Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kelebihan dan Kekurangan Film Titip Surat untuk Tuhan

cuplikan film Titip Surat untuk Tuhan (instagram.com/clockworkfilmsofc)

Jakarta, IDN Times - Titip Surat untuk Tuhan resmi tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai 7 Maret 2024. Film ini mengisahkan tentang orangtua yang kelimpungan mencari dana untuk operasi penyakit anak sulungnya. Di satu sisi, tawaran-tawaran uang panas berdatangan, tapi kepala keluarga itu tetap mempertahankan prinsip kejujurannya.

Melihat kedua orangtuanya kesulitan, si bungsu berusaha mencoba membantu. Dengan polosnya ia meminta bantuan kepada Tuhan, tapi bukan lewat doa, melainkan lewat surat yang ia tulis sendiri dan dikirimkan ke Tuhan lewat kantor pos.

Berniat untuk menonton filmnya? Kamu bisa membaca dulu kelebihan dan kekuragan film Titip Surat untuk Tuhan lewat review-nya di bawah ini.

1. Cerita keluarga yang hangat

cuplikan film Titip Surat untuk Tuhan (youtube.com/MD Entertainment)

Sebuah keluarga yang harmonis tak melulu harus hidup serba berkecukupan. Hal itulah yang coba diperlihatkan dalam film Titip Surat untuk Tuhan. Meski keluarga Satrio (Donny Damara) hidup dalam ekonomi yang pas-pasan, tapi mereka saling melengkapi dan mendukung satu sama lain.

Lewat penggambaran karakter anggota keluarga Satrio, kamu akan melihat rasa kehangatan dari sebuah keluarga. Dari sana juga kamu bisa lebih mendalami apa arti dan makna keluarga sesungguhnya.

2. Kisah Tulus yang mengharukan, tapi juga menggemaskan

cuplikan film Titip Surat untuk Tuhan (youtube.com/MD Entertainment)

Dipiki-pikir, kepolosan Tulus (Muhammad Adhiyat) untuk mengirimkan surat kepada Tuhan menjadi suatu hal yang menggemaskan dan lucu. Sebagai anak kecil, Tulus sudah diajarkan dan ditanamkan nilai-nilai agama oleh kedua orangtuanya sedini mungkin. Hal itulah yang akhirnya menggugah hati Tulus untuk meminta bantuan kepada Tuhan, bukan lewat doa, tapi surat yang ia tulis sendiri.

Saat menonton filmnya, melihat kepolosan Tulus kamu akan merasakan haru luar biasa. Kamu akan diajak masuk ke dalam dunia anak sekecil Tulus yang dipaksa oleh keadaan harus bersikap dewasa. Meski begitu, ia juga mempunya sisi manusiawi yang polos sebagai anak kecil.

Akting Muhammad Adhiyat dalam memerankan karakter Tulus juga sangat natural. Hal itulah yang semakin membuat penonton ikut larut dalam kisahnya, lewat karakter Tulus.

3. Pengenalan karakternya kurang baik

cuplikan film Titip Surat untuk Tuhan (youtube.com/MD Entertainment)

Bagian awal-awal film biasanya dimulai dengan pengenalan karakternya satu per satu. Biasanya diceritakan siapa namanya, apa hubungannya dengan karakter lain, serta apa latar belakang kehidupannya yang membuat ia berkontribusi dalam cerita di film.

Namun, hal itu tak kamu temukan di Titip Surat untuk Tuhan. Karakter-karakternya yang secara natural diperkenalkan lewat cerita filmya hanya Satrio dan Utari (Marsha Timothy). Selebihnya, kamu akan bertanya-tanya tentang siapa karakter tersebut. Apa hubungannya dengan keluarga Satrio? Bagaimana bisa mereka saling mengenal? Apa motif mereka melakukan hal tersebut hingga bisa berdampak pada kehidupan Satrio dan keluarganya?

Semua pertanyaan itu ditinggalkan begitu saja dan tidak punya penjelasan apa-apa. Karakter baru tiba-tiba muncul, tapi pengenalannya tidak ada.

4. Ending yang terlalu buru-buru dan tidak berkesan

cuplikan film Titip Surat untuk Tuhan (youtube.com/MD Entertainment)

Dari awal film, penonton dibawa untuk menyelami kisah keluarga Satrio demi bisa mendapatkan uang untuk operasi putri sulung mereka. Lika-liku cerita yang cukup membosankan dalam perjalanan ceritanya menuju puncak konflik, mungkin akan membuatmu mengantuk saat menyaksikannya.

Sampai di puncak konflik, kamu juga akan dibuat bertanya-tanya, apakah ceritanya sudah selesai begitu saja? Nyatanya, hal itulah yang terjadi. Pace yang lambat hingga puncak konflik lalu ceritanya diselesaikan dengan terburu-buru. Penyelesaian konfliknya pun tidak punya kesan yang mendalam. Bahkan, hal itu seperti membunuh image dari karakter Satrio sebagai seorang suami, ayah, sekaligus kepala keluarga.

5. Terlalu banyak plot hole

cuplikan film Titip Surat untuk Tuhan (youtube.com/MD Entertainment)

Plot hole juga menjadi salah satu krisis yang terdapat dalam film ini. Jika diperhatikan lebih seksama, ada beberapa bagian adegan yang lompat dan terputus dari plot sebelumnya.

Mungkin maksud penulis skenario dan sutradaranya ingin memberi penjelasan secara eksplisit. Namun, sepertinya hal itu tidak berhasil dilakukan dan justru jadi plot hole yang cukup bikin geregetan.

Bagian cerita seolah terputus dan dibiarkan begitu saja hingga ending selesai. Alhasil, kamu bisa keluar dari bioskop dengan pertanyaan-pertanyaan tambahan.

Jika kamu ingin mencari film keluarga dengan amanat tentang keagamaan dan kekeluargaan, Titip Surat untuk Tuhan bisa jadi pilihan yang tepat. Namun, kamu harus siap-siap dibuat bosan oleh alur ceritanya yang lambat dan tiba-tiba berakhir begitu saja.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
Ines Suseno
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us