7 Hal tentang Park Gi Ppeum yang Tak Diduga Kang Da Wit di Pro Bono

- Orang tua Gi Ppeum tidak bisa berbicara, membuatnya tumbuh dalam kesunyian
- Kehidupan sulit Gi Ppeum menunjukkan idealisme bukan hanya berasal dari keluarga bahagia
- Kebiasaan komunikasi Gi Ppeum dengan tangan berasal dari pengalaman ketidakadilan ayahnya
Di Pro Bono, Kang Da Wit (Jung Kyung Ho) sempat yakin bahwa ia sudah bisa membaca orang dengan cepat. Termasuk Park Gi Ppeum (So Ju Yeon), bawahannya yang menurutnya terlalu idealis dan dibesarkan di keluarga yang penuh kasih sayang dan tak kekurangan.
Namun seiring waktu, satu per satu asumsi itu runtuh. Gi Ppeum ternyata bukan sosok polos yang hidupnya mudah, melainkan pribadi dengan latar belakang keluarga yang rumit. Hal ini perlahan memukul pelan hati Da Wit, apakah orang yang percaya keadilan benar ada itu hanya orang-orang yang bahagia? Inilah tujuh hal tentang Park Gi Ppeum yang tak pernah diduga Kang Da Wit di Pro Bono.
1. Hal pertama yang tak pernah diduga Da Wit adalah orang tua Gi Ppeum tidak bisa berbicara. Ia tumbuh dalam rumah yang “sunyi”

2. Menurut Da Wit, orang yang punya idealis seperti Gi Ppeum pasti dibesarkan dalam keluarga yang bahagia. Nyatanya, kehidupan Gi Ppeum cukup sulit

3. Da Wit kerap kesal melihat Gi Ppeum berbicara dengan tangan yang selalu bergerak. Nyatanya, itu kebiasaan Gi Ppeum berkomunikasi dengan orang tuanya

4. Idealisme Gi Ppeum lahir dari pengalaman ketidakadilan. Ayah Gi Ppeum pernah menjadi korban penipuan hingga kehilangan tokonya

5. Artinya, Gi Ppeum tidak asing dengan dunia yang tidak adil. Ia hanya memilih untuk tidak menyerah padanya

6. Gi Ppeum bisa tetap percaya pada keadilan bukan karena tidak pernah menderita, tapi karena ia tahu betul rasanya kehilangan

7. Di balik keyakinannya yang teguh, Gi Ppeum menyimpan ketahanan emosional yang besar. Ia tidak keras seperti Da Wit, tapi juga tidak rapuh

Park Gi Ppeum di Pro Bono bukanlah sosok idealis yang lahir dari kenyamanan, melainkan dari keluarga sederhana yang mengajarkannya bertahan tanpa suara. Dan bagi Kang Da Wit, menyadari hal-hal ini berarti menghadapi kenyataan yang tak mudah.



















