8 Lagu Taylor Swift yang Penuh Referensi Sastra Tersembunyi

- 'The Outside' (2006) - Terinspirasi dari puisi Robert Frost, menggambarkan perjuangan menjadi outsider.
- 'Love Story' (2008) - Dipengaruhi Romeo and Juliet karya Shakespeare, dengan ending bahagia alih-alih tragedi.
- 'Wonderland' (2014) - Sarat dengan referensi Alice’s Adventures in Wonderland, membuat cerita cinta terasa seperti petualangan surealis.
Taylor Swift bukan hanya dikenal sebagai penyanyi sekaligus penulis lagu yang jago bercerita, tapi juga sebagai musisi yang sering memasukkan referensi sastra ke dalam liriknya. Banyak dari lagu-lagunya terinspirasi dari puisi klasik, novel besar, hingga kisah legendaris yang sudah lama menjadi bagian dari budaya populer.
Menariknya, Swift tidak sekadar mencomot kutipan atau nama tokoh. Ia biasanya memadukan elemen sastra tersebut dengan pengalaman pribadi, sehingga menghasilkan lirik yang emosional tapi tetap puitis. Dari Robert Frost hingga Shakespeare, dari Lewis Carroll hingga Fitzgerald, delapan lagu berikut membuktikan betapa kuat hubungan Taylor Swift dengan dunia sastra.
1. 'The Outside' (2006)
Lagu ini terinspirasi dari puisi ikonik Robert Frost berjudul The Road Not Taken. Dalam liriknya, Swift mengutip baris “I took the road less traveled by,” yang merupakan inti dari puisi tersebut. Cerita tentang seseorang yang merasa menjadi outsider sangat pas dengan tema puisi Frost tentang memilih jalan hidup yang berbeda dan tidak populer.
Swift juga kembali mengisyaratkan puisi ini di lagu-lagu lain, menunjukkan bahwa karya Frost punya tempat khusus di dunia kreatifnya. Melalui referensi ini, “The Outside” terasa lebih dalam, seolah menggambarkan perjuangan Swift muda yang mencoba bertahan di dunia remaja yang tidak selalu ramah.
2. 'Love Story' (2008)
Ini mungkin lagu Swift yang paling jelas dipengaruhi karya sastra Romeo and Juliet karya William Shakespeare. Swift mengambil inti cerita dua insan yang saling mencintai tapi ditentang keluarga, lalu mengubahnya menjadi versi yang lebih manis dan penuh harapan. Alih-alih tragedi, kisah di lagu ini berujung bahagia.
Perubahan ending ini membuat 'Love Story' terasa seperti fanfiction alternatif dari karya klasik tersebut. Swift memberikan gambaran dunia di mana cinta menang melawan segala rintangan, berbeda jauh dari versi Shakespeare yang berakhir dengan kematian kedua tokohnya.
3. 'Wonderland' (2014)
'Wonderland' sarat dengan referensi Alice’s Adventures in Wonderland karya Lewis Carroll. Swift menggambarkan kisah hubungan yang kacau dengan visual seperti jatuh ke lubang kelinci atau bertemu Cheshire Cat. Imaji tersebut memberi kesan dongeng yang gelap tapi memikat.
Dengan menggunakan dunia fantasi Alice sebagai metafora, Swift membuat cerita cinta yang membingungkan terasa seperti petualangan surealis. Lagu ini penuh simbol dan cocok untuk pendengar yang menyukai lirik penuh kiasan.
4. 'Getaway Car' (2017)
Dalam lagu ini, Taylor Swift mengambil inspirasi dari pembuka novel A Tale of Two Cities karya Charles Dickens yang terkenal yakni “It was the best of times, it was the worst of times.” Ia memodifikasinya menjadi “It was the best of times, the worst of crimes,” untuk menggambarkan hubungan yang dimulai dengan cara salah.
Referensi Dickens di sini memperkuat gambaran hubungan yang sejak awal sudah tidak sehat. Swift memakai gaya penceritaan dramatis untuk menggambarkan pelarian emosional yang tidak punya masa depan.
5. 'Cardigan' (2020)
'Cardigan' memuat referensi halus ke karya J. M. Barrie, Peter Pan. Swift menyebut tentang “Peter losing Wendy,” yang merangkum hubungan yang manis tapi tidak bertahan karena ketidakdewasaan salah satu pihak. Sentuhan ini membuat lagu terdengar lebih sentimental.
Swift juga menyinggung bayangan, sebuah simbol penting dalam cerita Peter Pan. Baris “Chasin’ shadows in the grocery line” seolah menggambarkan seseorang yang terus mengejar hal-hal yang tidak nyata, selaras dengan tema kehilangan dan nostalgia dalam lagu.
6. 'Happiness' (2020)
Lagu ini mengandung referensi kuat ke novel klasik The Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald. Swift mengutip konsep “beautiful fool,” kalimat terkenal dari Daisy Buchanan. Lirik itu menggambarkan keinginan untuk tampil kuat meski sebenarnya rapuh.
Selain itu, Swift menyebut “the green light of forgiveness,” merujuk pada lampu hijau ikonik dalam novel yang melambangkan harapan dan impian yang sulit diraih. Dengan detail ini, 'Happiness' terasa semakin emosional dan penuh makna tersembunyi.
7. 'All Too Well (10 Minute Version)' (2021)
Dalam versi panjang ini, Swift menyisipkan referensi ke drama Shakespeare All’s Well That Ends Well. Ia menggunakan kalimat “They say all’s well that ends well,” tetapi membalikkan maknanya dengan menunjukkan bahwa kisah cintanya tidak berakhir baik.
Referensi ini memperkuat tema patah hati yang mendalam, seolah menegaskan bahwa tidak semua hubungan bisa diselesaikan dengan manis. Lagu ini memadukan literatur klasik dengan storytelling modern yang emosional.
8. 'The Prophecy' (2024)
Lagu ini mengambil inspirasi dari kisah Alkitab tentang Adam dan Hawa, terutama mengenai godaan dan konsekuensi dosa pertama. Swift membandingkan hubungan toksik dengan godaan buah terlarang yang membuat seseorang terjebak pada takdir pahit.
Dengan menyamakan dirinya dengan Hawa yang “terkutuk,” Swift menciptakan metafora kuat tentang penyesalan dan takdir yang tidak bisa diubah. Referensi klasik ini membuat lagu terasa lebih dramatis dan simbolis.
Delapan lagu ini menunjukkan betapa Taylor Swift sering memadukan musik dan sastra dengan cara yang kreatif dan emosional. Dari semua referensi sastra di lagu-lagu Swift ini, manakah yang paling membuatmu penasaran untuk mencari tahu lebih dalam?


















