5 Tips Hadapi Konflik Rumah Tangga ala When Life Gives You Tangerines

Drama Korea When Life Gives You Tangerines menyoroti realitas pahit yang sering dialami perempuan setelah menikah, terutama dalam keluarga tradisional. Oh Ae Sun (IU) harus tinggal bersama mertua yang menekan dirinya agar memiliki anak laki-laki, sementara suaminya, Gwan Sik, sibuk bekerja sebagai buruh nelayan. Tekanan dari nenek Gwan Sik semakin membuat Ae Sun kehilangan harga diri, hingga ia tak bisa mempertahankan haknya sebagai istri dan ibu.
Konflik rumah tangga seperti ini bukan hal yang jarang terjadi, terutama dalam lingkungan yang masih memegang teguh nilai patriarki. Namun, dari kisah Ae Sun, ada banyak pelajaran berharga tentang cara menghadapi konflik rumah tangga dengan bijak. Yuk, simak sederet tips ini yang bisa kamu terapkan agar tetap kuat dalam menghadapi tekanan keluarga setelah menikah!
1. Komunikasi yang jujur dengan pasangan

Salah satu kunci utama dalam menghadapi konflik rumah tangga adalah komunikasi yang terbuka dengan pasangan. Oh Ae Sun sempat merasa sendirian karena Yang Gwan Sik selalu sibuk bekerja, tetapi akhirnya Gwan Sik turun tangan setelah menyadari penderitaan istrinya. Ketika pasangan memahami masalah yang kita hadapi, solusi bisa lebih mudah ditemukan.
Menceritakan perasaan dengan jujur bisa membantu pasangan mengerti kondisi yang kita alami. Jangan ragu untuk berdiskusi tentang hal-hal yang membuatmu tertekan. Dengan begitu, kamu dan pasangan bisa mencari jalan keluar bersama tanpa harus terus menanggung beban sendirian.
2. Jangan biarkan tekanan mertua mengendalikan hidupmu

Oh Ae Sun selalu ditekan untuk memiliki anak laki-laki dan bahkan diberi mantra agar bisa hamil anak laki-laki. Ini mencerminkan bagaimana mertua kadang terlalu ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Namun, penting untuk menetapkan batasan agar kehidupan pernikahan tetap sehat dan harmonis.
Kita bisa bersikap sopan tetapi tetap tegas dalam menolak tekanan yang tidak masuk akal. Jangan biarkan pendapat mertua membuatmu kehilangan kendali atas keputusan dalam rumah tanggamu. Ingatlah bahwa kebahagiaan dan kesehatan mentalmu juga penting dalam menjalani pernikahan, ya.
3. Pertahankan hak sebagai istri dan ibu

Oh Ae Sun tidak hanya ditekan sebagai istri, tetapi juga sebagai ibu. Nenek Yang Gwan Sik bahkan melarang cicitnya naik sepeda, yang menunjukkan bahwa kendali keluarga mertua bisa sampai ke anak-anak. Ini menjadi pengingat bahwa seorang ibu harus bisa mempertahankan haknya dalam mengasuh dan mendidik anaknya.
Menghadapi situasi seperti ini, penting untuk memiliki pendirian yang kuat. Berbicaralah dengan pasangan agar bisa bersama-sama melindungi hak sebagai orang tua. Anak-anak berhak tumbuh dalam lingkungan yang sehat tanpa terjebak dalam tradisi yang mengekang.
4. Membangun kemandirian agar tidak bergantung pada keluarga mertua

Salah satu alasan mengapa Oh Ae Sun sulit melawan tekanan adalah karena ia bergantung pada keluarga suaminya. Tinggal bersama mertua tanpa memiliki kemandirian finansial atau pilihan lain membuatnya terjebak dalam situasi yang tidak sehat.
Memiliki kemandirian, baik secara finansial maupun emosional, sangat penting dalam menjalani pernikahan. Jika memungkinkan, pasangan suami-istri bisa mulai merencanakan untuk hidup mandiri tanpa terlalu bergantung pada keluarga besar. Dengan begitu, tekanan dari pihak luar bisa diminimalkan.
5. Berani mengambil keputusan untuk kebahagiaan keluarga

Puncak konflik dalam drama ini terjadi ketika Yang Gwan Sik akhirnya membawa Oh Ae Sun dan anak-anaknya pergi setelah bertengkar hebat dengan ibu dan neneknya. Ini menunjukkan bahwa dalam beberapa situasi, meninggalkan lingkungan yang toksik bisa menjadi pilihan terbaik untuk kebahagiaan keluarga.
Jika tekanan keluarga mertua sudah melewati batas, jangan takut untuk mengambil keputusan besar demi kesehatan mental dan kesejahteraan keluarga kecilmu, ya. Terkadang, berani keluar dari zona nyaman adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Drama When Life Gives You Tangerines memberikan gambaran nyata tentang konflik rumah tangga yang sering terjadi dalam budaya patriarki. Namun, dengan komunikasi yang baik, menetapkan batasan, menjaga hak sebagai istri dan ibu, serta berani mengambil keputusan besar, kita bisa menghadapi konflik dengan lebih bijak. Ingat, kebahagiaan dalam pernikahan adalah hak setiap orang, dan tidak ada yang boleh merampasnya!