Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Final Destination: Bloodlines (dok. Warner Bros. Pictures/Final Destination: Bloodlines

Intinya sih...

  • Final Destination: Bloodlines kembali tanpa sensor dan cut setelah 14 tahun absen.

  • Film ini membawa narasi yang lebih personal dengan mengaitkan mitologi kematian dalam satu keluarga.

  • Final Destination: Bloodlines tetap setia pada ciri khas waralaba ini dengan adegan gore yang mengejutkan dan injeksi dark comedy.

Setelah penantian panjang selama 14 tahun sejak seri terakhirnya, franchise horor ikonik Final Destination kembali dengan Bloodlines. Film ini resmi rilis pada 14 Mei 2025, siap meneror penggemar lama maupun penonton baru dengan teror kematian yang tak terelekkan.

Dengan pendekatan yang lebih segar dan personal, film ini menjanjikan pengalaman yang berbeda dari seri-seri sebelumnya. Berikut review film Final Destination: Bloodlines berdasarkan elemen-elemen kunci yang menjadi sorotan. Mari disimak!

 

1. Fokus pada teror kematian dalam keluarga

Final Destination: Bloodlines (dok. Warner Bros. Pictures/Final Destination: Bloodlines

Tidak seperti film-film sebelumnya yang berfokus pada sekelompok orang random yang lolos dari kematian, Bloodlines membawa narasi yang lebih personal dengan mengaitkan mitologi kematian dalam satu keluarga. Kita pun jadi lebih terhubung dengan para karakter.

Duo sutradara Zach Lipovsky dan Adam B. Stein berhasil menyusun cerita yang lebih terstruktur, meski tidak serumit karya Christopher Nolan. Mitologi tentang mengapa kematian begitu gigih mengejar para orang yang "selamat" dijelaskan dengan rapi.

2. Diisi banyak dark comedy dan adegan gore

Final Destination: Bloodlines (dok. Warner Bros. Pictures/Final Destination: Bloodlines

Bloodlines tetap setia pada ciri khas waralaba ini: kematian tragis nan kreatif serta mengerikan. Film ini sukses menyajikan rangkaian adegan gore yang mengejutkan kita. Tak lupa injeksi dark comedy yang lebih banyak dari film-film sebelumnya.

Adegan tengil Erik yang bercanda dengan kematian, kadang sikap polos Bobby yang tidak mau mati, membuat suasana jadi sedikit lebih santai. Elemen inilah yang menjadi salah satu daya tarik utama, khususnya bagi mereka yang mencari hiburan di tengah film horor.

3. Jadi tribute untuk karakter Tony Todd

Final Destination: Bloodlines (dok. Warner Bros. Pictures/Final Destination: Bloodlines

Sebagai penghormatan untuk Tony Todd, aktor legendaris yang identik dengan waralaba ini, Bloodlines menyisipkan elemen nostalgia. Film ini tidak hanya merayakan kehadirannya, tetapi juga menghadirkan referensi halus ke seri-seri sebelumnya.

Ada kepuasan tersendiri saat menonton film berdurasi 1 jam 35 menit ini. Terlebih, tanpa sensor dan pemotongan adegan. Kesimpulannya, film ini masih punya beberapa trik sakit jiwa untuk menghibur kita, meski memakai plot yang berbeda dari kelima film sebelumnya.

Itulah review film Final Destination: Bloodlines. Segera tonton di bioskop favoritmu, ya!

 

Editorial Team