Depresi menjadi salah satu gangguan kesehatan mental yang telah diderita oleh banyak aktor Korea. Mereka merasa kesulitan menghadapi berbagai situasi saat mengalaminya. Mereka juga kesusahan dalam berjuang untuk mengatasinya.
Aktor Korea berikut ini pernah menceritakan pengalamannya saat menderita depresi. Mereka merasa ketakutan hingga sedih berlebihan dalam menjalani berbagai hal, akibat kesehatan mentalnya yang memburuk. Yuk, simak!
Melalui wawancara pada 2017, Go Kyung Pyo mengaku pernah diperlakukan selayaknya bukan manusia di masa lalu. Situasi yang rumit membuatnya menyadari, betapa dirinya juga pernah menghakimi orang lain seperti orang-orang yang kurang memperlakukannya dengan baik. Ia jadi malu akan dirinya sendiri.
Ia juga sempat menderita depresi dan serangan panik pada masa pertengahan drama Reply 1988 (2015) dan Youth Over Flowers (2016) di Afrika. Kondisinya yang buruk membuatnya harus mengonsumsi obat. Ia jadi merasa bersalah karena telah menjadi beban untuk sutradara Shin Won Ho selama syuting drama tersebut.
Namun, Go Kyung Pyo merasa keadaannya sudah membaik kini. Ia juga jadi lebih belajar untuk mendengarkan pendapat orang lain ketimbang terpaku pada perspektifnya sendiri. Pasalnya, ia menyadari dirinya perlu menghormati orang lain agar bisa dihargai. Ia belajar dari pengalaman, bahwa dirinya tak bisa hidup dengan cara suka membuat masalah.
Di program Healing Camp pada 2013, Lee Byung Hun mengaku pernah menderita serangan panik dan depresi. Ia telah melunasi utang keluarganya setelah syuting drama Beautiful Days (2001) selesai. Drama itu sangat populer. Namun, ia justru merasa seolah terkunci di tempat sekecil kamar mandi sendirian.
Lee Byung Hun pun didiagnosis menderita depresi. Ia menyadari, depresinya hadir setelah masa sulitnya dalam melunasi utang berlalu. Ia merasa situasi tersebut sangat parah, seolah ia sekarat setiap saat. Sang aktor juga merasa sangat kesulitan selama 2 bulan menanggungnya.
Lee Byung Hun jadi selalu mempertanyakan alasannya membuka mata setiap terbangun, karena merasa kebahagiaan hanya hadir padanya saat tidur. Ia merasa lelah, hingga terus menghitung detik-detik berlalu. Pasalnya, ia bahkan tak yakin dapat bertahan selama semenit lagi dalam menanggungnya. Setelah menderita depresi itu, ia mengalami gangguan panik.
Untuk mengatasinya, Lee Byung Hun telah mengonsumsi obat dari dokter. Namun, ia tetap merasakan gangguan panik ketika berada di depan banyak orang. Ia memang merasa baik-baik saja saat berakting. Namun, ia menjadi ketakutan saat hadir di ajang penghargaan maupun acara fan meeting.
Di program Please Take Care of My Refrigerator pada 2019, Lee Yi Kyung mengatakan, dirinya putus sekolah saat masih SMA. Ia pun bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia bekerja di toko penyewaan DVD dan buku komik. Toko yang telah merugi selama 8 bulan itu, mendadak mendapat keuntungan lebih usai 3 bulan.
Alhasil, pemiliknya meminta Lee Yi Kyung yang masih remaja untuk mengelola toko tersebut. Sang aktor pun mengungkap alasannya putus sekolah, yaitu karena dirinya yang menekuni olahraga sejak masih muda harus berhenti karena cedera. Impiannya yang sirna membuatnya menderita depresi.
Sang ayah yang memahami kondisinya meminta Lee Yi Kyung untuk menjalani apa yang ingin dilakukannya saja, tanpa perlu memaksakan diri untuk sekolah. Sang ayah pun menandatangani surat pengunduran diri Lee Yi Kyung dari sekolah. Sebab, di program Hangout With Yoo pada 2022, Lee Yi Kyung memang mengaku ingin berhenti belajar saat menderita depresi.
