Menang Oscar, 12 Bintang Hollywood Ini Gagal di Film Berikutnya

Siapa yang tidak mau mengucapkan kata 'terima kasih' saat menerima piala Oscar, menjadi terkenal di Hollywood, dan naik ke panggung Oscar untuk mendapatkan validasi dan apresiasi tertinggi dari Tinseltown? Bintang Hollywood yang memenangkan Oscar biasanya kariernya akan melesat tinggi. Publik pun akan dibuat penasaran dengan karya para pemenang Oscar ini selanjutnya. Karier dan karya para pemenang Oscar akan diamati bertahun-tahun sesudahnya.
Nah, ini masalahnya. Industri film itu adalah pekerjaan yang panjang dan membutuhkan waktu yang lama. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memilih, merekam, mengedit, dan menyelesaikan sebuah film. Belum lagi, studio film juga memerlukan waktu untuk menjadwalkan, memasarkan, dan merilis film tersebut.
Jadi, para pemenang Oscar tidak punya kendali dengan film yang pernah mereka bintangi, karena film ini dibuat bahkan sebelum mereka tahu bahwa mereka akan menjadi pemenang Oscar. Nah, berikut ada beberapa bintang Hollywood yang dihujat setelah memenangkan piala Oscar karena film yang mereka bintangi dianggap buruk. Film ini dirilis tepat setelah mereka memenangkan piala Oscar atau bahkan bertahun-tahun kemudian.
1. Helen Hunt
Helen Hunt dikenal karena sitkom Mad About You. Dia pun pernah menjadi peran utama dalam film As Good As It Gets tahun 1997 dan lawan mainnya adalah aktor legendaris bernama Jack Nicholson. Dalam film As Good As It Gets ini, Nicholson berperan sebagai novelis romance yang menyebalkan, tetapi karakter Hunt mampu menyeimbangkan sifat jeleknya dengan baik.
Chemistry tersebut membuat Jack Nicholson mendapatkan piala Oscar untuk kategori Aktor Terbaik (piala Oscar keempat) dan Helen Hunt sendiri mendapatkan piala Oscar pertamanya untuk kategori Aktris Terbaik. Setelah memenangkan Oscar, Hunt rehat dari industri film selama beberapa tahun. Hunt hanya muncul sebagai pengisi suara dalam sebuah episode The Simpsons sebagai kekasih Moe.
Sayangnya, kembalinya dia ke layar perak dalam film Dr. T and the Women justru gagal total. Film ini disutradarai oleh Robert Altman. Sayangnya, kritikus film tidak menyukai premis dan karakter dari film tersebut. Dr. T and the Women adalah salah satu dari sedikit film yang mendapat nilai 'F' dari jajak pendapat penonton CinemaScore, sebagaimana yang dilaporkan Vulture. Film tersebut pun rugi dan tidak balik modal.
2. Rami Malek
Rami Malek terkenal dengan peran utamanya di Mr. Robot. Setelah itu, Rami Malek pun terlihat lebih rileks untuk memerankan Freddie Mercury dalam film biografi Queen berjudul Bohemian Rhapsody pada tahun 2018. Meskipun mendapat ulasan yang cukup baik, film Bohemian Rhapsody sempat mengalami kendala selama masa produksinya, karena harus mengganti sutradara pada dua pertiga proses pembuatan film.
Rami Malek sendiri memenangkan piala Oscar untuk kategori Aktor Terbaik dari film ini dan mampu mengalahkan bintang Hollywood ternama seperti Christian Bale dalam film Vice dan Bradley Cooper dalam film A Star is Born. Meskipun Rami Malek tidak menyanyikan sebagian besar lagu di Bohemian Rhapsody, tetapi akting Malek yang mengesankan dan penampilannya yang mirip seperti Freddie Mercury membuat Malek mendapat apresiasi yang tinggi dari para pengamat film.
Ironisnya, peran Rami Malek berikutnya sebagai pengisi suara karakter Chee Chee si gorila dalam film Dolittle (2020) justru dikritik habis-habisan oleh para kritikus. Film ini dikritik karena karakter utama yang diperankan Robert Downey Jr sangat berlebihan, naskahnya dianggap buruk, dan pengisi suara binatangnya yang kurang maksimal. Ada satu adegan di mana Chee Chee si gorila harus menyanyikan lagu pengantar tidur untuk menenangkan burung unta. Disinilah suara Malek dihujat karena dianggap sumbang dan tidak bisa nyanyi.
3. Eddie Redmayne
Pada 2014, Eddie Redmayne memenangkan Oscar untuk kategori Aktor Terbaik karena berhasil memerankan ilmuwan bernama Stephen Hawking. Perannya pun mendapatkan sambutan hangat dalam film biografi The Theory of Everything. Persis seperti film yang rupanya dirancang untuk memenangkan Oscar, peran Redmayne sebagai sosok yang menginspirasi dan perjuangannya dalam kehidupan, cinta, dan penyakit neuron motorik, membuat semua orang terenyuh.
Peran Eddie Redmayne berikutnya adalah Jupiter Ascending karya kakak-beradik,
Lana dan Andy Wachowski. Redmayne berperan sebagai antagonis yang jahat dalam kisah luar angkasa yang sangat unik dan membingungkan. Jupiter Ascending memang sangat sempurna secara visual (seperti banyak film Wachowski lainnya, The Matrix). Namun, film ini di pandang sebelah mata oleh para kritikus. Para kritikus kebingungan dengan cerita yang disajikan film tersebut, membuat film ini terhenti di box office setelah dirilis.
4. Sandra Bullock
Pada 2010, Sandra Bullock memanfaatkan momentum kesuksesannya dari film The Blind Side untuk meraih kemenangan Oscar sebagai Aktris Terbaik. Film ini tidak membuat para kritikus terpesona, tetapi kisahnya bisa dibilang sangat menginspirasi. Namun, para kritikus dan penonton setuju bahwa penampilan Sandra Bullock sebagai seorang pemimpin di wilayah selatan yang tegas dan protektif, dianggap cukup sempurna.
Peran Sandra Bullock dalam film berikutnya, Extremely Loud & Incredibly Close (2011), sebuah film yang diangkat dari kisah nyata peristiwa 9/11 ini diadaptasi dari novel Jonathan Safran Foer dengan judul yang sama. Sayangnya, film Extremely Loud & Incredibly Close mempolarisasikan kritik di kalangan penikmat film. Ada yang menganggap bahwa kisah dalam film ini cukup sensitif.
Meskipun dikritik, Extremely Loud & Incredibly Close mendapatkan nominasi di Academy Awards untuk kategori Film Terbaik. Kritikus film dari The Huffington Post bahkan mengkritik dengan sangat frontal, "Film ini [Extremely Loud & Incredibly Close] merupakan film terburuk tahun 2011."
5. Jamie Foxx
Pada Academy Awards ke-77, Jamie Foxx mendapat kehormatan yang sangat langka karena dinominasikan untuk dua nominasi Oscar dari perannya yang berbeda dalam dua kategori berbeda: Aktor Pendukung Terbaik untuk film Collateral, yang kalah dari Morgan Freeman untuk film Million Dollar Baby; dan Aktor Terbaik untuk film Ray, yang dengan mudah Jamie Foxx menangkan. Foxx juga berhasil mengalahkan aktor-aktor seperti Don Cheadle dalam film Hotel Rwanda dan Leonardo DiCaprio dalam film The Aviator. Setelah lebih dari satu dekade sukses di televisi, industri musik, dan peran kecil dalam film, peran Jamie Foxx sebagai musisi legendaris Ray Charles mengukuhkan Jamie Foxx sebagai bintang papan atas yang serba bisa.
Setelah itu, Jamie Foxx membintangi film Stealth di tahun 2005. Film yang disorot dengan tajam oleh kritikus film. Selain Jamie Foxx, Stealth juga dibintangi Josh Lucas dan Jessica Biel yang berperan sebagai pilot yang harus melawan drone AI yang jahat. Film Stealth mengalami kerugian besar karena tidak balik modal. Padahal anggaran film ini cukup besar, lho, yaitu 135 juta dolar AS atau setara Rp2,2 triliun.
6. Jennifer Lawrence
Nama Jennifer Lawrence terkenal dengan sekejap mata. Setelah beberapa tahun berperan dalam sitkom The Bill Engvall Show, Lawrence langsung mendapat tawaran film Winter's Bone pada tahun 2010. Film ini membawa namanya masuk dalam nominasi Oscar termuda (20 tahun) untuk kategori Aktris Terbaik.
Tak lama setelah itu, selain membintangi film X-Men dan menjadi bintang utama franchise The Hunger Games, Jennifer Lawrence memenangkan Oscar dalam kategori Aktris Terbaik untuk film Silver Linings Playbook. Ini menjadi film pertamanya dari beberapa kolaborasi sukses dengan sutradara David O. Russell. Kemenangan Oscarnya di usia yang cukup muda (22 tahun) membuat nama Jennifer Lawrence semakin bersinar. Dia pun memiliki banyak kesempatan untuk memilih film apapun yang dia mau.
Sayangnya, film horor yang dia bintangi pada 2010, beberapa bulan sebelum dinominasikan Oscar untuk film Winter's Bone, membuat namanya menjadi perbincangan hangat di kalangan penikmat film. Pasalnya, film berjudul House at the End of the Street ini membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum akhirnya ditayangkan di bioskop, atau setelah Jennifer Lawrence memenangkan piala Oscar-nya.
House at the End of the Street nyatanya sangat dibenci kritikus film karena film sekelas horor ini tidak mampu menyajikan rasa takut dan plotnya tidak dapat dipahami. Pada akhirnya, House at the End of the Street pun tidak menghasilkan keuntungan dengan anggarannya yang kecil. Film ini pun menjadi titik terendah dalam karier Jennifer Lawrence.
7. Hilary Swank
Hanya lima tahun setelah memenangkan Oscar dalam kategori Aktris Terbaik untuk film Boys Don't Cry pada tahun 1999, Hilary Swank bergabung dengan jajaran aktor elit dengan masuk nominasi Oscar dan kembali menang untuk peran utamanya dalam film Million Dollar Baby di tahun 2004. Salah satu film paling terkenal dan sukses dalam karier panjang sutradara, penulis, sekaligus bintang film Clint Eastwood, Million Dollar Baby memukau para kritikus dan berhasil memenangkan Oscar untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Aktor Pendukung Terbaik.
Namun sebagai pemenang dari dua Oscar, peran Hilary Swank dalam film berikutnya sangat diamati kritikus film. Sutradara Brian De Palma mengadaptasi film dari sebuah novel terkenal yang ditulis novelis James Ellroy, The Black Dahlia. Meskipun film ini bergaya noir klasik, para kritikus tidak terkesan dengan penampilan para pemainnya yang dianggap monoton. Penikmat film pun tidak suka dengan film The Black Dahlia karena hanya mendapat nilai 'D+' dari CinemaScore.
8. Jared Leto
Jared Leto memenangkan Oscar dalam kategori Aktor Pendukung Terbaik pada tahun 2013 untuk film Dallas Buyers Club. Dalam ini Jared Leto harus menurunkan berat badannya hingga 13 kilogram untuk berperan sebagai wanita transgender yang mengidap HIV. Dari sinilah kariernya dalam dunia film semakin bersinar.
Namun, kariernya mundur setelah ia membintangi film Suicide Squad tahun 2016 sebagai Joker. Film pertama DC ini menceritakan tentang pasukan para penjahat yang ditugaskan dalam sebuah misi berbahaya. Disisi lain, Jared Leto dianggap gagal memerankan karakter Joker. Pasalnya, pemeran Joker sebelumnya, Jack Nicholson dan mendiang Heath Ledger dianggap lebih sukses memerankan musuh utama Batman itu. Selain itu, naskah Suicide Squad ditulis dengan sangat buruk dan filmnya diedit secara tidak rapi.
