Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Produser Jelaskan Simbolisme Hantu Keresek di Film Rest Area

Produser Jelaskan Simbolisme Hantu Keresek di Film Rest Area.jpg
Konferensi pers film "Rest Area" di Epicentrum XXI, Jakarta, Selasa (23/9/2025). (dok. IDN Times/Shandy Pradana)
Intinya sih...
  • Dendi menjelaskan pesan dalam film Rest Area sebagai "what if" jika sila kelima dikhianati, dengan harapan film ini bisa menjadi pengingat bagi orang yang pernah menzolimi.
  • Hantu Keresek hadir dalam film sebagai simbol luka dan dendam dari orang yang terdzolimi, serta sebagai simbol keadilan kosmik yang menghukum mereka.
  • Sutradara Aditya Testarossa merasa dekat dengan simbolisme Hantu Kresek karena proses pembuatan film membuatnya ikut merasakan teror yang dialami tokoh-tokoh di dalam cerita.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Film horor Rest Area karya sutradara Aditya Testarossa yang diproduseri oleh Mahakarya Pictures siap tayang di bioskop pada 2 Oktober 2025. Mengusung pendekatan unik dengan menjadikan setan sebagai protagonisnya, produser Dendi Reynando menuturkan awal mula pengerjaan film ini.

"Cukup tak asing ternyata, banyak kejadian-kejadian yang cukup banyak diceritakan di berbagai media tentang pengalaman-pengalaman yang dialami oleh masyarakat di rest area," tuturnya saat ditemui di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Selasa (23/9/2025).

Aditya kemudian menulis skripnya hingga keduanya menemukan pesan kuat yang ingin disampaikan lewat Rest Area. Film ini tak hanya menghadirkan horor, tetapi juga kritik sosial yang berhubungan dengan ketidakadilan di sekitar kita.

1. Dendi sebut Rest Area adalah "what if" jika sila kelima dikhianati

Dendi Reynando sebut Rest Area adalah what if jika sila kelima dikhianati.jpg
Dendi Reynando di konferensi pers film "Rest Area" di Epicentrum XXI, Jakarta, Selasa (23/9/2025). (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Dendi menyebut Rest Area punya akar pesan yang dalam. Menurutnya, film ini berangkat dari pertanyaan sederhana: bagaimana jika sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dikhianati? Dalam dunia yang mereka bangun, masyarakat yang termarginalkan hadir kembali menuntut keadilan lewat sosok-sosok menyeramkan.

"Mereka hadir dalam wujud-wujud yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kemudian pada waktu-waktu itu nggak pernah disangka-sangka, gitu," jelas Dendi.

Meski kental akan kritik sosial, film ini tetap dibalut dalam nuansa horor khas Indonesia dengan sentuhan genre teen-slasher di dalamnya.

"Kita simbolkan bentuk (film) ini horor, tetap harus menginjak ke kultur kita Indonesia. Kemudian, mudah-mudahan dengan memproduksi film ini dengan performa yang luar biasa dari para cast, kita bisa menjadikan film ini sebagai pengingat. Pengingat bagi orang yang pernah menzolimi agar segera minta maaf. Bertaubat. Sebelum karma datang," tuturnya.

Dendi berharap Rest Area tidak hanya menakutkan, tapi juga menyentuh sisi emosional penonton, terutama mereka yang pernah merasa ditindas atau kehilangan haknya.

"Bagi orang yang pernah punya perasaan dizolimi atau orang-orang yang pernah dilampas haknya, atau orang-orang yang pernah ditindas haknya, bisa menjadikan ini katarsis. Jadi mudah-mudahan ini bisa jalan both side. Bagi orang yang pernah menzolimi bisa menjadi pengingat bahwa dia harus minta maaf. Bagi orang yang pernah dizolimi bisa menjadikan film ini cara dia merilis emosi negatif yang udah mengendap," lanjutnya.

