7 Realitas Pahit Jadi Perempuan di The Scandal of Chunhwa, Insightful!

The Scandal of Chunhwa dengan jelas menggambarkan bagaimana kehidupan perempuan yang terjebak dalam cekikan feodalisme kerajaan. Drama ini menyoroti realitas pahit yang dihadapi perempuan serta perjuangan para tokohnya untuk melawan ketidakadilan.
Berfokus pada kisah Putri Hwa Ri (Go Ara) dari Kerajaan Dongbangguk, The Scandal of Chunhwa menghadirkan banyak insight tentang bagaimana perempuan menentang norma patriarki di lingkungan kerajaan yang penuh aturan kaku. Berikut tujuh realitas pahit yang dialami perempuan dalam The Scandal of Chunhwa. Simak selengkapnya!
1. Perempuan seringkali tidak memiliki pilihan atas hidupnya sendiri, sebagaimana pernikahan seorang putri harus ditentukan oleh pihak kerajaan

2. Jika mereka menentang tradisi yang sudah ada, perempuan justru dicap sebagai pembuat onar. Seperti halnya Putri Hwa Ri yang mau memilih calon suaminya sendiri

3. Perselingkuhan oleh suami yang terjadi di pernikahan, justru dianggap aib bagi istrinya. Hal ini terjadi pada Putri Hyo Jin yang harus diam saat suaminya suka main perempuan

4. Sekalipun banyak orang yang merasa itu hal yang salah, tapi masyarakat seringkali lebih memihak laki-laki daripada perempuan

5. Hidupnya tak pernah bahagia, Putri Mahkota merasa terkekang menjadi perempuan yang tindakannya selalu dibatasi

6. Sebagaimana Putri Mahkota yang harus memberi keturunan, perempuan seringkali hanya dianggap sebagai objek seksualitas

7. Putri Hwa Ri sering menyuarakan pendapat akan masalah kerajaan tapi diabaikan, menunjukkan bahwa perempuan dibungkam meski memiliki wawasan dan keberanian

Melalui kisahnya, The Scandal of Chunhwa menegaskan bahwa perempuan kerap dihadapkan pada batasan yang mengekang. Namun, mereka tetap mampu melawan dengan cara mereka sendiri. Menarik, ya?