6 Film Prancis tentang Kejamnya Korporasi Besar, Antikapitalis!

Dikenal sebagai negara dengan serikat pekerja yang solid, melek hak, dan aktif, tak heran melihat banyak sinema Prancis yang mengangkat tema antikapitalisme. Mereka biasanya berkutat pada sisi gelap korporasi besar yang suka mengeksploitasi celah-celah dalam regulasi yang berlaku. Ini jadi semacam formula yang menarik untuk naskah film.
Konfliknya sudah terbangun dan isunya membuka mata. Masalahnya, kecurangan korporasi besar jelas bukan masalah khas Prancis, tetapi sudah jadi isu transnasional. Bolehlah ditonton buat mengasah kesadaran politik sekaligus daya pikir kritismu.
1. Human Resources (1999)

Human Resources terkonsentrasi pada Franck (Jalil Lespert), pemuda yang berhasil naik kelas gara-gara pendidikan. Setelah lulus kuliah, Franck dapat kesempatan magang sebagai staf HRD di pabrik tempat ayahnya bekerja puluhan tahun. Ini bikin posisi Franck agak canggung. Ia kenal baik beberapa buruh di pabrik itu, tetapi di sisi lain ia diharapkan berada di pihak perusahaan. Franck bahkan baru tahu kalau pola relasi antarburuh dan relasi dirinya dengan teman-temannya di departemen HRD berbeda drastis. Posisinya makin dilematis ketika Franck tahu kalau perusahaan yang dibelanya itu akan mengakali regulasi pekerja demi profit.
2. The Sitting Duck (2022)

Aktris senior Prancis Isabelle Huppert didapuk jadi Maureen Kearney, jurnalis yang membongkar sebuah konspirasi antara perusahaan nuklir milik pemerintah Prancis dengan sebuah perusahaan energi asal China. Kerja sama diam-diam ini berdasar investigas Kearney bakal mengorbankan banyak pekerja di Prancis. The Sitting Duck diadaptasi dari kisah nyata Kearney yang merangkum kasus ini dalam sebuah buku terbitan tahun 2019.
3. The Measure of a Man (2015)

The Measure of a Man adalah kisah seorang pria paruh baya yang jadi korban PHK. Pada usianya yang sudah masuk kepala lima, Thierry (Vincent Lindon) bersama rekan-rekannya di serikat sempat berjuang menuntut perusahaan lamanya. Setelah 18 bulan menganggur, Thierry akhirnya bisa dapat pekerjaan baru sebagai petugas keamanan di sebuah mal. Namun, ternyata pekerjaan ini justru membuatnya mengalami pertentangan moral hebat. Film ini adalah gambaran bagaimana pemberi kerja kerap mengeksploitasi kerentanan pekerja untuk kepentingan mereka.
4. Another World (2021)

Lindon kembali berperan di film Prancis antikapitalis berjudul Another World pada 2021. Kali ini ia jadi Philippe, petinggi di sebuah perusahaan produsen alat rumah tangga yang mengalami kekalutan di karier dan pernikahannya. Ia harus menenangkan para pekerja tersisa di pabrik yang baru saja memecat ribuan karyawannya. Di sisi lain, Phillippe digugat cerai istri yang sudah bersamanya puluhan tahun. Secara tersirat, kehancuran pernikahannya adalah dampak dari kecenderungan si pria fokus pada karier hingga tak benar-benar punya ikatan emosional dengan anak istrinya.
5. Time Out (2001)

Time Out adalah balada pria pekerja kerah putih, Vincent (Aurélien Recoing) yang mendadak kehilangan pekerjaannya. Malu dan tak tahu harus bagaimana, selama beberapa waktu Vincent menyembunyikan fakta ini dari keluarga intinya. Setiap hari, ia akan berpura-pura berangkat kerja dan pulang kantor pada jam yang sama. Sampai satu hari, ia ditawari untuk bergabung dalam sebuah bisnis ilegal oleh mantan rekan kerjanya. Time Out adalah sebuah observasi tentang relasi manusia dengan profesinya yang kerap tak berimbang, padahal tak ada yang menjamin kesetiaanmu berbanding lurus dengan kompensasi yang diperoleh.
6. At War (2018)

Menggunakan format semi-dokumenter, At War adalah film yang memotret perjuangan ribuan buruh pabrik mempertahankan mata pencaharian mereka. Perusahaan itu sempat berjanji akan menolong mereka setelah diakuisisi perusahaan Jerman, tetapi yang terjadi justru penutupan total. Vincent Lindon kembali bekerja sama dengan sutradara Stéphane Brizé dalam sinema Prancis antikapitalis ini.
Film-film tadi bisa jadi pengingat kalau perusahaan atau pemberi kerja bukan sosok yang bisa dianggap kawan. Beroperasi dengan orientasi profit, tidak heran kalau pada akhirnya pekerja pula yang mereka korbankan pertama kali saat krisis melanda.