Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

James Cameron Tegas Avatar 3 Gak Pakai AI: Kami Tidak Mengganti Aktor

James Cameron komentari generatif AI di film
James Cameron komentari generatif AI di film (instagram.com/jamescamronofficial | dok. 20th Century Studios/Avatar: Fire and Ash)
Intinya sih...
  • James Cameron menegaskan Avatar 3 tidak menggunakan generative AI
  • Cameron tetap berpegang pada keyakinannya: akting manusia tidak tergantikan
  • Cameron yakin kalau AI belum bisa menggantikan emosi manusia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjelang perilisan Avatar: Fire and Ash (2025), James Cameron menegaskan bahwa ia tidak menggunakan AI generatif selama proses pembuatan filmnya. Sutradara peraih Oscar ini ingin penonton memahami bahwa teknologi yang digunakan dalam Avatar bukanlah AI, melainkan performance capture alias teknologi yang tetap bergantung pada manusia sebagai inti utama.

Cameron juga menekankan bahwa pernyataannya bukanlah bentuk kebencian terhadap AI generatif, tetapi respons terhadap salah kaprah publik yang mengira karakter Avatar digerakkan AI, bukan aktor. Lalu, apa saja pandangan Cameron soal AI dalam industri film saat ini?

1. James Cameron tegaskan Avatar 3 tidak menggunakan generative AI

behind the scene film Avatar
behind the scene film Avatar (instagram.com/avatar)

Dalam wawancara barunya bersama ComicBook.com, James Cameron menjelaskan AI yang membangun aktor virtual bukan hal yang bisa disamakan dengan CGI yang ia gunakan dalam Avatar (2009) dan Avatar: The Way of Water (2022).

"Saya hanya ingin menunjukkan bahwa kami tidak menggunakannya di film-film Avatar. Kami menghormati dan merayakan aktor. Kami tidak mengganti aktor," kata Cameron.

Cameron menilai bahwa ancaman AI yang sesungguhnya bukan terkait visual film atau proses animasi, melainkan ancaman eksistensial terhadap keberlanjutan proses kreatif manusia.

"Saya pikir Hollywood akan melakukan pengawasan mandiri dalam hal itu. Kami akan menemukan jalan keluarnya," lanjutnya.

Ia juga mengingatkan bahwa penampilan karakter Avatar selama ini adalah murni hasil performa aktor melalui teknologi motion capture. Zoe Saldaña, pemeran Neytiri, bahkan menyebut performance capture sebagai bentuk akting paling memberdayakan.

"Avatar tidak akan ada jika Sigourney Weaver, Sam Worthington, Stephen Lang, Kate Winslet, saya sendiri, dan seluruh pemain tidak berdiri dan membubuhkan titik-titik itu di wajah kami," ujarnya.

2. Namun, bukan berarti Cameron anti CGI atau VFX

Cameron tetap berpegang pada keyakinannya: akting manusia tidak tergantikan. Dalam wawancara terpisah, ia menyebut teknologi AI yang bisa menciptakan aktor dari teks adalah sesuatu yang "mengerikan."

"Ada AI generatif yang bisa menciptakan karakter. Mereka bisa menciptakan aktor. Mereka bisa menciptakan penampilan dari awal hanya dengan perintah teks. Rasanya, tidak. Itu mengerikan bagi saya," tegasnya dalam acara Sunday Morning di CBS.

Meski begitu, Cameron tidak menutup pintu untuk menggunakan AI dalam proses efek visual (VFX). Pada tahun 2024, ia bergabung dengan dewan direksi Stability AI dan mengaku sedang mengeksplorasi bagaimana AI dapat membantu menekan biaya efek visual yang kian mahal.

"Jika kita ingin terus menonton film-film yang selalu saya sukai, yang saya suka buat, dan yang akan saya tonton seperti Dune, Dune: Part Two, atau film-film yang sarat efek dan CGI, kita harus cari cara untuk memangkas biaya hingga setengahnya," imbuhnya.

Menurutnya, AI dapat digunakan untuk mempercepat workflow VFX, memungkinkan para seniman bekerja lebih efisien tanpa kehilangan arah artistik. Cameron mengatakan bahwa ini adalah masa depan film blockbuster. Baginya, titik temu AI dan film ada di pascaproduksi, bukan dalam pembuatan atau pengembangan cerita.

3. Cameron yakin kalau AI belum bisa menggantikan emosi manusia

sutradara James Cameron (kiri) dan Robert Rodriguez (instagram.com/jamescameronofficial)
James Cameron (kiri) dan Robert Rodriguez (dok. instagram.com/jamescameronofficial)

Bukan cuma kali ini James Cameron bersuara tentang bahaya AI. Pada 2023, ia menyatakan kekhawatirannya bahwa AI akan digunakan sebagai senjata dan menciptakan konflik.

"Saya benar-benar prihatin. Menurut saya penggunaan AI sebagai sebuah senjata adalah bahaya terbesar. Coba bayangkan kecerdasan buatan dalam sebuah medan perang, seluruh pertempuran hanya berlangsung oleh komputer dengan kecepatan yang tidak bisa lagi diintervensi manusia," kata Cameron saat itu.

Ia juga skeptis terhadap kemampuan AI untuk menggantikan penulis. Menurutnya, AI tidak memiliki pengalaman emosional manusia seperti rasa sakit, cinta, ketakutan, atau kehilangan.

"Saya pribadi tidak percaya pada pikiran tanpa tubuh yang hanya mengulangi apa yang telah diucapkan pikiran-pikiran lain. Saya tidak percaya bahwa itu (AI) akan mampu menggerakkan penonton," tegasnya.

Meski begitu, Cameron tidak menutup kemungkinan bahwa suatu hari nanti industri bisa mengakui karya AI. "Kalau 20 tahun lagi AI memenangkan Oscar untuk Best Scenario, barulah kita bicara," tantangnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us

Latest in Hype

See More

50 Lagu Jepang Terpopuler 2025 yang Viral, Easy Listening!

03 Des 2025, 18:50 WIBHype