9 Film Terbaik yang Dibuat dengan Teknik Triptych

Dalam pembuatan film, 3 bisa disebut angka keramat. Ia paling sering kita temukan dalam bentuk three-act structure, yakni struktur film tradisional yang terdiri dari perkenalan-klimaks-resolusi. Namun, ada pula yang disebut dengan triptych, yaitu teknik penulisan skenario dengan cara mengembangkan 3 perspektif atau plot berbeda.
Teknik ini sadar atau tidak bikin film terasa unik dan kaya. Ada lapisan dan kompleksitas yang secara tak langsung tercipta gara-gara teknik ini. Bisa berbentuk antologi (beberapa cerita terpisah), tetapi ada pula yang terintegrasi layaknya trilogi. Penasaran bagaimana aplikasinya? Berikut 9 film terbaik yang bisa kamu tonton untuk mengenal dan belajar lebih jauh tentang teknik triptych.
1. Pulp Fiction (1994)

Pulp Fiction adalah contoh film triptych terpopuler. Film ini dibuat Quentin Tarantino dengan berfokus pada 3 cerita utama yang ditulis dari 3 perspektif berbeda pula, tetapi masih terkait satu sama lain. Namun, dalam prosesnya, Tarantino membagi lagi 3 cerita itu dalam 7 babak yang disusunnya secara nonlinear. Ini yang bikin filmnya terasa kompleks dan cerdas. Terbayang gak sih rancangan skenarionya seperti apa?
2. Dunkirk (2017)

Dunkirk juga mengikuti prinsip triptych, tetapi disusun dalam format trilogi. Semua ceritanya berpusat di Dunkirk, Prancis era Perang Dunia II, tepatnya ketika tentara sekutu terdesak dan terpaksa ditarik mundur. Untuk menambah efek dramatis, Christopher Nolan memilih untuk mengembangkan situasi mencekam itu dalam 3 perspektif berbeda: yakni para tentara angkatan darat, beberapa pelaut, dan dua pilot secara sili berganti.
3. The Place Beyond the Pines (2012)

Dalam The Place Beyond the Pines, kamu akan menyelami drama 2 keluarga yang disusun dengan struktur triptych. Cerita pertama mengikuti seorang kriminal yang terbunuh saat beraksi, meninggalkan pasangan dan anak laki-lakinya. Cerita kedua beralih ke aparat yang jadi saksi kematian si pelaku kriminal, dan cerita terakhir berfokus pada dua remaja yang ternyata keturunan dari 2 protagonis dari 2 cerita pertama.
4. Wheel of Fortune and Fantasy (2021)

Beberapa sineas mengaplikasikan teknik triptych dalam format antologi. Seperti yang dilakukan Ryusuke Hamaguchi dalam karya sinematiknya yang berjudul Wheel of Fortune and Fantasy (2021). Ia menjelajahi cerita-cerita provokatif tentang cinta pada era modern. Serunya, mengingat ceritanya tidak punya kesinambungan sama sekali, kamu bisa melompati urutannya tanpa takut gagal paham. Cerita pertama berkutat pada cinta segitiga antara 2 sahabat perempuan dan seorang pria, cerita kedua tentang mahasiswa yang dihasut kekasihnya untuk menjebak dosennya, dan cerita ketiga tentang sobat lama yang bertemu lagi setelah 20 tahun.
5. In the Land of Brothers (2023)

Beda dengan film sebelumnya, In the Land of Brothers rasanya lebih baik kamu ikuti sejak awal secara berurutan karena 3 ceritanya masih berkaitan meski ditulis dari 3 perspektif dan latar waktu berbeda. Intinya sih berkutat pada nasib malang dan tantangan hidup yang harus dilalui pengungsi Afghanistan di Iran sejak 2001 sampai 2021. Miris karena selama 20 tahun, hidup mereka masih terkatung-katung tanpa kejelasan.
6. The High Sun (2015)

Ditulis dalam rentang waktu beberapa dekade seperti film triptych sebelumnya, The High Sun akan membawamu ke wilayah eks-Yugoslavia yang terkoyak perang sipil. Tiga ceritanya tidak berkaitan, tetapi masih satu tema, yakni hubungan asmara yang terhalang tensi antaretnik. Ceritanya berlatar tahun 1991, 2001, dan 2011, tetapi masalah mereka ternyata tak jauh beda. Poin menarik lain adalah fakta bahwa ketiga cerita itu dibawakan 2 aktor yang sama, tetapi memerankan karakter yang berbeda-beda. Ini membuat mereka seperti sedang menjalani kehidupan alternatif di semesta lain.
7. Kind of Kindness (2024)

Teknik macam The High Sun dipakai pula oleh Yorgos Lanthimos saat menggarap Kind of Kindness. Film ini terdiri dari 3 cerita berbeda yang tak punya korelasi langsung, tetapi diperankan oleh sekelompok aktor yang sama. Mereka memerankan karakter yang beragam pada tiap ceritanya. Kind of Kindness memang bukan film terkuat Lanthimos, tetapi cukup inovatif dan seperti biasa mengekspos kekhasan gaya sinematiknya.
8. Mystery Train (1989)

Sutradara kawakan Jim Jarmusch juga dikenal dengan kepiawaiannya bikin film antologi. Salah satunya Mystery Train yang digarapnya dengan format triptych alias 3 panel cerita. Plot dan karakternya dalam 3 cerita itu tak saling kenal, tetapi disatukan oleh beberapa persamaan. Yakni, latarnya adalah malam yang sama di sebuah hotel di tengah kota Memphis, Amerika Serikat. Ketiga cerita itu juga memfitur satu tokoh yang sama, yakni seorang staf hotel tanpa nama.
9. The Day I Became Woman (2000)

Disebut salah satu film debut yang solid, The Day I Became Woman berhasil menggunakan teknik triptych untuk memotret 3 fase kehidupan perempuan dalam masyarakat patriarki. Cerita pertama memotret momen ulang tahun ke-9 seorang bocah. Dilanjut dengan pergolakan batin seorang perempuan yang sudah menikah. Terakhir, ditutup dengan balada melankolis seorang janda lansia yang akhirnya bisa memprioritaskan keinginan dan kebutuhannya sendiri setelah sekian lama.
Bukan cuma asal 3 cerita, sineas sengaja pakai teknik triptych untuk mencapai tujuan tertentu. Baik secara estetika maupun struktur cerita. Terbukti tiga memang bisa jadi angka sakti dalam proses pembuatan film, terutama untuk menciptakan simetri dan harmoni.