Review The Conjuring: Last Rites, Lebih Ngeri dari Film Sebelumnya?

Bagi penggemar film horor supernatural, The Conjuring: Last Rites mungkin terasa kurang menakutkan jika dibandingkan dengan The Conjuring (2013) atau The Conjuring 2 (2016). Beberapa jumpscare mudah ditebak, dan formula rumah berhantu yang dipilih mungkin memberi kesan "aman" bagi sebagian penonton. Lalu, apa yang membuat film ini menonjol? Lapisan emosionalnya.

Hubungan keluarga Warren, terutama dengan sang anak Judy, digarap lebih dalam. Sepanjang film, kita akan melihat banyak momen yang lebih menggetarkan hati alih-alih sekadar menegangkan. Bahkan, beberapa adegan antara Judy dan kedua orang tuanya sukses membuat suasana bioskop hening penuh rasa haru.

Wilson dan Farmiga kembali membuktikan bahwa mereka adalah jiwa dari waralaba The Conjuring. Chemistry keduanya tetap solid, bahkan terasa lebih matang ketika harus menghadapi "ritus terakhir" mereka. Selain itu, hadirnya Judy dan tunangannya, Tony Spera (Ben Hardy), membawa nuansa baru yang memperkaya cerita.

Adegan pamungkas dengan kameo mengejutkan dari film-film sebelumnya, serta rekaman arsip Ed dan Lorraine Warren yang ditampilkan di sepanjang kredit, membuat film ini menjadi penutup yang memuaskan. Last Rites mungkin bukan film Conjuring terbaik atau terburuk. Namun sebagai epilog, film ini terasa sangat pas.

Tentu saja, khususnya bagimu yang sudah mengikuti perjalanan panjang keluarga Warren sedari awal. Meski ada kritik bahwa film ini kurang berani sehingga tak semenakutkan pendahulunya, Last Rites tetap menawarkan tontonan yang menghibur.

Dengan visual yang memikat, performa solid Patrick Wilson–Vera Farmiga, serta akhir emosional, film ini jelas layak ditonton oleh penggemar horor. Jangan lewatkan The Conjuring: Last Rites, mulai tayang di bioskop Indonesia mulai 3 September 2025.