4 Gambaran Kehidupan Wanita Istana di The Queen Who Crowns

Drakor The Queen Who Crowns (2025) menceritakan tentang salah satu wanita paling berpengaruh di Joseon, Ratu Wongyeong. Mengangkat kisah nyata tokoh sejarah pastinya membuat tim produksi berusaha menggambarkan situasi dan budaya saat itu. Kehidupan dalam istana di era Dinasti Joseon juga pasti turut digambarkan dalam drama.
Banyak catatan sejarah mengenai Raja Joseon yang bisa diakses secara mudah. Namun, kehidupan wanita dalam istana juga gak boleh dilupakan begitu saja. Kenyataannya, persaingan wanita dalam istana juga lebih intens daripada di luar.
Kemegahan istana gak luput dari banyaknya peraturan yang wajib dipatuhi penghuninya. Lalu, apa saja gambaran kehidupan wanita istana di drakor The Queen Who Crowns?
Peringatan, artikel ini mengandung spoiler.
1. Menjadi ratu adalah impian semua wanita, terutama para selir bangsawan

Gelar ratu gak bisa didapatkan secara mudah. Banyak syarat yang harus dipenuhi seorang perempuan untuk lolos dan menikah dengan putra mahkota. Hal ini disebabkan karena gelarnya akan menjadi ratu ketika putra mahkota naik tahta menjadi raja.
Sosok ratu adalah perempuan paling penting, gak hanya di lingkungan istana, namun juga bagi seluruh negeri. Ratu menjadi contoh bagi seluruh wanita di pelosok daerah. Makanya, Ratu harus berasal dari keluarga yang berpengaruh serta berpendidikan.
Ratu gak hanya ibu dari anaknya sendiri saja. Dia akan menjadi ibu secara hukum bagi seluruh anak laki-laki raja. Setelah raja meninggal, ratu akan diangkat menjadi Ratu Janda Permaisuri. Kekuasaan ini menjadi salah satu keinginan banyak orang terutama para selir raja, lho.
2. Butuh banyak seleksi dan kontribusi besar untuk menjadi seorang ratu

Tugas Ratu adalah untuk mengatur seluruh kehidupan yang ada di dalam istana. Seluruh anak raja bahkan para selir akan diurus langsung oleh ratu. Ratu bahkan berhak memberi gelar para selir raja, lho.
Untuk menjadi ratu, para perempuan tersebut harus melewati banyak tahap seleksi. Bahkan, latar belakang keluarganya harus bersih dari masalah hukum dan penyimpangan. Mereka bahkan menjalani ini untuk mencari kecocokan dalam mengemban kewajiban sebagai putri mahkota atau seorang ratu.
Jika dalam drakor, Ratu Wongyeong (Cha Joo Young) gak melewati berbagai tahap seleksi. Dia diangkat menjadi ratu karena kontribusi dan dukungannya pada sang suami.
3. Selir akan naik tingkat jika telah melahirkan pangeran

Kerajaan akan mulai memilih selir ketika ratu gak melahirkan seorang anak laki-laki yang akan mewarisi tahta. Namun, seorang wanita bisa diangkat menjadi selir ketika raja tertarik kepadanya. Dengan catatan, wanita ini bisa dipilih dari pelayan istana.
Namun, menjadi selir juga gak bisa dikatakan mudah, mereka akan diberi gelar ketika telah melahirkan seorang anak laki-laki raja. Mereka juga bisa menaikkan gelarnya ketika menjadi sosok favorit raja atau punya hubungan dekat dengan ratu. Namun, melahirkan anak laki-laki raja adalah jalan tercepat bagi selir untuk menaikkan gelarnya.
4. Para dayang gak diperbolehkan menikah seumur hidup

Menjadi dayang istana juga butuh banyak latihan. Mereka bekerja melayani keluarga kerajaan bisa lebih dari 12 jam. Banyak keluarga yang mengirim anak perempuan mereka untuk menjadi dayang sejak kecil.
Biasanya, mereka berasal dari kalangan menengah hingga bawah. Makanya, menjadi seorang dayang bisa cukup menopang kebutuhan keluarga mereka. Namun, para dayang ini gak diperbolehkan menikah setelah masuk istana, lho.
Kehidupan wanita di dalam istana juga gak seindah bayangan rakyat. Mereka juga menghadapi kesulitan tersendiri, seperti yang lainnya. Bahkan, pergerakan mereka bisa lebih terbatas daripada wanita di luar istana, lho. Menurutmu, apakah kamu sanggup jika menjadi salah satu wanita istana seperti di drakor The Queen Who Crowns?