9. Charlize Theron
Kemenangan Charlize Theron dalam kategori Aktris Terbaik pada tahun 2003 untuk film Monster adalah salah satu peran terbaik Theron. Dalam film tersebut, ia berperan sebagai Aileen Wurnos, seorang terpidana pembunuh berantai yang menjalani hidupnya dengan brutal, di lingkungan miskin dan prostitusi. Karakter yang diperankan Theron tersebut membuat kritikus film terkesan. Itu mengapa kariernya melejit dan kembali membintangi film-film box office, seperti Mad Max: Fury Road dan Atomic Blonde.
Namun, tak lama setelah memenangkan Oscar, Theron membuat kritikus kecewa dengan film Head in the Clouds pada tahun 2004. Film ini dianggap sebagai drama sejarah yang tidak jelas dengan latar belakang Perang Dunia II yang diikuti cinta segitiga antara Charlize Theron, Stuart Townsend dan Penelope Cruz. Film ini disebut kritikus film sangat datar dan mudah dilupakan, serta tidak memiliki pesan yanh berarti. Head in the Clouds dianggap sebagai kesalahan Charlize Theron karena terjadi tepat setelah dia meraih kejayaan Oscar.
10. Christoph Waltz
Tahukah kamu, dari puluhan aktor dan aktris yang memainkan peran mengesankan dalam film-film Quentin Tarantino, hanya ada satu yang meraih piala emas Oscar, yaitu Christoph Waltz. Hebatnya lagi, Waltz berhasil meraihnya dua piala Oscar sekaligus. Ia memenangkan Aktor Pendukung Terbaik untuk film Inglorious Basterds tahun 2009 dan tiga tahun kemudian memenangkan Aktor Pendukung Terbaik untuk film Django Unchained.
Christoph Waltz kembali memilih peran heroik dalam film The Green Hornet pada tahun 2011 untuk mengikuti jejak kesuksesannya dalam film Inglorious Basterds. Film komedi bergenre pahlawan super ini disambut kurang baik oleh para kritikus film. The Green Hornet dianggap gagal untuk film sekelas sutradara maestro visual Michel Gondry (yang sukses dengan Eternal Sunshine of the Spotless Mind) dan ditulis oleh bintang Seth Rogen dan Evan Goldberg, yang tenar lewat Superbad.
11. Natalie Portman
Natalie Portman membintangi film thriller psikologis yang digarap Darren Aronofsky dalam Black Swan. Ia menjadi balerina yang dihantui oleh doppelganger-nya yang diperankan Mila Kunis. Natalie Portman pun berhasil meraih kemenangan Oscar-nya dalam film Black Swan. Kemenangan ini menjadi tonggak sejarah kariernya yang membawanya dari bintang Star Wars menjadi figur Marvel Cinematic Universe.
Kemudian, Portman membintangi film komedi romantis, No Strings Attached dan beradu akting dengan Ashton Kutcher. Sayangnya, film No Strings Attached mendapat ulasan buruk karena kurangnya chemistry di antara para pemainnya.
12. Gary Oldman
Gary Oldman memenangkan Aktor Terbaik untuk film Darkest Hour tahun 2017 dan ini menjadi Oscar keduanya. Namun, kemenangan itu itu tidak membuat film Hunter Killer yang dibintangi Gary Oldman sebagai Ketua Kepala Staf Gabungan selama krisis internasional dengan Rusia, menjadi film yang tidak bisa dilupakan karena rating-nya yang buruk. Film thriller ini hampir tidak terdaftar di box office. Setelah memerankan salah satu tokoh paling berkesan dalam sejarah, Winston Churchill, dan mendapat piala Oscar, peran Oldman sebagai jenderal dalam film Hunter Killer justru dibenci para kritikus.
Beberapa aktor dan aktris Hollywood sangat berdedikasi dengan karya mereka. Bahkan, beberapa dari mereka sangat menikmati prosesnya ketimbang mengharapkan sebuah penghargaan. Namun, banyak juga bintang Hollywood yang mendambakan memenangkan piala Oscar. Kemenangan Oscar menjadi titik tertinggi dalam sebuah karier para bintang Hollywood. Namun, bagaimana jika piala Oscar yang sudah dimenangkan justru dirusak oleh film buruk yang mereka perankan selanjutnya. Ya, mungkin sebuah karier itu naik-turun.