[REVIEW] Puss in Boots: The Last Wish, Epic Comeback si 'Kucing Oren'

Lebih spektakuler dari film pertama!

Menjelang akhir tahun, Hollywood telah menyiapkan sejumlah film menarik sebagai pengisi liburan. Setelah Avatar: The Way of Water (2022) dan I Wanna Dance with Somebody (2022), kini giliran Puss in Boots: The Last Wish (2022), sekuel Puss in Boots (2011), yang siap menghibur penggemar film animasi.

Film garapan DreamWorks Animation ini kembali membawa beberapa karakter lama kesayangan penonton, seperti Puss in Boots (Antonio Banderas) dan Kitty Softpaws (Salma Hayek). Sedangkan, dari segi visual dan penceritaan, Puss in Boots: The Last Wish menjanjikan sesuatu yang lebih spektakuler dibanding pendahulunya.

Dengan jarak 11 tahun dari film pertama, kira-kira sekeren apa, sih, film animasi yang mendapat rating sebesar 95 persen di Rotten Tomatoes ini? Sebelum menontonnya di bioskop pada 28 Desember mendatang, ada baiknya kalau kamu simak lebih dulu review film Puss in Boots: The Last Wish di bawah ini. 

1. Angkat mitos tentang kucing dan bintang jatuh

[REVIEW] Puss in Boots: The Last Wish, Epic Comeback si 'Kucing Oren'adegan dalam film Puss in Boots: The Last Wish (dok. DreamWorks Animation/Puss in Boots: The Last Wish)

Jika termasuk pencinta kucing, kamu pasti tahu julukan hewan bernyawa sembilan yang disematkan pada makhluk menggemaskan tersebut. Ya, meski cuma mitos, Paul Fisher dan Tommy Swerdlow (The LEGO Ninjago Movie, The Grinch), selaku penulis naskah, dengan cerdik menjadikan hal itu sebagai dilema yang dialami oleh sang protagonis, Puss in Boots (Antonio Banderas).

Alkisah, setelah melawan monster raksasa, Puss kejatuhan lonceng besar yang membuatnya genap kehilangan delapan nyawa. Melihat nyawanya yang tersisa satu dan kekalahannya dalam duel dengan sosok misterius bernama Wolf (Wagner Moura), Puss memutuskan untuk pensiun dan menjadi kucing peliharaan wanita tua bernama Mama Luna (Da'Vine Joy Randolph).

Namun, masa pensiunnya tersebut terusik oleh kedatangan Goldilocks (Florence Pugh) dan tiga keluarga beruangnya, yakni Mama, Papa, dan Baby Bear (Olivia Colman, Ray Winstone, dan Samson Kayo). Dari mereka, Puss mendengar informasi tentang keberadaan Wishing Star, bintang jatuh yang dapat mengabulkan semua permintaan.

Melihat hal tersebut sebagai kesempatan emas untuk mengembalikan delapan nyawanya, Puss berangkat mencari Wishing Star di Dark Forest yang terkenal berbahaya. Perjalanan tersebut tak ditempuhnya seorang diri. Turut serta bersamanya yakni Kitty Softpaws (Salma Hayek), sang mantan kekasih yang menaruh dendam pribadi, dan Perrito (Harvey Guillén), anjing yang selalu ceria dan optimis.

2. Hadirkan beragam sosok villain yang unik, dari yang seram sampai yang kocak

[REVIEW] Puss in Boots: The Last Wish, Epic Comeback si 'Kucing Oren'adegan dalam film Puss in Boots: The Last Wish (dok. DreamWorks Animation/Puss in Boots: The Last Wish)

Menghadirkan sejumlah tokoh dongeng dengan karakterisasi yang melenceng dari dongeng aslinya adalah salah satu ciri khas dari seri film Shrek, termasuk Puss in Boots: The Last Wish ini. Selain Goldilocks and the Three Bears yang ditampilkan sebagai keluarga kriminal, ada pula Big Jack Horner (terinspirasi dari lagu anak-anak populer asal Inggris, "Little Jack Horner") yang digambarkan sebagai penjahat megalomania.

Namun, sosok villain yang paling mencuri perhatian adalah Wolf. Sempat membuat nyali Puss in Boots ciut, karakter yang merupakan perpaduan antara serigala dalam Little Red Riding Hood dan The Grim Reaper ini mampu menebar suasana horor di setiap kemunculannya. Tak heran kalau sejumlah fans menyebut Wolf sebagai salah satu karakter villain di film animasi terbaik sepanjang masa!

