Wregas Bhanuteja memperkenalkan tiga alam baru di film Para Perasuk, yaitu realita, halusinasi, dan konsentrasi.
Terdapat 20 roh hewan dalam film Para Perasuk dengan efek kerasukan yang berbeda.
Wregas Bhanuteja menggunakan kenangan bersama sang adik untuk memilih daftar roh hewan dalam film Para Perasuk.
Jakarta, IDN Times - Wregas Bhanuteja siap melahirkan karya baru. Melalui film Para Perasuk, sang sutradara mengangkat pesta kerasukan yang terjadi di Desa Latas, lokasi fiksi buatannya. Ia juga menciptakan tiga alam bagi penonton dan mengenalkan roh-roh hewan.
Dari mana ide-ide ini muncul? Lalu, alam apa saja yang dibuat Wregas untuk film ini? Simak selengkapnya di bawah ini!
Dalam film Para Perasuk, Wregas menampilkan tiga alam, yaitu realita, halusinasi, dan konsentrasi. Alam halusinasi disebut dengan Sambetan, tempat masyarakat bisa merasakan keindahan yang berbeda jauh dari kehidupan nyata.
"Seperti sejenak kita diangkut lupa realitas sehari-hari dan berbahagia bersama di alam ini. Para pelamun yang ikut akan merasakan kesenangan dan kemudian setelahnya akan pulang ke rumah dan merasakan kebahagiaan setelah mengikuti pesta ini," ujar Wregas dalam konferensi pers pada Kamis (11/12/2025).
Sementara itu, alam konsentrasi dapat dialami oleh para perasuk seperti Bayu. Wregas menuturkan, "Itu kita visualkan dengan suatu alam yang gelap, hitam."
Total ada 20 roh hewan yang diceritakan, mulai dari roh bulus, roh kerbau, roh kodok, hingga roh semut. Berbagai roh ini memiliki efek kerasukan yang berbeda. Setelah sang guru merapalkan mantra dan musiknya, maka orang-orang pelamun ini akan masuk ke alam sambetan.
"Efek yang didapatkan dari roh bulus, pelamun bisa merasakan seperti sedang dipijat. Jadi di kehidupan nyatanya mereka semacam sedang dipukuli dengan rotan, tapi di alam sambetannya dia seperti sedang dipijat. Roh semut, efek yang didapatkan adalah para pelamun merasakan semua makanan yang dimakan itu menjadi rasanya enak," papar Wregas.
Angga Yunanda dan Maudy Ayunda pun harus berakting mengikuti gerakan hewan untuk film ini. Bahkan, Maudy diharuskan nyeker alias berakting tanpa menggunakan alas kaki apa pun.
Menjadi sebuah karya yang personal, Wregas menggunakan kenangan bersama sang adik untuk memilih roh hewan. Sejumlah hewan yang masuk ke dalam daftar roh di Para Perasuk pun jadi bagian dari memori masa kecilnya.
Mengenang masa kecil, sutradara kelahiran 1992 ini mengatakan, "Saya sama adik saya dulu suka kalau main. Kan kita dulu tinggalnya di Yogyakarta, kita tuh selalu melihat emprit. Emprit itu burung yang selalu ingat di atas pucung padi. Terus misalnya kalau di sawah kan pasti kerbau, pasti duduk bersama kerbau tersebut."
Belum ada jadwal rilis, Para Perasuk akan tayang perdana di Sundance Festival Film 2026 mendatang.