4 Film Oliver Laxe, Auteur Spiritualis dalam Sinema Arthouse

Sebagai salah satu pegiat sinema arthouse kontemporer, Oliver Laxe dikenal sebgai sosok yang ambisius. Tercermin di setiap karyanya, Laxe gemar memadukan tema spiritual dan mempekerjakan aktor non-profesional dalam lanskap yang meditatif.
Sineas kelahiran 11 April 1982 ini turut dikenal lewat tempo filmnya yang lambat. Seakan menolak pakem yang ada, Laxe justru memberi ruang bagi audiensnya untuk merasakan filmnya alih-laih hanya dengan menontonnya.
Nama Olilver Laxe kini tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan sinepil menyusul pengumuman film teranyarnya, Sirāt, sebagai wakil Spanyol untuk kategori Best Foreign Feature Film di ajang Oscar 2026 mendatang. Pilihan yang tepat mengingat Sirāt telah lebih dulu memenangkan penghargaan Jury Prize di Cannes Film Festival tahun ini.
Selain Sirāt, karya-karya Oliver Laxe lainnya berikut ini layak untuk kamu cicipi. Konsisten memenangkan penghargaan bergengsi di Cannes Film Festival.
1. Sirāt (2025)

Di sebuah pesta rave yang digelar di pedalaman gurun di Maroko Selatan yang tandus, Luis (Sergi López) dan putranya Esteban (Bruno Núñez) mencari keberadaan anaknya yang menghilang tanpa jejak. Tak patah semangat, mereka memutuskan untuk bergabung dengan sekelompok raver dan pergi ke pesta terakhir yang digelar jauh di sisi lain gurun tersebut.
Sunyi dan mencekam adalah kata yang tepat untuk menggambarkan Sirāt. Dalam proses penulisan naskahnya, Santiago Fillol dan Oliver Laxe terinspirasi oleh jembatan Shiratal Mustaqim yang akan dilalui seluruh umat manusia di hari penghakiman. Laxe turut mengutip surah Maryam ayat 97-98 yang mana merupakan sebuah pernyataan tegas bahwa ada jalan bagi mereka yang bertakwa dan ada konsekuensi bagi mereka yang membangkang. Sebuah metafora yang sempurna dimana para karakternya ditempatkan pada situasi pelik yang memaksa mereka untuk menghadapi konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka ambil.
Sirāt sendiri terpilih sebagai wakil Spanyol untuk kategori Best Foreign Feature Film di ajang Oscar 2026 mendatang. Pilihan yang tepat mengingat Sirāt telah lebih dulu memenangkan penghargaan Jury Prize di Cannes Film Festival tahun ini.
2. Fire Will Come (2019)

Usai menjalani masa hukuman karena kasus pembakaran hutan, Amador (Arias Amador) kembali ke desa untuk membuka lembaran baru. Ia membantu ibunya yang sudah lanjut usia merawat ternak dan bertani. Sialnya, warga desa yang masih trauma menaruh curiga padanya. Puncaknya ketika kebakaran hutan kembali melanda, Amador dituduh sebagai pelaku utamanya.
Dalam Fire Will Come, Oliver Laxe menggali tema pengampunan dan rasa bersalah dari sudut pandang yang lebih kompleks. Gaya penceritaannya yang cenderung tentatif sejalan dengan keterasingan yang dialami oleh karakter utamanya. Hal tersebut ditekankan lewat komposisi sinematografi pemenang Un Certain Regard Jury Prize di Cannes Film Festival 2019 ini yang terasa begitu sendu.
3. Mimosas (2016)

Tahu waktunya tak lama lagi, para pengawal seorang Syekh tua yang sekarat mengantarnya melintasi Pegunungan Atlas di Maroko. Keingin terakhirnya adalah dimakamkan bersama orang-orang terkasihnya. Naas, sang Syekh tutup usia sebelum tiba di tempat tujuan. Saïd (Said Agli) dan Ahmed (Ahmed Hammound) dengan enggan membawa jenazahnya ke tujuan akhir. Di tengah perjalanan, sosok misterius bernama Shakib (Shakib Ben Omar) muncul untuk memandu mereka.
Singkatnya, Mimosas merupakan alegori memukan tentang iman dan takdir. Meminjam tradisi Sufi, Oliver Lace menyatukan dua narasi paralel dimana ia mengaburkan batas antara hal yang bersifat duniawi dan spiritual, menyiratkan bahwa pencarian kebenaran adalah sebuah perjalanan yang abadi. Tayang perdana di Cannes Film Festival 2016 dalam program Critics’ Week, Mimosas memenangkan penghargaan Nespresso Grand Prize.
4. You All Are Captains (2010)

Oliver (Oliver Laxe), seorang sutradara asal Eropa tengah menggarap sebuah film yang melibatkan anak-anak lokal di pusat kota Tangier, Maroko. Berkat metode yang digunakannya, hubungan Oliver dengan anak-anak selama syuting memburuk dan mengubah nasib proyek filmnya.
Dalam film debut penyutradaraannya, Oliver Laxe mengawinkan genre fiction dan dokumenter. Meskipun bukan hal yang baru, namun gaya pendekatan tersebut terbukti efisien khususnya dalam menyoroti tema neo-koloanilsme. Tayang perdana di Cannes Film Festival tahun 2010 dalam program Directors’ Fortnight, You All Are Captains menyabet penghargaan FIPRESCI Prize.
2025 menjadi tahun yang sibuk bagi Oliver Laxe. Usai mendulang sukses di Cannes Film Festival yang dihelat pada pertengahan Mei lalu, Laxe dan tim saat ini disibukkan dengan serangkaian kegiatan promosi Sirāt untuk kampanye Oscar 2026 mendatang.