3. Selain aksi dan petualangan, Puss in Boots: The Last Wish juga sajikan komedi dan romansa

[REVIEW] Puss in Boots: The Last Wish, Epic Comeback si 'Kucing Oren'adegan dalam film Puss in Boots: The Last Wish (dok. DreamWorks Animation/Puss in Boots: The Last Wish)

Kehadiran sederet villain di atas menjadi sarana sang sutradara, Joel Crawford (The Croods: A New Age), untuk merangkai sejumlah adegan aksi yang spektakuler. Percayalah, meski film animasi, jangan remehkan kemampuan Puss in Boots: The Last Wish dalam memacu adrenalin penonton.

Dari pertarungan antara Puss in Boots dan monster raksasa sampai perebutan Wishing Star yang melibatkan semua karakter menjelang ending, semua disajikan oleh Crawford dengan cita rasa film blockbuster. Uniknya, di tengah ingar-bingar aksi dan petualangannya, Puss in Boots: The Last Wish masih mampu menyelipkan komedi dan romansa, lho.

Sumber komedi terbesar datang dari Perrito dengan segala kepolosan dan optimismenya yang berlebihan. Di sisi lain, Puss in Boots dan Kitty Softpaws menampilkan hubungan yang tak cuma menggemaskan, tapi juga melambangkan kedewasaan.

Baca Juga: 10 Fakta Unik Karakter Puss in Boots, Kucing Gemas yang Jago Tempur

4. Style animasinya terinspirasi dari sejumlah film animasi populer. Salah satunya Akira (1988)!

[REVIEW] Puss in Boots: The Last Wish, Epic Comeback si 'Kucing Oren'adegan dalam film Puss in Boots: The Last Wish (dok. DreamWorks Animation/Puss in Boots: The Last Wish)

Sejak The Bad Guys (2022), DreamWorks Animation semakin membuktikan kematangannya dalam hal teknik animasi. Hal tersebut kembali mereka buktikan dalam Puss in Boots: The Last Wish lewat teknologi baru yang mampu menggabungkan animasi 2D dan 3D dengan mulus. Hasilnya sungguh unik.

Bergaya storybook illustration, animasi yang ditampilkan mengingatkan penulis akan film animasi unggulan Sony Pictures Animation, yakni Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018). Bahkan, dalam wawancaranya bersama Variety, Joel Crawford mengaku kalau Akira (1998), anime legendaris karya Katsuhiro Otomo, menjadi inspirasinya dalam menciptakan adegan ledakan. Keren banget!

5. Tak cuma seru, Puss in Boots: The Last Wish juga mengandung pesan moral tentang kehidupan

[REVIEW] Puss in Boots: The Last Wish, Epic Comeback si 'Kucing Oren'adegan dalam film Puss in Boots: The Last Wish (dok. DreamWorks Animation/Puss in Boots: The Last Wish)

Bukan DreamWorks Animation namanya kalau tak menyertakan pesan moral dalam setiap film animasi buatan mereka. Sementara aksi, komedi, dan visualnya memanjakan penonton cilik, Puss in Boots: The Last Wish mampu menyentuh sejumlah tema yang lebih dewasa, seperti family bonding, trust issue, sampai makna kehidupan dan kematian.

Meski awalnya dimaksudkan sebagai villain, Goldilocks and the Three Bears berhasil melelehkan hati penonton lewat ikatan keluarga mereka yang kuat. Sementara itu, Kitty Softpaws, yang mengalami krisis kepercayaan setelah berpisah dengan Puss in Boots, perlahan mulai berdamai dengan keadaan.

Semula dihantui oleh kematian, Puss in Boots kemudian menyadari kalau hal yang terpenting bukanlah memiliki sembilan nyawa, tapi memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya. Bukankah fenomena hidup seperti ketidakkekalan dan kematian adalah hal yang membuat kehidupan menjadi lebih bermakna?

Selama menontonnya dalam sneak preview yang diadakan pada Sabtu, 24 Desember kemarin, penulis sulit menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan Puss in Boots: The Last Wish selain menakjubkan dan menginspirasi. Gimana, setelah membaca review di atas, kamu semakin tak sabar untuk menyaksikannya pada Rabu besok? Jangan lupa ajak orang terdekatmu untuk nonton bareng, ya!

Baca Juga: [REVIEW] Avatar: The Way of Water, Tontonan Akhir Tahun yang Fantastis

Satria Wibawa Photo Verified Writer Satria Wibawa

Movies and series enthusiast. Feel free to read my reviews on Insta @satriaphile90 or Letterboxd @satriaphile. Have a wonderful day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya