Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Sentilan Sosial di All of Us are Dead, Kamu Sadar Makna Tersiratnya?

All of Us are Dead (dok. Netflix/All of Us are Dead)

Kendati mengusung konsep utama tentang zombie apocalypse, ternyata serial All of Us are Dead juga menyisipkan pesan tersembunyi yang menyentil kehidupan sosial. Lingkupnya mencakup budaya, agama, politik, adat-istiadat, hingga norma sosial.

Potongan adegan ataupun story building di dalam drama Korea ini agaknya merupakan kenyataan yang sangat mungkin dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Di bawah ini adalah beberapa "sentilan" yang disematkan All of Us are Dead terhadap realitas sosial tersebut. 

1. Tindakan perundungan sangat berdampak bagi korban dan keluarganya

All of Us are Dead (dok. Netflix/All of Us are Dead)

Virus zombi berawal dari Lee Byeong Chan (Kim Byung Chul) yang menyuntikkan virus temuannya, Jonas virus, pada putranya, Lee Jin Su (Lee Min Goo). Dia merupakan korban perundungan di Hyosan High School di mana sang ayah bekerja sebagai guru sains.

Para pelaku perundungan Lee Jin Su terus menganiayanya walau telah pindah sekolah. Dia pun tak punya cukup daya untuk menghentikan itu. Saking tertekannya, dia bahkan merasa lebih baik meninggal daripada harus terus mengalami perundungan. 

Lee Byeong Chan (Kim Byung Chul) sudah berusaha membawa kasus tersebut ke pihak berwenang, tapi hasilnya nihil.  Ia pun melakukan eksperimen pembuatan Jonas virus yang tujuannnya adalah agar sang anak memiliki "kekuatan" untuk melawan para pelaku perundungan. Sayangnya, virus itu malah membuat putranya menjadi zombi.

Kasus perundungan memang menjadi momok tersendiri bagi para pelajar di Korea Selatan. Tak sedikit berita yang meliput kasus bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri akibat perundungan. All of Us are Dead menyelipkan makna bahwa masalah tersebut memberikan dampak psikologis yang sangat signifikan terhadap korban dan keluarganya.

2. Kehamilan pranikah remaja menimbulkan konsekuensi secara fisik dan psikis

All of Us are Dead (dok. Netflix/All of Us are Dead)

Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, Park Hee Su (Lee Chae Eun) sedang menahan sakit karena hendak melahirkan. Dia menyembunyikan kehamilannya itu. Mulanya, dia pergi ke klinik sekolah, tapi akhirnya keluar dari lingkungan sekolah, dan melahirkan di toilet umum.

Kendati kontroversial, fenomena ini cukup umum dijumpai walaupun kasus kehamilan remaja tergolong rendah di Korea Selatan. Kehamilan tersebut berdampak besar terhadap kondisi fisik dan psikis mereka yang belum siap untuk menjadi orangtua. Belum lagi, remaja harus menanggung stigma sosial yang buruk.

Ini pula yang mendasari sikap Park Hee Su yang sebenarnya ingin meninggalkan bayinya. Selain itu, berdasarkan penggambaran cerita tersirat, Park Hee Su adalah murid tertutup, tak punya banyak teman, dan tidak ada orang yang peduli kepadanya.

Selain kehamilan pranikah remaja, penggalan cerita ini juga menunjukkan kesenjangan eksistensi dalam komunitas. Pada konteks ini, komunitas tersebut adalah kelas. Ada siswa yang menonjol dan menarik atensi seperti Choi Nam Ra (Cho Yi Hyun), sang ketua kelas. Ada pula yang seolah "ada tapi tak ada" seperti Park Hee Su yang duduk persis di belakangnya. 

3. Dilema antara menjaga profesionalitas dan mengorbankan kepentingan personal

All of Us are Dead (dok. Netflix/All of Us are Dead)

Nam So Ju (Jeon Bae Su) yang merupakan ayah dari Nam On Ju (Park Ji Hu) adalah seorang petugas kebakaran yang berpartisipasi dalam misi penyelamatan warga dari serangan zombi. Di saat bersamaan, dia diliputi dilema antara memprioritaskan warga atau putrinya sendiri.

Pada akhirnya, ia memilih untuk melanggar protokoler agar dapat menemui dan mencoba menyelamatkan putrinya yang terjebak di sekolah. Hal ini terbilang wajar dari segi kemanusiaan, tetapi dari sisi profesionalitas kerja, ia telah melanggar tugasnya.

