Merasa Cinta Indonesia? Waspadai 7 Gejala Rasa Nasionalisme Palsu Berikut Ini

Coba deh ngaca dulu.

"Coba deh ngaca dulu."

 

Cinta Indonesia sah-sah saja... Tapi apa rasa sayangmu itu udah pada tempatnya? Banyak juga sifat-sifat (seperti) nasionalisme yang kebablasan sehingga kesannya kurang terpuji. Itu dia yang disebut rasa nasionalis palsu.

Apakah kamu kenal dengan orang yang punya kelakukan seperti di bawah ini? Atau jangan-jangan malah kamu yang bersikap seperti ini? 

1. Jengkel bukan main ketika mendengar sesama orang Indonesia menggunakan bahasa Inggris saat ngobrol dengan teman-temannya.

 Merasa Cinta Indonesia? Waspadai 7 Gejala Rasa Nasionalisme Palsu Berikut Ini

Kalau kamu tiba-tiba mengernyitkan dahi dan berpikir “Kenapa sih nggak pake bahasa Indonesia aja kalau ngobrol? Sok keren banget”. Eits, menjadi warga Indonesia yang baik harus bisa menghargai pilihan orang lain, termasuk pilihan penggunaan bahasa keseharian. Memang ada beberapa orang yang kedengaran sangat pretensius ketika berbicara menggunakan bahasa Inggris, tapi setidaknya nggak semua dari mereka melakukannya untuk kedengeran keren.

2. Tiba-tiba merasa bersyukur menjadi orang Indonesia ketika membaca atau melihat kesusahan bangsa lain.

 Merasa Cinta Indonesia? Waspadai 7 Gejala Rasa Nasionalisme Palsu Berikut Ini

Ketika negara-negara lain sedang dilanda perang atau bencana berkepanjangan dan tiba-tiba ada yang komentar “Berbahagia banget di Indonesia nggak ada perang” emang sekilas terdengar seperti orang yang mencintai negaranya. Tapi cara dan momen mengatakannya duh, enggak banget deh. Menggunakan patokan kesedihan negara lain untuk mensyukuri keadaan negara sendiri itu bukan sikap nasionalis. Empati itu nomer satu, deh. Apapun situasinya, dahulukan kepekaan dan rasa kemanusiaanmu di atas segala-galanya, guys.

3. Terganggu melihat orang yang tidak memakai batik di hari Jumat.

 Merasa Cinta Indonesia? Waspadai 7 Gejala Rasa Nasionalisme Palsu Berikut Ini

Ukuran nasionalisme seseorang nggak harus dilihat dari seberapa sering atau seberapa banyak koleksi batiknya. Sekali lagi, hormatilah pilihan orang lain untuk berpakaian. Barangkali memang tidak semua batik nyaman dipakai orang tersebut. Kalau koleksi batiknya sebejibun tapi hasil korupsi, apa iya masih dianggap nasionalis? Nggak kan ya. Bangga dengan batik sah-sah saja, tapi nggak perlu memaksakan patokan tersebut ke orang lain.

4. Merasa aneh jika mendengar orang Indonesia yang tidak tahan dengan sambal atau makanan pedas.

 Merasa Cinta Indonesia? Waspadai 7 Gejala Rasa Nasionalisme Palsu Berikut Ini

Masakan Indonesia memang banyak yang pedas dan sedikit sulit membayangkan masakan Indonesia yang nggak pedas atau nggak pakai sambal. Kita emang suka dibuat bingung kenapa ada sih orang Indonesia yang sama sekali nggak suka sambal atau nggak kuat makan sambal padahal setiap hari disodorin makanan pedas. Yah, namanya juga pilihan, kalau memang mereka nggak kuat makan sambal, masa mau bohong? Ya nggak? Mungkin mereka punya masalah pencernaan. Mungkin juga emang rasa tersebut menyiksa di mulut sehingga mereka sulit menikmati makanan. Dan nggak bisa menikmati makanan pedas itu nggak ada hubungannya dengan jadi orang Indonesia atau bukan. Ya kan? Jadi nggak usah komentar “Idih, orang Indonesia kok nggak doyan pedes sih?”

