Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Klasik tentang Kembaran Perempuan dan Krisis Identitas

film Mulholland Drive (dok. Universal Pictures/Mulholland Drive)
film Mulholland Drive (dok. Universal Pictures/Mulholland Drive)
Intinya sih...
  • Film Andrzej Żuławski menggambarkan runtuhnya pernikahan dengan simbolis dan ekstrem.
  • Isabelle Adjani brilian memerankan dua karakter perempuan yang sangat berbeda.
  • Konflik antara citra dan kenyataan dalam hubungan yang retak dipertanyakan.
  • Kisah dua perempuan identik di negara berbeda terhubung secara misterius, merenungkan identitas yang terpecah.
  • Simbol boneka dan permainan bayangan menyiratkan bagian dari diri yang hilang.
  • Pengaruh luar dan ketidaksadaran batin membentuk identitas perempuan.

Tema kembaran perempuan dan krisis identitas selalu berhasil menciptakan cerita yang penuh lapisan psikologis, emosi, dan misteri. Sosok perempuan yang terbelah antara versi ideal, versi liar, atau bahkan versi yang sepenuhnya berbeda telah menjadi cermin dari pergulatan batin, trauma masa lalu, dan pencarian jati diri yang tak pernah sederhana.

Ketika satu karakter diperankan oleh satu aktris dalam dua wujud berbeda, penonton diajak menelusuri batas antara realitas dan ilusi, keinginan dan kenyataan. Lima rekomendasi film berikut menyoroti hal tersebut dengan cara yang sangat unik dan mengesankan. Masing-masing menyuguhkan perspektif tajam tentang identitas perempuan yang terpecah.

1. Possession (1981)

film Possession (dok. Gaumont/Possession)
film Possession (dok. Gaumont/Possession)

Film psikologis menegangkan karya Andrzej Żuławski ini menggambarkan runtuhnya sebuah pernikahan dengan cara ekstrem dan simbolis. Anna dan Mark tampak semakin terpisah secara emosional dan mental. Yang membuatnya makin aneh, Mark kemudian bertemu dengan Helen, seorang guru yang tampak persis seperti Anna.

Keduanya diperankan oleh Isabelle Adjani yang dengan brilian menunjukkan dua sisi karakter perempuan sangat berbeda. Helen yang lembut dan penuh perhatian menjadi semacam representasi ideal dari Anna yang “seharusnya,” menurut pandangan Mark. Sementara Anna sendiri digambarkan liar, misterius, dan emosional.

Film ini mempermainkan batas antara realitas dan fantasi, serta mengajukan pertanyaan tajam tentang bagaimana seseorang bisa menciptakan versi ideal orang lain berdasarkan ekspektasi pribadi. Ini bukan hanya tentang kembaran, tapi tentang konflik antara citra dan kenyataan dalam hubungan yang retak.

2. The Double Life of Veronique (1991)

film The Double Life of Véronique (dok. Canal+/The Double Life of Véronique)
film The Double Life of Véronique (dok. Canal+/The Double Life of Véronique)

Film karya Krzysztof Kieślowski ini menghadirkan kisah dua perempuan identik bernama Véronique dan Weronika yang hidup di negara berbeda, tapi terhubung secara misterius. Keduanya tidak pernah bertemu, tetapi merasakan ikatan emosional yang tak bisa dijelaskan, seolah mereka berbagi jiwa.

Cerita dibungkus dalam suasana yang melankolis dan penuh simbol menjadikan pengalaman menontonnya terasa seperti mimpi. Kieślowski menggunakan sosok dua perempuan ini untuk menyampaikan ide tentang identitas yang terpecah. Bagaimana seseorang bisa merasa hampa karena ada bagian dari dirinya yang hilang.

Melalui simbol boneka dan permainan bayangan, film ini menyiratkan bahwa identitas perempuan dibentuk oleh pengaruh luar dan ketidaksadaran batin. Flm ini mengajak kita merenung tentang siapa kita sebenarnya, jika ada bagian lain dari kita yang hidup di tempat berbeda.

