Kenapa Patah Hati Sangat Menyakitkan? Nih Penjelasan Ilmiahnya

Semua orang pasti pernah merasa sakit hati. Entah ketika ditolak, diselingkuhi, disepelekan ataupun diputusin. Rasanya memang sangat sakit, apalagi jika kamu sudah terlanjur sayang tapi malah dikhianati. Mungkin banyak yang penasaran. Apa yang membuat kita sakit hati ketika disakiti. Ternyata rasa sakit hati saat diputusin atau disakiti ini bisa dijelaskan secara ilmiah lho. Berikut penjelasannya. Siap-siap jadi jenius yah.
Otak kamu berpikir kamu tersakiti secara fisik.

Tahukah kamu, sakit karena dicubit dan merasa sakit hati karena dicampakkan adalah efek dari satu bagian otak yang sama lho. Jadi ketika kamu merasa tersakiti, diinjak-injak, dicampakkan dan sebagainya, otak kamu mengklaim itu sebagai kekerasan fisik, meskipun tidak ada kekerasan fisik yang terjadi.
Dilansir dari Elitedaily, seperti yang dikatakan Naomi Eisenbuerger PhD, dan asisten profesor lainnya di University of California Los Angels pada Women's Health Magazine, area dari otak yang menyala ketika kamu disakiti secara fisik, sama dengan area yang menyala ketika kamu mengalami "penolakan sosial".
Inilah kenapa kamu merasa sakit ketika patah hati.
Alasan lainnya adalah "Ketagihan".

Cinta sama seperti narkoba. Yup membuat ketagihan. Kamu hanya ingin selalu memeluknya dan bersama-sama dengan dia. Ketika dia pergi, kamu akan merasa sepi dan sedih. Menurut Helen Fisher PhD, seorang antropolog dari Rutgers University, mengatakan ketika kamu jatuh cinta, maka 'pusat kenikmatan' di otak akan aktif. Sehingga hormon dopamin akan meningkat dan membuatmu merasa senang. Dengan ini maka kamu akan merasa ketagihan oleh kesenangan yang ada.
Tapi, bagaimana ketika kamu tersakiti? Tentu produksi hormon dopamin akan menurun dan kamu akan merasa sangat sedih. Bukan hanya sedih, tapi 'sakaw', layaknya orang yang baru berhenti mengonsumsi narkoba.
Gimana menurut kamu? Udah tahu kan kenapa kamu bisa sakit hati. Sabar ya.