2. Dendi jelaskan alasan kehadiran Hantu Kresek di film Rest Area

Dendi jelaskan alasan kehadiran Hantu Kresek di film Rest Area.jpg
Dendi Reynando di konferensi pers film "Rest Area" di Epicentrum XXI, Jakarta, Selasa (23/9/2025). (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Salah satu elemen unik di Rest Area adalah hadirnya Hantu Keresek. Menurut Dendi, karakter ini lahir dari ide sederhana sang sutradara yang kemudian berkembang menjadi simbolisme mendalam.

"Jadi ada satu masyarakat, salah satu penduduk desa itu yang dibunuh dengan cara dibungkus keresek. Awalnya Adit bilang gitu, terus gue bilang, 'Ah, itu aja hantunya'," ujar Dendi.

Plastik, kata Dendi, adalah simbol luka dan dendam. Sama seperti plastik yang sulit terurai meski terkubur ratusan tahun, dendam orang yang terdzolimi pun tidak mudah hilang.

"Bahwa, ya plastik itu kayak luka dan dendam, gitu ya. Dan perasaan yang akan menjadi revenge di film ini. Dan plastik juga simbol dari sesuatu yang nggak bisa terurai dengan cepat. Jadi ini kayak simbol bahwa Hantu Kresek itu adalah kita. Hantu Kresek itu adalah kita yang ditindas, kita yang dirampas haknya, kita yang dimanipulasi," katanya.

Melihat dari realita, di mana kaum marjinal sulit mendapat keadilan secara langsung, Dendi pun menjelaskan bahwa Hantu Kresek adalah simbol keadilan kosmik yang menghukum mereka.

"Dan kita menuntut keadilan dari tempat yang gelap. Kita menuntut keadilan dari keadilan kosmik. Bukan keadilan yang nyata, tapi keadilan yang datang dari suatu tempat. Karena di kenyataan itu nggak ada. Jadi mungkin itu yang kita coba pengen simbolkan. Dan orang yang sudah berbuat zalim merasa dihantui oleh kehadiran Hantu Kresek," tambahnya.

3. Sutradara Aditya Testarossa merasa related dengan sosok Hantu Kresek

Sutradara Aditya Testarossa merasa related dengan sosok Hantu Kresek.jpg
Aditya Testarossa di konferensi pers film "Rest Area" di Epicentrum XXI, Jakarta, Selasa (23/9/2025). (dok. IDN Times/Shandy Pradana)

Aditya Testarossa sebagai sutradara menegaskan bahwa ia pribadi merasa dekat dengan simbolisme Hantu Kresek. Proses menulis hingga mengedit film membuatnya ikut merasakan teror yang dialami tokoh-tokoh di dalam cerita.

"Saya bagian dari orang-orang yang tersiksa itu. Karena maksudnya itu dekat sama kita, 'kan? Perasaan-perasaan seperti rakyat kecil yang terzalimi dan merasa orang yang punya hak istimewa kenapa bisa berbuat sesukanya," jelasnya.

Ia pun menuturkan alasan mengapa ia berupaya mengolah nuansa horor yang disajikan di filmnya terasa relate terhadap kehidupan penonton. Salah satunya adalah kehadiran geng crazy rich yang terkena karma buruk di Rest Area,

"Karakternya sendiri tadinya tidak ingin terjebak seperti pola film horor pada umumnya. Jadi kami bikin anti-hero, namun ketika ditonton tetap merasakan perasaan takutnya," ujar Adit.

Film Rest Area mempertemukan kembali Lutesha dengan Chicco Kurniawan, yang sebelumnya pernah bermain di Penyalin Cahaya (2021). Selain itu, film ini juga dibintangi Julian Jacob, Ajil Ditto, Lania Fira, Haydar Salishz, dan Afrian Arisandy.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us

Latest in Hype

See More

7 Potret Baby Lily Main bareng Boneka Dinosaurus, Gak Takut Lagi!

25 Sep 2025, 08:01 WIBHype