6 Hal yang Bisa Dipelajari dari Duty After School Part 2, Jangan Egois

Duty After School Part 2 memfokuskan cerita kepada siswa kelas 3-2 yang harus berjuang, tanpa dampingan orang dewasa. Mereka saling membagi tugas seperti biasa, di mana Kim Yoo Jeong (Yeo Joo Ha) menjadi pemimpin tim.
Meski keadaan sudah sangat terdesak, perjuangan para siswa kelas 3-2 patut diapresiasi. Sebab, melalui perjuangan mereka, penonton bisa mempelajari enam hal berikut ini.
1. Dengan visi misi yang sama, kerja sama tim yang kuat dapat terwujud

Di awal cerita Duty After School Part 2, para siswa kelas 3-2 yang tersisa, tampil heroik dalam membasmi para monster misterius. Mereka pun bertekad untuk menghabisi para monster, agar bisa kembali ke Seoul. Mereka pun bekerja sama dengan baik, karena memiliki visi dan misi yang sama.
Sayang, kerja sama tim itu harus goyah ketika mereka tak lagi memiliki visi misi yang sama. Sebab, kebanyakan dari mereka ingin menyudahi pertempuran dan kembali ke rumah. Namun, hal itu tak semata-mata langsung melemahkan mereka.
Para siswa yang berada dalam kesulitan itu mencoba untuk setenang mungkin. Ketika diterpa trust issue, mereka kembali menyatukan visi misi. Hal itu dilakukan agar kerja sama tim tetap bisa berjalan dengan baik dan tak ada lagi dari mereka yang harus meregang nyawa.
2. Saling melindungi adalah kunci kerja sama tim yang baik

Dalam keadaan tak terkendali, hanya ada dua hal yang bisa diselamatkan, yakni diri sendiri dan orang terdekat saat itu. Namun, itu pun bukan hal yang mudah dilakukan.
Pada awalnya, para siswa kelas 3-2 tak sedekat saat mereka berada di tengah medan perang. Bahkan, beberapa dari mereka hanya pernah sesekali saja mengobrol di kelas.
Saat dihadapkan pada situasi yang sama sulitnya, mereka sadar bahwa untuk bisa selamat, kerja sama tim harus dibangun seerat mungkin. Mereka juga harus saling melindungi satu sama lain, agar tidak ada yang terluka maupun sampai terbunuh oleh serangan monster.
3. Untuk memenangkan kompetisi tidak perlu menjadikan kawan sebagai lawan

Karakter Kook Young Soo tampaknya bisa disebut sebagai salah satu beban kelompok. Bagaimana tidak, ia yang terlalu terobsesi untuk bisa lolos CSAT pun membangun bentengnya sendiri untuk melawan teman-temannya sendiri.
Baginya, tak boleh ada yang menjadi nomor satu selain dirinya. Bagi Kook Young Soo, apa pun harus dikorbankan demi bisa memenangkan "kompetisi" tersebut, meski menjadikan kawan sebagai lawannya sendiri.
Padahal itu tak perlu dilakukan, jika kita sadar bahwa untuk memenangkan suatu kompetisi, saling mendukung dan melindungi sesama teman adalah kuncinya. Tak perlu sampai menganggap semua orang sebagai lawan, kalau persaingan yang sehat bisa tercipta asal tak ada keegoisan.
4. Komunikasi dan kejujuran dalam tim itu sangatlah penting

Trust issue menjadi masalah internal paling serius yang dihadapkan para siswa kelas 3-2 sedari awal. Namun, hal itu makin diperparah ketika Kwon Il Ha (Kim Su Gyeom), Do Soo Cheol (Kim Min Chul), Kim Yoo Jeong (Yeo Joo Ha), dan Jo Jang Soo (Yoon Jong Bin) bersekongkol.
Keempatnya merencanakan kecurangan pemungutan suara, agar tak mematahkan semangat siswa kelas 3-2 lainnya, karena CSAT tahun itu dibatalkan. Bahkan, Do Soo Cheol terpaksa merusak satu-satunya alat komunikasi mereka, agar teman-temannya yang lain tidak mengetahui informasi yang mereka sembunyikan.
Namun, nyatanya itu menjadi bumerang bagi grup mereka. Sebab, tak ada diskusi dengan siswa lainnya mengenai info CSAT yang dibatalkan, serta terpaksa berbohong "demi" menyelamatkan nyawa lainnya, tim tersebut akhirnya goyah dan melakukan "pemberontakan".
Dari sini kita bisa belajar, jika komunikasi serta kejujuran dalam sebuah tim itu bersifat penting. Sebab, jika hal itu tak dilakukan, maka trust issue dan kepercayaan antar anggota tim akan memudar seiring berjalannya waktu. Jika sudah tak percaya satu sama lain, bagaimana bisa kerja sama tim yang baik terus berjalan?
5. Dalam keadaan darurat sekalipun, diskusi tetap perlu dilakukan untuk mengambil jalan keluar terbaik

Meski sempat mengalami komunikasi yang kurang baik, tapi satu hal yang bisa dipelajari dari para siswa kelas 3-2 adalah mereka yang rajin berdiskusi. Dalam keadaan darurat sekali pun, mereka tetap mengutamakan diskusi agar bisa mengambil jalan keluar terbaik. Sebab, nantinya keputusan itu juga amat berpengaruh pada keberlangsungan tim.
Salah satu contohnya adalah ketika No Ae Seol (Lee Yeon) menjadi sandera para tahanan yang tersisa di penjara. No Ae Seol menjadi sandera setelah rasa empatinya yang tinggi berhasil dimanfaatkan oleh para tentara.
Jika para siswa yang bersama No Ae Seol kala itu bertindak gegabah, mereka bisa saja langsung menembakkan peluru ke arah para tahanan. Namun, hal itu tak dilakukan mengingat bisa saja ada yang terbunuh nantinya.
Mereka pun akhirnya berdiskusi dan merencanakan aksi penyelamatan dengan memanfaatkan monster yang mendekat ke penjara. Mereka juga mengosongkan peluru di senjata mereka, agar bisa mengecoh para tahanan.
6. Dalam keadaan terdesak sekali pun, harapan itu tetap akan ada

Setiap hari, jam, menit, dan detik, para siswa selalu dihantui dengan ketakutan yang luar biasa. Mereka bahkan memiliki keinginan yang kuat untuk kembali ke Seoul, agar bisa bertemu orangtua masing-masing.
Namun, hal itu masih harus mereka tunda. Sebab, mereka masih dalam keadaan darurat, di mana tak ada satu pun informasi yang bisa didapat dari base camp pusat.
Di tengah situasi tersebut mereka masih bisa menuliskan bahkan mengobrol mengenai harapan masing-masing. Harapan itu berisi tentang apa yang akan mereka lakukan setelah perang melawan monster selesai.
Dari situlah para siswa memberikan pelajaran pada penonton, bahwa dalam keadaan tak menentu dan terdesak sekali pun, harapan itu tetap ada. Meski masih dalam angan, tapi mereka menjadikan harapan itu sebagai kekuatan serta semangat untuk menyelesaikan misi.
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari drama Duty After School Part 2. Selain tentang persahabatan, nilai-nilai kehidupan lainnya pun bisa turut dipelajari agar tetap semangat menghadapi segala tantangan yang ada.