Melalui postingan Instagram pada Juni lalu, Ryu Seung Soo mengaku menderita gangguan panik, gangguan kecemasan, dan depresi selalam lebih dari 30 tahun. Di antara pengobatan dan perawatan lainnya, ia merasa olahraga menjadi obat terbaik. Ia pun menyarankan publik untuk mulai berolahraga. Bahkan, ia merasa meluangkan waktu untuk berolahraga adalah hal yang penting.
Dalam sebuah wawancara, Lee Joon Gi mengaku merasa drama Two Weeks (2013) kerap menguras sisi emosionalnya saat syuting. Bahkan, setelah proses syutingnya rampung, ia merasa hampa. Ia sengaja tidak mengambil pekerjaan apa pun untuk beristirahat sejenak, tetapi mendadak dirinya merasa keputusan itu salah. Sebab, ia jadi sangat murung.
Apalagi, Lee Joon Gi merasa hanya pekerjaan yang bisa membuatnya tidak merasa hampa. Ia menyatakan, beberapa hari setelah drama itu berakhir, ia sebenarnya baik-baik saja. Namun, perasaan sedih mendadak menghampirinya. Perubahan suasana hatinya menjadi intens, ketika dirinya mulai merasa sedih yang diikuti oleh depresi.
Untuk melepaskan diri dari gejolak emosi tersebut, Lee Joon Gi sudah mencoba menghubungi dan bertemu teman-temannya. Namun, ia merasa hal itu tidak menyelesaikan masalah. Sebab, perasaan sedih itu muncul lagi setelah ia selesai nongkrong dengan temannya. Ia pun jadi ingin segera memulai proyek lain untuk mengalihkan perasaannya. Ia juga meyakini, bahwa waktu akan membuat keadaannya membaik.
Selain itu, Lee Joon Gi juga berencana untuk mengadakan fan meeting untuk menambah kesibukannya. Publik jadi mengkhawatirkan kondisinya usai wawancara ini. Namun, agensinya menyatakan, Lee Joon Gi hanya terlalu berdedikasi dalam mendalami perannya di drama itu. Mereka memastikan, kondisi artisnya tidak seserius yang terlihat.
Di program New Item Release, Convenience Store Restaurant pada 2019, Jung Il Woo mengaku menderita aneurisma serebral saat berusia 27 tahun. Saat didiagnosis menderita penyakit tersebut, ia merasa terkejut hingga tak bisa keluar rumah karena kecemasan dan depresi. Ia menjalani hidupnya seperti itu selama lebih dari sebulan.
Namun, Jung Il Woo akhirnya menyadari, setiap orang tak tahu kapan mereka akan meninggal. Jadi, ia pun berpikir untuk menikmati masa kini sambil melakukan semua hal yang diinginkannya. Dengan pola pikir itu, ia pergi ke Santiago. Ia merasa paling bahagia di sana, karena bisa hidup selayaknya dirinya di usia pertengahan 20-an. Ia juga tetap rutin memeriksakan penyakitnya setiap 3 bulan.
Tidak mudah bagi aktor Korea di atas untuk menghadapi depresi yang mengusik kehidupan sehari-hari maupun pekerjaannya. Namun, mereka tetap berusaha keras untuk mengatasinya. Publik juga berharap, kondisi mereka bisa membaik seiring dengan berjalannya waktu.
Siapa saja bisa mengalami depresi, termasuk dirimu. Namun, ada baiknya untuk tidak menganggap bahwa bunuh diri bisa menjadi solusi atas permasalahanmu. Jika membutuhkan dukungan kesehatan mental dan psikososial, kamu bisa menghubungi nomor +628113855472 (Love Inside Suicide Awareness). Kamu juga bisa mengakses bagaimana menjaga kesehatan mental dan menghubungi layanan profesional di laman Pencegahan Bunuh Diri Into The Light Indonesia, www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri.