Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film Mongolia Modern untuk Intip Kultur Unik Mereka

If Only I Could Hibernate (dok. Amygdala Films/If Only I Could Hibernate)
If Only I Could Hibernate (dok. Amygdala Films/If Only I Could Hibernate)

Apa yang terbesit di benakmu soal Mongolia? Gurunnya yang membentang luas, kehidupan nomaden, atau justru kemiskinan? Daripada menebak-nebak, ada baiknya kamu langsung mengamatinya lewat film Mongolia modern berikut.

Mayoritas dibuat oleh sutradara asli Mongolia, kamu gak perlu khawatir filmnya mengandung elemen orientalisme. Kualitasnya juga gak perlu diragukan, sudah tayang di berbagai festival film bergengsi bahkan sebagian meraih penghargaan. Penasaran? Gulir sampai habis.

1. If Only I Could Hibernate (2023)

If Only I Could Hibernate (dok. Amygdala Films/If Only I Could Hibernate)
If Only I Could Hibernate (dok. Amygdala Films/If Only I Could Hibernate)

Buat permulaan, kamu bisa coba nonton If Only I Could Hibernate. Sedang tayang di salah satu platform streaming lokal, film jebolan Cannes Film Festival yang juga dipilih Mongolia sebagai submisi Oscar mereka ini berkutat pada remaja bernama Ulzii (Battsooj Uurtsaikh). Ia tinggal bersama ibu tunggal dan beberapa adiknya di pinggiran kota Ulaanbaataar. Setelah ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja, ekonomi mereka memburuk dan Ulzii yang sebenarnya berprestasi secara akademik terancam putus sekolah untuk jadi tulang punggung keluarga. Ada banyak referensi kultur dan sosial-ekonomi menarik di film ini. Mulai dari eksistensi yurt (tenda nonpermanen) sebagai rumah, kondisi kerja yang tak layak, sampai absennya pemerintah.

2. The Cave of the Yellow Dog (2005)

The Cave of the Yellow Dog (dok. Telepool/The Cave of the Yellow Dog)
The Cave of the Yellow Dog (dok. Telepool/The Cave of the Yellow Dog)

Berlakonkan bocah perempuan bernama Nansal (Nansal Batchuluun), The Cave of the Yellow Dog kerap disebut sebagai salah satu film terbaik asal Mongolia. Gaya berceritanya disebut pula mirip dengan film-film Iran yang kaya dilema moral. Nansal diceritakan pulang ke rumah membawa serta seekor anjing terlantar yang ia temukan di dalam gua. Ini membuat ayahnya marah mengingat beberapa ternaknya hilang dimangsa serigala yang ia percaya bersembunyi di gua-gua. Khawatir, ia bakal rugi lebih besar gara-gara anjing baru Nansal, sang ayah pun memutuskan untuk migrasi mendadak.

3. They Sing Up on the Hill (2019)

They Sing Up on the Hill (dok. Really Nice Content/They Sing Up on the Hill)
They Sing Up on the Hill (dok. Really Nice Content/They Sing Up on the Hill)

They Sing Up on the Hill akan membawamu kembali ke Ulaanbaatar. Kali ini kita akan mengikuti sudut pandang Od (Dulguun Bayasgalan), musisi yang bermanuver jadi penerjemah setelah berselisih dengan rekan-rekan satu band-nya. Di pekerjaan barunya itu, ia bertemu dengan Gegee (Nomin-Erdene Munkhbat), perempuan muda yang berbagi kecintaannya pada musik dengan Od. Bersama, mereka seolah menemukan mitra untuk menghidupkan kembali bakat terpendam keduanya.

4. The Eagle Huntress (2016)

The Eagle Huntress (dok. Sony Pictures Classics/The Eagle Huntress)
The Eagle Huntress (dok. Sony Pictures Classics/The Eagle Huntress)

The Eagle Huntress adalah sebuah proyek internasional yang memotret kehidupan kelompok etnik Kazakh di Mongolia. Aisholpan, si lakon, adalah remaja 13 tahun yang beraspirasi jadi penakluk elang perempuan pertama di keluarganya. Ia tergerak mengikuti sebuah kompetisi yang diadakan di kota Ulgii. Beruntung, ayahnya mendukung keputusan itu dan membantunya berlatih setiap hari. Minimalis, tetapi sukses bikin penonton terinspirasi.

5. The Steed (2019)

The Steed (dok. Three Flames Pictures/The Steed)
The Steed (dok. Three Flames Pictures/The Steed)

The Steed adalah film petualangan asal Mongolia yang bakal bikin daftar tontonmu lebih beragam. Ia berkisah tentang kehidupan keluarga nomaden di Mongolia yang terdampak revolusi besar di Rusia pada awal tahun 1900-an. Cerita mereka ditulis dari POV Chuluun (Ariunbold E.), bocah laki-laki yang punya ikatan kuat dengan salah satu kuda milik keluarganya. Lagi-lagi film minimalis dengan pesan moral dan lanskap alam yang epik.

6. City of Wind (2023)

City of Wind (dok. Toronto International Film Festival/City of Wind)
City of Wind (dok. Toronto International Film Festival/City of Wind)

Kehidupan urban Mongolia bisa kamu temukan dalam film coming of age, City of Wind. Film jebolan Venice Film Festival ini tentang Ze (Tergel Bold-Erdene), bocah SMA pendiam yang diam-diam punya kemampuan supranatural. Namun, seperti anak-anak muda seusianya, Ze diliputi berbagai kekhawatiran dan ketidakpercayaan diri, termasuk soal kondisi finansial dan keinginannya untuk meninggalkan identitas klenik yang dianggap kolot. Sampai satu hari, ia bertemu dengan salah satu klien sebayanya, Maralaa (Nomin-Erdene Ariunbyamba) yang membuatnya memikirkan ulang tujuan hidupnya.

Sinema Mongolia memang kerap mengekspos bentang alam dan suku nomadennya, tetapi jangan lupakan pula kehidupan perkotaan di negeri itu yang jarang terekspos. Film-film tadi jelas bisa jadi pengalaman sinematik yang membuka mata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us

Latest in Hype

See More

5 Film Terbaik Brad Renfro, Aktor Cilik yang Bernasib Tragis

11 Okt 2025, 10:39 WIBHype