3. Persona (1966)

film Persona (dok. MGM/Persona)
film Persona (dok. MGM/Persona)

Ingmar Bergman menyajikan kisah paling eksperimental lewat Persona, sebuah film yang menyelami kedalaman identitas perempuan melalui hubungan antara seorang suster dan pasiennya. Dalam film ini, Elisabet adalah seorang aktris yang memilih bungkam total, sementara Alma adalah perawat yang merawatnya.

Seiring waktu, batas antara keduanya menjadi kabur hingga penonton tak yakin siapa yang benar-benar ada dan siapa yang hanya pantulan. Dengan teknik sinematik yang inovatif seperti wajah yang disatukan dalam satu frame, serta dialog yang menyingkap trauma masa lalu, Bergman menantang pemahaman kita tentang individualitas.

Apakah mereka dua orang berbeda atau dua sisi dari satu jiwa? Film ini memperlihatkan bagaimana trauma, keheningan, dan pengungkapan batin bisa menghapus garis antara diri sendiri dan orang lain.

4. Mulholland Drive (2001)

film Mulholland Drive (dok. Universal Pictures/Mulholland Drive)
film Mulholland Drive (dok. Universal Pictures/Mulholland Drive)

David Lynch menghadirkan kisah penuh teka-teki tentang Betty dan Rita, dua perempuan yang tampak asing satu sama lain namun ternyata adalah representasi dari orang yang sama. Ketika Rita kehilangan ingatannya, Betty mencoba membantunya mengungkap jati diri, tapi lambat laun realitas yang mereka jalani berubah menjadi ilusi.

Di balik semua teka-teki ini, ternyata mereka adalah bayangan dari satu tokoh yakni Diane, yang mencoba melarikan diri dari rasa bersalah dan sakit hati akibat kisah cintanya yang kandas. Lynch menggunakan narasi yang terpecah untuk mengeksplorasi bagaimana seseorang bisa menciptakan versi ideal dari dirinya dan dari orang yang pernah dicintainyademi menghindari kenyataan pahit.

Diane membayangkan dirinya sebagai Betty yang manis dan polos, sementara Camilla (mantan kekasihnya) berubah menjadi Rita yang tak berdaya. Tapi fantasi ini tidak menyelamatkannya, justru menjerumuskannya ke jurang kehancuran emosional. Ini adalah potret gelap tentang bagaimana keinginan dan luka bisa membentuk identitas baru yang rapuh.

5. Vertigo (1958)

film Vertigo Drive (dok. Paramount Pictures/Vertigo)
film Vertigo Drive (dok. Paramount Pictures/Vertigo)

Dalam film Alfred Hitchcock ini, Scottie jatuh cinta pada Madeleine, sosok misterius yang ternyata bagian dari rencana rumit. Setelah Madeleine meninggal, Scottie bertemu Judy, perempuan yang sangat mirip dengannya. Scottie kemudian berusaha mengubah Judy menjadi Madeleine, membuatnya memakai pakaian dan gaya rambut yang sama.

Hitchcock dengan cerdik menunjukkan bagaimana laki-laki sering kali memproyeksikan imajinasi mereka terhadap perempuan. Judy pun menjadi korban dari obsesi Scottie dan kehilangan dirinya. Vertigo tidak hanya membahas soal kembaran, tapi juga tentang bagaimana perempuan bisa kehilangan jati dirinya ketika terus dipaksa menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain.

Jika kamu tertarik pada tema identitas dan bagaimana seseorang bisa terbelah antara versi ideal dan kenyataan dirinya, lima film ini memberikan gambaran yang kuat, menyentuh, sekaligus mengguncang. Apakah menurutmu, kita semua memiliki “kembaran” yang hidup dalam bayangan keinginan dan ketakutan kita sendiri?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us