Kendati ia bersedia menerima konsekuensi, pada dasarnya ranah profesionalitas dan ranah personal memang berbeda. Adegan-adegan terkait ini menunjukkan bahwa manusia memang menjalani lebih dari satu peran dalam hidup.

4. Naluri dasar manusia untuk bertahan hidup dan melindungi diri yang kadang miris

All of Us are Dead (dok. Netflix/All of Us are Dead)

Wabah zombi di All of Us are Dead merebak dengan sangat cepat. Dalam situasi panik, genting, dan tanpa daya, insting bertahan hidup pun menguat signifikan. Insting ini merupakan naluri dasar manusia.

Perilaku yang menunjukkan insting ini banyak ditemukan di sepanjang episode All of Us are Dead. Ada yang mengumpankan temannya kepada zombi agar dirinya sendiri selamat. Ada yang memilih untuk tak menolong temannya karena takut zombi akan menyerang mereka.

Sebaliknya, menguat pula insting untuk melindungi, walaupun harus mengorbankan diri. Hal ini terlihat dari sikap Oh Joon Yeong (Ahn Seung Kyoon) saat dirinya baru digigit zombi. Selain sebagai bentuk tanggung jawab, dia memilih keluar dari lingkaran agar teman-temannya tak terjebak saat dirinya berubah jadi zombi.

Contoh lainnya saat Jang Wu Jin (Son Sang Yeon) menjadi tameng kakaknya agar tak digigit zombi. Ada pula Nam So Ju yang membiarkan dirinya diserang zombi agar putri dan teman-temannya dapat kabur.

Dari sebaran kasus tersebut, dapat dilihat bahwa ada manusia yang rela mengorbankan orang lain untuk dirinya dan ada pula mereka yang rela mengorbankan dirinya untuk orang lain. Hal ini jelas terjadi dalam kehidupan nyata.

5. Tekanan sosial yang seolah "mendewakan" ujian masuk perguruan tinggi bagi masa depan

All of Us are Dead (dok. Netflix/All of Us are Dead)

Korea Selatan dikenal dengan persaingan pendidikan yang sangat ketat. Merupakan hal yang wajar jika pelajar, terutama anak SMA, belajar sampai malam di sekolah ataupun di tempat les. Tuntutan keluarga dan masyarakat sangat tinggi kepada mereka.

Suneung atau ujian masuk perguruan tinggi ibarat momok tersendiri yang menjadi penentu masa depan pelajar. Ini pula yang diselipkan dalam All of Us are Dead melalui tokoh Park Mi Jin (Lee Eun Saem). 

Dia bukan siswa berperingkat bagus yang berpotensi besar lulus ujian masuk perguruan tinggi. Mi Jin bukan pula atlet yang berpeluang masuk universitas jalur khusus, memiliki bakat tertentu, ataupun datang dari keluarga kaya. Di tengah serbuan zombi dan upaya menyelamatkan nyawanya, dia masih saja terpikir peluang untuk diterima di perguruan tinggi.

Dalam beberapa dialog, dia juga menyatakan betapa "penuh beban" sebagai siswa tahun terakhir di SMA. Bahkan, di episode akhir, dia mencoba mengampanyekan jalur khusus bagi penyintas. Secara tak langsung, ini menyinggung fenomena di Korea Selatan yang seolah "mendewakan" masuk perguruan tinggi terkait gambaran masa depan. 

6. Tingkat kesadaran yang masih minim terhadap kebutuhan kelompok minoritas

All of Us are Dead (dok. Netflix/All of Us are Dead)

Pada suatu adegan singkat yang berlokasi di kamp pengungsian, petugas tampak sedang membagikan makanan kepada para pengungsi yang mengantre. Salah satu pengungsi menyatakan bahwa dia tak bisa memakan babi. Kendati demikian, petugas tetap memintanya untuk menerima saja apa yang diberikan.

Jika ditelaah lebih rinci, dialog dan adegan singkat tersebut mewakili tingkat kesadaran yang masih kurang terhadap kelompok minoritas di Korea Selatan. Dalam konteks ini, kelompok minoritas tersebut merujuk pada agama, tepatnya Islam. Pasalnya, muslim memang diharamkan untuk mengonsumsi babi seperti penggalan dialog tersebut. Pemeluk agama Islam juga tergolong dalam kelompok minoritas di Korea Selatan.

Selain bercerita tentang zombi, serial garapan Netflix ini rupanya juga mencoba lebih membuka mata penonton tentang fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan. Apakah kamu sadar dengan makna tersirat tersebut?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmadila Eka Putri
EditorRahmadila Eka Putri
Follow Us