Perbedaan Joker 2 Versi Film vs DC Comics

Joker: Folie à Deux (2024) menampilkan pendekatan yang sangat berbeda terhadap karakter Joker dibandingkan dengan versi DC Comics dan film Suicide Squad (2016). Film ini menonjolkan aspek psikologis dan sosial yang lebih mendalam, serta mengambil kebebasan dalam menggambarkan hubungan antara Joker dan karakter lainnya.
Dengan melihat beberapa perbedaan ini, kamu pun bisa merasakan bagaimana Joker versi Joaquin Phoenix membawa narasi yang lebih gelap dibandingkan dengan versi komiknya. Yuk, simak lebih lanjut dan temukan apa saja perbedaannya!
1. Harley Quinn menjadi pasien di Arkham Asylum

Dalam versi komiknya, Harleen Quinzel adalah seorang psikiater di Arkham Asylum. Di sana, ia bertemu Joker. Harley pun jatuh cinta padanya. Transformasinya dari psikiater menjadi psikopat adalah salah satu elemen kunci dari karakter ini. Hubungan mereka menciptakan salah satu dinamika paling terkenal dan tragis dalam sejarah DC Comics.
Namun di Joker: Folie à Deux, Harley Quinn mengalami perubahan besar. Dalam film ini, Lee Quinzel diperkenalkan sebagai pasien di Arkham Asylum, sama seperti Arthur Fleck. Uniknya, ia sendiri yang minta dimasukkan ke dalam fasilitas kesehatan mental tersebut. Usut punya usut, ternyata Lee adalah seorang psikiater yang mengidolakan Joker.
Joker: Folie à Deux menunjukkan obsesi Harley terhadap Joker yang tidak dimulai dari manipulasi, melainkan dari keinginannya sendiri untuk mendekati Arthur. Alih-alih korban, Harley Quinn di film ini lebih tampak sebagai karakter yang dikendalikan oleh dirinya sendiri.
2. Harley Quinn lebih tenang dan strategis

Harley Quinn sudah lama dikenal sebagai karakter yang ceria, impulsif, dan terkadang kekanak-kanakan. Semua ini tergambar apik lewat Harley Quinn versi Margot Robbie di Suicide Squad. Kegilaannya juga mencerminkan hubungannya dengan Joker versi Jared Leto.
Namun, Joker: Folie à Deux mengambil pendekatan yang berbeda terhadap karakter ini. Harley yang diperankan Lady Gaga memiliki sifat yang lebih tenang dan strategis. Harley di sini lebih kontemplatif dan lebih terukur dalam tindakannya.
Meski tetap eksentrik, Harley di film ini memiliki sisi yang lebih dalam, di mana emosinya terlihat lebih kompleks dan sulit untuk dipahami. Pendekatan ini membuat Harley terasa lebih serius dan relevan dengan tema film psychological thriller.
3. Dinamika romantis antara Joker dan Harley terbalik

Hubungan antara Joker dan Harley di komik telah lama dianggap sebagai salah satu contoh hubungan yang toksik. Dalam banyak cerita, Harley sering digambarkan sebagai korban pelecehan emosional dan fisik oleh Joker, yang menganggapnya sebagai alat semata untuk mencapai tujuannya. Hal serupa juga terlihat di film Suicide Squad.
Joker: Folie à Deux membalikkan dinamika tersebut. Alih-alih menjadi korban, Harley Quinn dalam film ini lebih terlihat sebagai sosok yang memiliki kendali atas situasi. Hubungannya dengan Arthur Fleck diwarnai dengan lebih banyak manipulasi dari pihak Harley, menjadikannya karakter yang lebih dominan dalam hubungan mereka.
4. Joker mencintai Harley Quinn

Dalam DC Comics, Joker sering kali digambarkan sebagai seorang sosiopat yang tidak bisa merasakan cinta. Kasih sayang Harley Quinn kepadanya hanya dianggap sebagai alat manipulasi, dan hubungan mereka lebih condong kepada eksploitasi ketimbang cinta sejati.
Namun, dalam Joker: Folie à Deux, perasaan Arthur terhadap Lee berbeda, di mana ia mulai merasakan cinta sejati terhadap Harley. Sampai akhirnya, kita pun menyadari kalau Arthur hanya dimanfatkan oleh Lee yang hanya menginginkan persona Joker darinya.
5. Harvey Dent mengadili Joker

Salah satu perubahan besar lainnya dalam Joker: Folie à Deux adalah pengenalan Harvey Dent. Dalam komik, Harvey Dent adalah seorang jaksa wilayah di Gotham, sebelum akhirnya tersiram asam yang mengubah wajah dan membagi kepribadiannya menjadi Two-Face. Namun dalam film ini, Harvey Dent adalah jaksa yang mengadili Arthur Fleck.
Perubahan ini memberikan dinamika baru antara Dent dan Joker, menciptakan narasi yang lebih personal antara mereka. Hubungan Dent dengan Joker dan bagaimana kasus ini mempengaruhinya mungkin menjadi salah satu pemicu transformasi Dent menjadi Two-Face, yang memberikan alur cerita yang lebih mendalam bagi kedua karakter ini.
6. Joker menyesali perbuatannya

Versi komik Joker selalu digambarkan sebagai penjahat yang tidak mengenal penyesalan. Kegilaannya tidak hanya membuatnya melakukan kejahatan kejam tanpa rasa bersalah, tetapi juga sering kali menikmati penderitaan korbannya. Hal inilah yang membuat Joker menjadi musuh Batman yang paling menakutkan.
Joker: Folie à Deux malah memperlihatkan sisi yang berbeda. Di film ini, Arthur Fleck mulai menunjukkan penyesalan, terutama setelah kematian teman napinya, Ricky. Momen-momen ini memperlihatkan bahwa Arthur masih memiliki kemanusiaan di dalam dirinya, meskipun sebelumnya tenggelam dalam persona Joker.
7. Joker memiliki cerita asal mula

Salah satu elemen paling menarik dari komik Joker adalah asal-usulnya yang misterius. Joker tidak pernah memiliki cerita latar yang jelas. Dalam komik The Killing Joke, Joker bahkan mengatakan bahwa ia lebih suka masa lalunya menjadi "multiple choice."
Namun, Joker (2019) dan Joker: Folie à Deux memberikan cerita asal mula yang lebih jelas bagi Arthur Fleck. Ia memiliki latar belakang dan perjalanan psikologis yang jelas. Kedua film ini menggambarkan evolusinya dari pria yang rapuh menjadi penjahat ikonik Gotham.
Dengan semua perbedaan yang dihadirkan dalam Joker: Folie à Deux, jelas bahwa film ini menciptakan versi baru Joker dan Harley Quinn. Apakah perubahan ini akan diterima dengan baik oleh penggemar? Waktu yang akan menjawab.