3 Jenis Partnership yang Wajib Diketahui Para Pendiri Startup!

"Karena berdua atau beramai-ramai selalu lebih baik daripada sendirian."
Dalam membangun bisnis, perusahaan start-up tidak akan bisa menghindari kebutuhan untuk beriklan atau marketing, yang seringkali bisa jadi beban yang cukup besar. Dengan strategi partnership yang tepat, kamu bisa mencapai tujuanmu sambil menekan biaya.
Dilansir dari entrepreneur.com, entah perusahaanmu business to business (B2B) atau business to consumer (B2C), ada tiga jenis partnership yang bisa kamu perhitungkan.
1. Awareness Partnership

Tujuan dari awareness partnership ini adalah untuk meningkatkan visibilitas dan pengenalan untuk nama brand-mu. Partnership ini mungkin tidak akan langsung meningkatkan penjualanmu, tapi saat makin banyak orang tahu nama perusahaanmu, mereka akan mulai mempertimbangkan brand-mu untuk kebutuhan mereka.
Beberapa contoh awareness partnership ini adalah selebriti di media sosial, pers atau media dan partner distribusi besar lainnya.
Yang harus kamu ingat dari partnership ini adalah pesanmu harus jelas dan merefleksikan personality brand-mu, selain fungsi dan manfaatnya bagi calon konsumen. Perhatikan juga apakah partnership tersebut sejalan dengan target marketmu. Misalnya nih, kalau produk barang atau jasamu menyasar anak muda, kamu bisa berpartner dengan Indonesian Times, yang memang ditujukan untuk anak muda (sedikit numpang promosiin diri sendiri boleh dong? Hehehe...)
2. Brand Partnership

Masih bingung? Gini sederhananya. Misalnya kamu punya rumah makan dengan segmen keluarga. Lalu kamu berpartner dengan bank A yang juga menyasar keluarga, atau produk minuman A yang juga menyasar keluarga. Kalau brand yang berhasil kamu ajak berpartner ini memiliki image baik yang sudah kuat di masyarakat, maka kesan konsumen terhadap rumah makanmu pun akan berbeda. Bentuk partnership-nya pun bisa beraneka ragam, mulai dari kontes, campaign, distribusi atau strategi jangka panjang lainnya. Masih ingat bagaimana Xiaomi memilih masuk Indonesia dengan berpartner dengan Lazada kan?
#Uhuk
*Okay, kali ini penulis menahan diri untuk nggak promosiin diri sendiri*
3. Functional partnership

Partnership jenis ini bisa meningkatkan fungsionalitas produk yang kamu tawarkan kepada konsumen. Dengan partnership jenis ini, kedua brand akan bisa mengoptimalkan fungsi produknya, dan memberi kepuasan lebih untuk pengguna.
Contohnya adalah ketika Samsung memutuskan berpartner dengan Flipboard dan aneka aplikasi yang disasarkan pada orang-orang muda. Tujuan Samsung adalah untuk memberikan pengalaman yang lebih menyenangkan bagi pengguna ponselnya. Bagi Flipboard dan berbagai pengembang aplikasi hal ini adalah keuntungan besar, karena Samsung sedang melaju sebagai produsen ponsel nomor satu dunia. Contoh lainnya adalah ketika produsen elektronik menjual produknya secara bundling dengan provider seluler yang memiliki segmen pasar yang beragam.
Seringkali, functional partnership menghasilkan ROI yang besar tapi lebih banyak menguntungkan junior brand. Kedua brand yang berpartner juga membutuhkan banyak dedikasi untuk kerja sama ini.
Sebagai perusahaan start-up, mencari partner adalah hal yang gampang-gampang susah, tapi bila kamu bisa mengeksekusinya dengan benar, partnership bakal bisa membawa start-up mu ke level yang tak bisa kamu capai sendirian! Tetap semangat ya bro!
Apakah artikel ini berguna untukmu? Ayo bagikan ke teman-temanmu dan dapatkan Tablet Android Mito T330 atau Sony LED TV. Keterangan selengkapnya bisa kamu baca di www.idntimes.com/sharingiscaring