumnya di atas!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us