Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Isu Sosial di The Trauma Code: Heroes on Call, Sindir Dunia Medis

still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)
still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)

Drama Korea The Trauma Code: Heroes on Call (2025) saat ini tengah ramai dibicarakan publik. Serial yang merupakan adaptasi webtun ini mengangkat kisah Baek Kang Hyuk yang diibaratkan bak sosok hero dalam departemen bedah trauma.

Sama seperti webtunnya, serial yang dibintangi Ju Ji Hoon ini juga banyak angkat isu seputar dunia kesehatan. Isu ini pun bisa jadi satire bagi dunia kesehatan hingga membuka perhatian publik tentang dedikasi dan tantangan tenaga medis yang tersembunyi. Wah, apa saja itu ya? Yuk, simak selengkapnya.

1. Profit rumah sakit lebih penting dibadingkan nyawa pasien

still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)
still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)

Manajemen juga merupakan bagian penting dalam sebuah rumah sakit selain tenaga medis. Manajemen dalam rumah sakit ini yang berfungsi mengelola rumah sakit agar terus berjalan. Terutama nih terkait alokasi anggaran rumah sakit dan profit yang didapatkan.

Betul banget, di drakor ini banyak menyindir manajemen rumah sakit yang hanya mementingkan profit bagi rumah sakit Bahkan, nih tak jarang ada kepentingan pribadi di dalamnya demi masuk kantong sendiri. Contohnya nih, alokasi anggaran 10 miliar won yang didapatkan RS Hankuk di drama ini justru dipakai untuk pengadaan fasilitas yang hanya jadi ajang pamer.

Ada lagi, nih, beberapa fasilitas departemen trauma juga ternyata hanya dibuat semata tapi tidak pernah digunakan. Fasilitas yang ada ini hanya digunakan sebagai ajang cuci uang bukan demi keselamatan pasien. Ketika pasien membutuhkan perlu birokrasi yang ribet bahkan saat keadaan darurat sekalipun.

Kejamnya lagi, demi menyelamatkan sebuah nyawa ada batasan anggaran yang dimiliki. Seperti Baek Kang Hyuk yang akhirnya meminta bantuan Black Wings untuk membawa Kapten Lee Hyeon Jong (Lee Se Ho) kembali ke Korea Selatan. Ia nekat ke markas mereka karena birokrasinya terlalu lama bisa mengancam nyawa pasiennya.

2. Adanya diskriminasi departemen di rumah sakit

still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)
still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)

Salah satu yang membuka mata publik adalah isu pembedaan perlakuan setiap departemen di RS Hankuk. Departemen bedah trauma harus terus diperlakukan berbeda karena dianggap hanya mengurangi profit rumah sakit. Alasannya karena bedah trauma membutuhkan banyak dana bagi setiap pasiennya.

Belum lagi, setiap kepala departemen harus disaingkan untuk mendapatkan profit tertinggi bak kapitalisasi. Jika mendapatkan profit tinggi, maka mereka akan diperlakukan secara baik, sedangkan mereka yang defisit harus menerima perlakuan kurang menyenangkan. Keahlian departemen RS Hankuk ini bukan lagi dilihat dari persentase keselamatan pasien dan hanya dilihat dari profit semata.

Masih ada nih, bahkan departemen yang dianggap tak menguntungkan ada agenda penghapusan. Tenaga kesehatan di dalamnya harus berjuang sendiri mendapatkan dukungan melalui publik. Tak jarang dokter Baek juga dihalangi karena diskriminasi ini.

3. Dedikasi tenaga kesehatan walau terpuruknya keadaan

still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)
still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)

Isu baik yang diangkat drama ini adalah memperlhatkan bagaimana dedikasi tenaga medis yang tulus membantu pasiennya. Seperti dokter Baek cs mereka harus lari kesana kemari demi tak kehilangan masa emas pasiennya. Mereka berada di garda depan yang harus siaga 24 jam demi keselamatan pasiennya.

Kita juga melihat betapa besar dedikasi dokter Baek cs mengupayakan keselamatan pasiennya. Bahkan saat dokter Baek cs terus dihalangi agar tak menggunakan fasilitas yang dimiliki rumah sakit. Mereka mengupayakan dengan fasilitas yang ada demi pasiennya.

Satu hal yang menyentuh lagi adalah saat keadaan kacau balau seorang dokter harus tetap fokus menyelamatkan pasien berdasarkan prioritas keselamatan. Bukan hal mudah untuk memilah pasien saat keadaan genting seperti bencana. Tak jarang dokter juga tak punya waktu untuk merasakan duka demi keselamatan pasien selanjutnya.

4. Praktik diskriminasi dan penolakan pasien

still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)
still cut serial drakor The Trauma Code: Heroes oh Call (dok Netflix/The Trauma Code: Heroes oh Call)

Kisah masa lalu dokter Baek membuatnya punyak tekad kuat untuk terus mengupayakan keselamtan pasien tanpa memandang latar belakangnya. Dokter Baek melihat betapa dulu ayahnya ditolak berbagai rumah sakit karena diskriminasi. Hingga akhirnya mendiang ayahnya harus dinyatakan meninggal di RS Hankuk.

Diskriminasi terjadi juga saat manjemen rumah sakit memilih kebijakan untuk menerima pasien trauma ringan dikala insiden kecelakaan besar. Menurut mereka pasien trauma berat hanya memboroskan anggaran karena memerlukan banyak perawatan. Praktik ini menyadarkan bahkan saat nyawa pasien terancam, mereka masih dibedakan untuk mendapatkan hak yang sama.

Nah, sosok dokter Baek cs yang berdedikasi mendirikan trauma center ini jadi superhero dalam dunia medis, nih. Gak hanya andal, tapi ia benar-benar mendedikasikan kemampuan yang ia miliki demi setiap pasiennya. Gimana kamu juga setuju butuh sosok dokter Baek Kang Hyuk cs ini di dunia nyata?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siti Nur Holifah
EditorSiti Nur Holifah
Follow Us