5. Sebal ketika mengetahui banyak anak-anak kecil yang bahasa Inggrisnya lebih bagus dari bahasa Indonesia.

 Merasa Cinta Indonesia? Waspadai 7 Gejala Rasa Nasionalisme Palsu Berikut Ini

Maraknya sekolah internasional di Indonesia membuat kita sering menjumpai anak-anak kecil di mal ngobrol dengan kakak, adik ataupun teman-temannya dengan menggunakan bahasa Inggris yang maha lancar. Malah mungkin kita juga pernah memergoki mereka berbahasa Indonesia dengan aksen “cinca lauwa”. Kalau kamu sebal dengan fenomena ini, nggak usah dipikirin deh. Rata-rata anak-anak memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi. Cepat atau lambat, mereka akan bisa berbahasa Indonesia juga kok. Dan siapa tahu malah ketika mereka dewasa, mereka punya kontribusi besar kepada negaranya dengan mampu berbicara berbagai bahasa. Ayo, tahan dulu sikap nyinyirnya. Kecerdasan bahasa tidak ada hubungannya dengan nasionalisme kok. Malah mungkin kita harus belajar banyak dari anak-anak kecil ini.

6. Ketika membaca mengenai perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia, yang terpikir hanyalah kata "penjajah".

 Merasa Cinta Indonesia? Waspadai 7 Gejala Rasa Nasionalisme Palsu Berikut Ini

Indonesia adalah negara berkembang dan masih membutuhkan investor asing supaya roda ekonominya bergerak. Trauma bangsa Indonesia karena dijajah asing harus diakui masih sangat terasa, jadinya ya kita-kita memang suka curiga kalau ada perusahaan asing yang mau mencari sesuap berlian di Indonesia. Dan juga memang banyak perusahaan asing yang mengeruk untung di Indonesia tanpa etika. Tapi jangan lupa, ketika perusahaan tersebut jatuh ke tangan orang Indonesia, bukan berarti orang Indonesia bisa menikmati hasilnya langsung. Korupsi adalah masalah terbesar bangsa Indonesia dan seringkali keuntungan tersebut malah masuk ke kantong para koruptor. Sama juga bohong dong! Lagipula, nggak semua investor asing berniat buruk lho. Malah banyak dari mereka yang bisa membantu membuka lapangan pekerjaan di Indonesia.

7. Tidak bisa mengerti dengan orang Indonesia yang berprestasi bagus tapi memutuskan untuk bekerja di luar negeri.

 Merasa Cinta Indonesia? Waspadai 7 Gejala Rasa Nasionalisme Palsu Berikut Ini

Nah, ini dia yang sering bikin orang yang ngakunya cinta Indonesia tergelitik. “Negara Indonesia masih butuh tenaga ahli, kok malah cari untung di negara orang? Mana bisa maju Indonesia kalau begini caranya?”. Ini komentar yang paling sering didengar. Wah, tunggu dulu. Sekali lagi, jangan dulu menghakimi. Di Indonesia, banyak hal yang masih perlu diperbaiki. Ketersediaan lapangan kerja, apalagi untuk bidang-bidang yang sangat spesifik, sering kali belum ada kesempatannya. Dan masih banyak faktor lain yang membuat orang hijrah ke negara asing untuk mencari peruntungan. Kita tidak perlu menghakimi rasa nasionalisme mereka. Cukup berbangga saja bahwa ada putra bangsa yang nggak kalah berprestasi dengan putra bangsa lain. Ya kan?

Intinya, rasa nasionalisme itu nggak bisa diukur dengan kasat mata. Justru cinta Indonesia itu hanya bisa diperjuangkan kalau kita tertib dengan aturan dan bersama-sama membuat kontribusi positif.

Wujud menyayangi dan bangga menjadi orang Indonesia bentuknya bisa bermacam-macam kok. Tertib berlalu lintas, bayar pajak, menghormati orang lain dan selalu mencoba melihat sisi baik negara kita adalah hal-hal yang sifatnya wajib dilakukan dan bisa jadi tolok ukur kecintaan kita dengan Indonesia. Setuju kan?

Topik:

Berita Terkini Lainnya