Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Manusia Perlu Mesin Emosi di Film The Great Flood?

cuplikan film The Great Flood
cuplikan film The Great Flood (dok. Netflix/The Great Flood)

Film orisinal Netflix, The Great Flood berlatarkan dunia yang nyaris runtuh akibat banjir besar. Ketika peradaban berada di ambang kepunahan, manusia dalam film ini tidak hanya berusaha bertahan secara fisik, tetapi juga mencari cara menjaga eksistensi mereka melalui teknologi.

Di titik inilah proyek Mesin Emosi diperkenalkan. Bukan sebagai teknologi spektakuler, melainkan pendekatan yang lebih personal dan manusiawi. Lalu, apa sebenarnya Mesin Emosi yang ada di film The Great Flood dan mengapa mereka sampai perlu menciptakannya?

1. Mesin Emosi bukan robot

cuplikan Kwon Eun Seong sebagai Shin Ja In di film The Great Flood
cuplikan Kwon Eun Seong sebagai Shin Ja In di film The Great Flood (instagram.com/netflixkr)

Hal pertama yang perlu diluruskan adalah bahwa Mesin Emosi dalam The Great Flood bukanlah robot. Film ini bahkan tidak langsung menjelaskannya sejak awal. Penonton mula-mula hanya diajak mengikuti kisah penyelamatan seorang ibu dan anak dari banjir besar. Dengan bantuan Son Hee Jo (Park Hae Soo), petugas keamanan yang ditugaskan mengevakuasi Gu An Na (Kim Da Mi), cerita perlahan mengarah pada fakta bahwa Gu An Na merupakan salah satu anggota terakhir dari proyek penelitian di Darwin Center.

Baru ketika mereka mencapai lantai paling atas gedung untuk dievakuasi, penonton mulai memahami bahwa Shin Ja In (Kwon Eun Seong) bukanlah anak manusia biasa. Meski tumbuh, hidup, dan diperlakukan seperti manusia, Shin Ja In adalah manusia buatan yang ditanamkan Mesin Emosi, sekaligus subjek utama eksperimen yang selama ini dirawat langsung oleh Gu An Na.

2. Mesin Emosi dibangun dari pengalaman, bukan sekadar data

cuplikan film The Great Flood
cuplikan film The Great Flood (instagram.com/netflixid)

Ide awal Mesin Emosi diceritakan secara maju mundur. Gu An Na sempat mengusulkan penciptaan emosi melalui pengalaman hidup, tapi gagasan ini ditolak oleh kepala penelitinya karena dianggap membutuhkan waktu terlalu lama.

Sebagai jalan tengah, Gu An Na kemudian mengusulkan pendekatan lain dengan memulai prosesnya dari seorang anak. Dengan menciptakan bayi dari tubuh biologis dan pikiran sendiri, pembentukan emosi dinilai bisa dicapai sekitar 5 tahun.

Selama periode itu, Gu An Na merawat Shin Ja In seperti anaknya sendiri. Ia membesarkannya dalam struktur keluarga yang utuh, mengenalkannya pada sosok ayah, nenek, serta kehidupan sehari-hari yang manusiawi. Semua ini dilakukan bukan untuk menciptakan kecerdasan buatan yang tidak sekadar pintar, tapi membangun emosi yang lahir dari keterikatan.

3. Bencana banjir menjadikan Mesin Emosi aset berharga

cuplikan film The Great Flood
cuplikan film The Great Flood (instagram.com/netflixid)

Tabrakan asteroid yang menyebabkan Seoul terendam banjir besar menjadi titik balik cerita. Bencana ini sebenarnya telah diprediksi sebelumnya, tapi tidak pernah diumumkan ke publik karena dianggap tidak dapat dicegah. Dalam situasi inilah, Darwin Center mulai mengembangkan konsep manusia baru. Proyek Mesin Emosi bukan lagi sekadar penelitian, melainkan harapan terakhir bagi kelangsungan umat manusia.

4. Mesin Emosi sebagai upaya menciptakan manusia baru setelah kepunahan

cuplikan film The Great Flood
cuplikan film The Great Flood (instagram.com/netflixid)

Tragedi dalam film ini tidak berhenti pada bencana banjir. Gu An Na sendiri harus kehilangan nyawanya akibat kecelakaan pesawat luar angkasa. Ia pun akhirnya menyerahkan diri sebagai subjek eksperimen Mesin Emosi Ibu.

Keputusan tersebut juga untuk menyelesaikan proyeknya, yaitu menciptakan manusia baru. Dimulai dari anak yang sudah terbentuk pada Shin Ja In, lalu dilengkapi oleh pengalaman seorang ibu. Hal ini menegaskan bahwa emosi manusia tidak bisa berdiri sendiri, melainkan tumbuh dari relasi.

The Great Flood mengingatkan bahwa tubuh manusia mungkin bisa diciptakan ulang, tapi tanpa emosi, relasi, dan pengalaman hidup, semuanya akan terasa kosong. Karena itulah, manusia dalam film ini membutuhkan Mesin Emosi. Bukan untuk menjadi lebih kuat, melainkan untuk tetap menjadi manusia yang bisa merasa. Buat kamu yang penasaran, The Great Flood bisa ditonton di Netflix, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Korea

See More

Cha Hyun Seung Single's Inferno Dinyatakan Sembuh dari Leukimia

23 Des 2025, 23:44 WIBKorea