5 Alasan Mengapa Pegawai Bernafsu Menjilat Atasan, Tanda Cari Muka?

Tak mau menunggu proses, ada segelintir pegawai yang ingin kariernya melesat cepat menduduki posisi tinggi dengan jalan pintas. Tidak semua sih, namun segelintir orang tersebut memang biasanya akan menyingkirkan orang-orang yang dianggap akan menggeser posisinya dan jabatannya di kantor.

Dengan berbagai cara, ia akan begitu bernafsu menjilat atasan dengan meninggi-ninggikan dirinya sendiri dan merendahkan pegawai lainnya.

Ketika mencium gelagat aneh pegawai lain yang lebih rajin, ia akan merasa posisinya semakin terancam. Jika tidak pandai-pandai mengatur siasat, bisa saja orang lain akan menggantikan kedudukannya dengan cepat.

Karena merasa terancam posisinya akan digantikan orang lain, jalan pintas yang dilakukannya memang tak jauh-jauh dari kegiatan menjilat atasan.

Meski jarang ada, ada segelintir orang yang merasa bahagia saat melihat orang lain menderita, lho. Termasuk dalam dunia kerja, ada saja satu orang yang gemar melakukan hal-hal tak baik kepada orang lain. Salah satu perilaku tak terpujinya biasanya akan menceritakan keburukan rekan kerjanya kepada atasannya secara berlebihan.

Karena masalah ekonomi, orang rela "menginjak-injak" pegawai lain agar ia selalu berada di posisi atas dekat dengan atasan. Posisi tinggi memang selalu berbanding lurus dengan tingginya pendapatan. Hal tersebut membuat orang tak mengindahkan norma.

Hasrat untuk meningkatkan perekonomian pribadi membuatnya semakin brutal menyingkirkan orang-orang yang dianggap "lebih" darinya.

Tak hanya dalam lingkup kerja, urusan pribadi masing-masing juga biasanya menjadi alasan pegawai senang sekali mencari muka di depan atasan. Tak segan, pegawai seperti ini akan sibuk mencari pembenaran ke sana kemari dengan harapan orang yang tak sepaham dengannya akan segera tersingkir.

Jika pegawai tersebut memang dekat atasan, niat menyingkirkan pegawai yang kontra dengannya pun akan berjalan mulus tanpa kendala. 

Ya, setiap pegawai memang sejatinya memiliki keinginan untuk maju dan berkembang dalam sebuah sistem kerja tertentu. Namun, jika cara yang dilakukan disertai dengan embel-embel menjilat atasan dan sengaja mencari borok pegawai lain, sepertinya trik tersebut tidak sepenuhnya benar.

Ingat, ya, kerja bukan hanya rajin, patuh, dan cermat, namun juga harus disertai dengan prinsip-prinsip kebaikan agar hidup berkah. Jadi, tetap bekerja dengan amanah, ya? Toh, uang yang didapatkan tidak akan dibawa mati, bukan?