3 Cara Pembuatan Chief Detective 1958 di Balik Layar, Perlu Riset

Beberapa waktu lalu, seni sutradara So Seong Hyeon diwawancara oleh beberapa media. Ia pun mengungkapkan rahasia di balik pembuatan drama Chief Detective 1958. Sebagai informasi, drama ini adalah karya perdananya. Sebelumnya, ia hanya menyutradarai dua film, yakni Forbidden Dream (2019) dan Deliver Us From Evil (2020).
Berlatar waktu 1958 hingga 1962, tentunya sangat sulit membangun suasana pada masa tersebut. Ingin tahu seperti apa fakta di balik pembuatan drakor Chief Detective 1958? Dilansir media Osen, berikut adalah ulasannya.
1. Melakukan riset dan wawancara

Karena drama ini mengulas tentang zaman dulu, seni sutradara So Seong Hyeon melakukan penelitian terlebih dahulu. Ia berulang kali melihat foto tahun 1950-an hingga 1970-an. Hal ini bertujuan untuk memberi petunjuk tentang batas zaman.
"Aku berulang kali melihat banyak foto tahun 1950-an hingga 1970-an. Sebelum tahun 1960-an, aku menemukan petunjuk bahwa zaman telah berkembang. Begitu melihat foto setelah tahun 1960-an, aku menemukan petunjuk tentang batas zaman. Aku bisa menggunakannya sebagai standar untuk membedakan dari segi gaya, bahan, alat peraga, dan lain-lain. Karya fotografer periklanan generasi pertama, Han Young Soo, sangat membantuku," katanya.
Selain foto, So Seong Hyeon juga menonton film-film klasik zaman dulu. Dengan begitu, ia bisa mengetahui kehidupan masyarakat di masa tersebut seperti apa. Ia ingin drama buatan pertamanya bisa membangkitkan nostalgia penonton.
"Aku menonton film-film klasik, seperti The Coachman (1961), Miss Bullets (1960), dan Let's Meet at Walkerhill (1966). Dari film-film ini, aku bisa memahami situasi waktu, ruang, dan kehidupan masyarakat pada masa tersebut," jelasnya.
Gak hanya itu, So Seong Hyeon melakukan wawancara kepada salah satu petugas kepolisian. Ini memudahkan baginya untuk memvisualisasikan bagaimana cara bekerja seorang polisi. Untungnya, ia mempunyai kenalan seorang polisi.
"Ayah dari salah satu rekanku setim adalah petugas polisi yang aktif. Aku beruntung bisa bertemu dan mendengar cerita dari ayahnya. Pusat penahanan di dalam Kantor Polisi Jongnam dirancang dengan mengacu pada kisahnya," tuturnya.
2. Berusaha untuk mewujudkan suasana yang bikin penonton bernostalgia

Sejak episode pertama, visual yang membangkitkan kenangan dan nostalgia sudah cukup menarik perhatian penonton. Episode pertama adalah perubahan transisi dari tahun 2023 ke 1958. Warna pada adegan tersebut sangat berbeda jika ditonton secara seksama.
"Aku mencoba untuk mewujudkan suasana dari era yang mengisi tahun 1950-an hingga 1960-an. Aku dan tim mempertimbangkan elemen apa yang bersatu untuk menciptakan sentimen zaman, mengklasifikasikannya, dan mendesainnya satu per satu. Kami fokus untuk tidak mengganggu perspektif desain modern saat ini," katanya.
Soal warna pada gambar, ternyata sutradara So Seong Hyeon merujuk pada foto berwarna Amerika pada tahun 1950-an. Baginya, hal ini sangat menarik perhatian penonton.
"Materi yang direkam awalnya hitam dan putih. Untuk memberikan perasaan yang sangat berbeda, aku mengubahnya menjadi berwarna. Aku terinspirasi dari foto berwarna tahun 1950-an karya fotografer Fred Herzog. Aku pikir itu adalah budaya barat yang muncul setelah perang Korea. Dengan meningkatkan saturasi dan menurunkan kecerahan, warna keseluruhan drama pun tercipta, termasuk warna biru yang ada di dalam Kantor Polisi Jongnam," ucapnya.
3. Mengubah interior dan eksterior sesuai dengan zaman

Menurut So Seong Hyeon, bagian dalam Kantor Polisi Jongnam adalah ruang utama pertunjukan. Bagian luar, seperti jalan, juga diusahakan oleh sang sutradara. Ia ingin gambaran interior dan eksterior dalam drama ini bisa terbentuk di benak penonton.
"Ada perubahan waktu dari tahun 1958 ke tahun 1962. Awalnya, meja, kursi, dan lemari di dalam Kantor Polisi Jongnam dari kayu. Lalu, aku mengubahnya menjadi besi. Aku ingin menampilkan citra para detektif terlihat lebih kuat," ungkapnya.
So Seong Hyeong melanjutkan, "Toserba tempat aktor Choi Bul Am pada episode pertama sebenarnya adalah sebuah bangunan yang dibangun pada masa kolonial Jepang. Seluruh atap luarnya ditutup dengan terpal plastik tebal untuk mencegah air hujan merembes ke dalam. Sebenarnya, tempat ini dikecualikan karena sudah tua, namun berkat CGI bisa diselesaikan sebagai rumah beratap genteng Hanok," katanya.
Nah, sekarang sudah tahu kan bagaimana sang sutradara membuat drama ini? Dibutuhkan penelitian sejarah, agar drama ini bisa membangkitkan suasana nostalgia. Sementara itu, Chief Detective 1958 memperoleh rating 10,6 persen secara nasional.