Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menilik 6 Detail Paling Menarik di Film Dua Garis Biru!

instagram.com/duagarisbirufilm
instagram.com/duagarisbirufilm

Gina S.Noer mungkin bukan nama yang asing di kalangan pecinta film Indonesia. Namun, kariernya sebagai penulis skenario sekaligus sutradara film panjang baru saja dimulai melalui film Dua Garis Biru yang tayang sejak 11 Juli 2019 lalu. Meski begitu, Dua Garis Biru berhasil meraih lebih dari 1 juta penonton selama sepekan penayangannya.

Film yang ditujukan untuk memberikan sex education kepada masyarakat, khususnya remaja, ini nyatanya memberikan banyak pesan lain yang tak kalah penting meski dihadirkan secara implisit. Gina sukses menghadirkan film sarat makna dengan detail-detail yang jenius.

1. Pemilihan judul "Dua Garis Biru"

instagram.com/duagarisbirufilm
instagram.com/duagarisbirufilm

Judul merupakan salah satu komponen penting dalam film yang bisa mempengaruhi keputusan calon penonton untuk membeli tiket. Sehingga jelas, pemilihan judul tidak bisa dilakukan sembarangan. Hal ini jugalah yang dilakukan oleh Gina dan tim.

Dua Garis dipilih untuk menggambarkan kisah dalam film di mana Dara (ZaraJKT48)  diketahui hamil setelah bersenggama dengan kekasihnya Bima (Angga Yunanda). Namun, kata Biru bukanlah kata yang lazim untuk melengkapi fakta tersebut.

Agaknya kebingungan ini sengaja dihadirkan agar para calon penonton mencari sendiri jawabannya dengan menonton filmnya. Ya, jawaban itu hadir dalam salah satu scene di mana Bima dan Dara pergi ke dokter kandungan dan melakukan USG. Diketahui bahwa calon bayi mereka ternyata berjenis kelamin laki-laki.

Berbeda dengan anggapan Bima yang sebelumnya mengira jika calon anaknya akan berjenis kelamin perempuan sesuai dengan warna garis pada test pack, merah.

2. Kesenjangan kelas ekonomi dan sosial masyarakat

youtube.com/StarvisionPlus
youtube.com/StarvisionPlus

Memiliki tokoh utama yang digambarkan baru berusia 17 tahun, film Dua Garis Biru tentu saja menghadirkan dan menceritakan sisi keluarga dari keduanya. Sebagai gambaran pada kondisi yang ada di masyarakat, keluarga Bima dan Dara digambarkan memiliki kemampuan ekonomi dan sosial yang bertolak belakang.

Keluarga Bima adalah gambaran keluarga sederhana dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Ayahnya (Arswendy Bening Swara) adalah seorang pensiunan, tidak dijelaskan dalam film mengenai tempat bekerja beliau dahulu, sedangkan Ibunya (Cut mini) adalah pedagang gado-gado dan kue pasar di warung miliknya. Bima juga memiliki seorang kakak perempuan(Rachel Amanda) yang tinggal di luar kota. Keluarga Bima tinggal di sebuah kampung padat penduduk yang terletak di gang sempit, jauh dari jalan utama sehingga sulit dijangkau menggunakan mobil.

Sementara Dara lahir di tengah keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi. Papa Dara (Dwi Sasono) adalah seorang pengusaha sedangkan Mamanya (Lulu Tobing) adalah seorang wanita karier. Dara memiliki adik perempuan (Maisha Kanna) berusia kurang lebih 12 tahun. Rumah Dara luas dengan halaman dan kolam renang pribadi.

Pada salah satu scene, Dara akhirnya berkunjung ke rumah Bima untuk pertama kalinya. Dara terkejut menyaksikan pasangan suami istri bertengkar soal uang bulanan di ruang publik, juga jalanan panjang menyusuri rumah-rumah warga di gang-gang sempit bahkan ada yang tak kebagian sinar matahari, anak-anak kecil gembira berenang di sungai yang kotor, serta dinding kamar Bima yang tipis sehingga percakapan tetangga pun terdengar. Sebuah realita yang tidak pernah mampir dalam pandangan Dara selama ini, karena lingkungannya yang jauh berbeda. 

3. Perbedaan cara dalam menyikapi sebuah permasalahan

youtube.com/StarvisionPlus
youtube.com/StarvisionPlus

Uang seringkali dianggap sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan. Begitu juga yang ditunjukkan oleh orang tua Dara saat pertama kali mengetahui apa yang terjadi pada anaknya. Mereka mengancam untuk menuntut sekolah juga Bima melalui jalur hukum. Hal tersebut jelas bukan hal yang susah bagi seseorang yang memiliki harta berlebih juga relasi yang luas.

Sementara keluarga Bima, hanya mampu meratapi perbuatan anaknya dengan diam dan menangis. Menganggap bahwa apa yang sedang terjadi adalah sebuah cobaan dari sang pencipta. Lalu apa hubungan sikap dengan status ekonomi?

Masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah cenderung melakukan pendeketan relijius untuk menyikapi permasalahan yang dihadapi. Ini mudah dipahami karena mereka merasa tidak memiliki apa-apa selain harga diri dan iman seperti yang dikatakan oleh ibu Bima.

Berbeda dengan masyarakat tingkat ekonomi tinggi seperti keluarga Dara yang umumnya menganggap bahwa kekuasaan dan kekuatan (re: uang) mampu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sedangkan yang mereka pikirkan hanya nama baik pribadi dan keluarga. Seperti dicontohkan dalam film, orang tua Dara berusaha untuk menyerahkan bayi Bima-Dara kepada kerabat mereka.

4. Ketimpangan gender

youtube.com/StarvisionPlus
youtube.com/StarvisionPlus

Menarik bahwa Gina juga menyisipkan pesan tentang isu yang sudah sejak lama ada di masyarakat ini khususnya di lingkungan sekolah. Di mana Dara akhirnya dikeluarkan dari sekolah akibat ketahuan hamil. Ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa sekolah-sekolah di Indonesia memang memiliki peraturan yang sama. Hal ini dilakukan atas nama moral dan menjaga psikis siswi yang bersangkutan.

Sementara sanksi yang sama tidak berlaku pada Bima, lelaki yang menghamili Dara. Dikarenakan pihak sekolah menganggap bahwa Bima sebagai suami akan menjadi tulang punggung keluarga dan bagaimana bisa Bima menghidupi keluarganya kelak jika tidak sekolah dan memiliki pekerjaan yang layak.

Padahal baik Dara maupun Bima harusnya memiliki kesempatan yang sama untuk meneruskan pendidikan, meraih cita-citanya, dan melanjutkan hidup mereka lebih baik.

5. Metafora

youtube.com/StarvisionPlus
youtube.com/StarvisionPlus

Ini mungkin salah satu hal yang ada di film Dua Garis Biru namun jarang ditemui di film-film Indonesia lainnya yakni penggunaan metafora untuk menegaskan sebuah maksud. Gina cukup banyak menyuguhkan penggunaan majas ini dalam film, beberapa diantaranya adalah pemisahan kerang segar dan tidak sebagai intepretasi pikiran masyarakat yang masih suka membeda-bedakan dan menilai sebelah mata perempuan perawan dan tidak.

Dalam scene ini, Bima membuktikan pada Dara bahwa kerang yang ia anggap tidak segar pun masih enak dimakan. Seakan ingin menyiratkan bahwa ia tetap menerima dan mencintai Dara dalam kondisi apapun.

Yang kedua dan paling jelas maknanya adalah buah stroberi untuk menunjukkan ukuran janin dalam kandungan Dara. Sebelumnya, kamera menyorot layar laptop Dara yang sedang mencari tahu tentang usia kandungannya. Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa ukuran janin berusia 10 minggu adalah sebesar buah stoberi. Yang ketiga, masih soal buah stroberri yaitu jus stroberi. Bima dan Dara sempat memutuskan akan melakukan aborsi. Sesampainya di tempat, mereka menunggu giliran sambil memesan minuman berupa jus stroberi.

Kamera kemudian menyorot proses pembuatan jus dalam blender, yakni penghancuran antar buah stroberi dan es batu di mana proses ini digambarkan sebagai proses aborsi yang akan mereka jalani. Masih ada beberapa metafora lain yang akan penonton sadari ketika fokus menonton.

6. Peran orang tua

instagram.com/duagarisbirufilm
instagram.com/duagarisbirufilm

Seperti halnya yang dijabarkan sebelumnya, Dua Garis Biru bukan sekedar film sex education bagi remaja tapi juga film keluarga mengenai perang orang tua untuk menciptakan kehangatan di rumah. Baik keluarga Dara maupun Bima menyadari bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu untuk sekedar duduk bersama dan berbagi cerita dengan anak-anak mereka.

Papa Dara sibuk mengurus usahanya sementara Mamanya sibuk dengan kerjaan di kantor. Mereka terbiasa untuk pulang larut sehingga penjagaan terhadap anak-anaknya menjadi kurang. Mengakibatkan Dara dapat dengan leluasa mengajak teman prianya datang ke rumah bahkan bermain di dalam kamar.

Begitu juga dengan orang tua Bima. Kesibukan mereka mencari nafkah agar tetap hidup juga membuat kedua orang tuanya jarang memiliki waktu untuk berbincang dan bertukar kisah. Apalagi di usia Bima yang remaja, Ia lebih suka berada di luar bersama teman-temannya.

Ketidakterbukaan terhadap orang tua juga menjadikan Dara dan Bima menolak untuk membicarakan apa yang terjadi pada saat pertama kali. Hal ini menjadi PR besar untuk orang tua untuk senantiasa meluangkan waktu bagi keluarga terutama anak-anak mereka sekedar untuk bertukar kabar.

Gina S.Noer membuktikan kemampuan dan kejeniusannya dalam bungkusan cantik berwujud film Dua Garis Biru. Sebuah hiburan yang memberikan pembelajaran tanpa merasa digurui. Jangan lupa tonton selagi sempat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agustin Fatimah
EditorAgustin Fatimah
Follow Us