Rekap Cerita Film Thailand Shutter yang Di-Remake Indonesia

Falcon Pictures akan merilis remake dari film Thailand bertajuk Shutter yang sudah tayang pada 2004 silam. Film ini menjadi salah satu horor legendaris yang juga sempat dibuat ulang dalam versi Inggris di tahun 2008.
Di versi Indonesia, kisahnya mengangkat teror hantu yang berasal dari kamera seorang pria bernama Darwin. Penasaran dengan kisah lengkap aslinya sebelum menonton Shutter versi Indonesia? Baca artikel di bawah ini sampai selesai, ya!
Hati-hati, artikel berikut mengandung spoiler!
1. Kisahnya berfokus pada teror yang dialami Tun

Mulanya, kehidupan Tun berlangsung baik-baik saja. Ia memiliki kekasih bernama Jane dan teman-temannya yang sukses. Setelah pulang dari sebuah pesta, Tun dan pacarnya mengalami kecelakaan mobil dan tanpa sengaja menabrak seorang perempuan. Dalam keadaan panik, Tun memaksa Jane untuk kabur dan meninggalkan korban di jalan.
Sejak itu, muncul bayang putih misterius di foto-foto hasil jepretan Tun. Jane pun merasa bahwa bayangan putih tersebut merupakan hantu dari perempuan yang mereka tabrak. Teman-teman Tun juga satu per satu mengalami teror hingga menuju pada kematian tragis yang tak terduga.
2. Tun dan teman-temannya punya masa lalu yang kelam

Bukan tanpa alasan ada teror yang menghantui Tun dan teman-temannya. Ia memiliki masa lalu dengan seorang perempuan bernama Natre. Walau sempat menjalin asmara, hubungan keduanya menjadi toxic. Natre terus menerus tak mau lepas dari Tun.
Jane dan Tun kemudian pergi ke rumah Natre dan menemukan tubuhnya yang belum dikremasi, karena ibunya tidak sanggup melepaskannya. Setelah membantu mengadakan pemakaman, Jane berharap semuanya berakhir, tapi bayangan Natre masih mengikuti mereka. Ada rahasia kelam yang ditutup rapat-rapat oleh Tun dan teman-temannya.
3. Akhir kisah Shutter yang bikin merinding

Tun mencoba mencari tahu keberadaan roh itu dengan memotret seluruh rumah, tapi justru menemukan rahasia mengerikan yang menjelaskan rasa sakit di lehernya selama ini. Film berakhir dengan adegan yang menunjukkan bahwa arwah Natre tidak pernah benar-benar pergi, masih melekat erat pada Tun. Adegan di kaca ini menjadi ikonik, karena menampilkan betapa menyeramkannya teror Natre terhadap Tun seumur hidup.
Menariknya, meski versi aslinya berlatar di awal tahun 2000-an, adaptasi Indonesia memindahkan kisahnya ke tahun 2025. Sutradara Herwin Novianto juga tampak berusaha menjaga nuansa horor khas Shutter tapi dengan sentuhan lokal. Jadi, kamu pilih nonton film aslinya dahulu, atau bakal menyaksikannya setelah lihat versi Indonesianya?


















