Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bahaya Sering Membawa Pekerjaan ke Rumah, Gak Dekat dengan Anak

ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sudah semestinya kita bersemangat dalam bekerja. Bekerja bukan hanya kegiatan untuk mencari nafkah, melainkan juga untuk mengaktualisasikan diri serta agar kita menjadi manusia yang berguna.

Namun, bedakan antara semangat bekerja dengan sikap kurang profesional sehingga mencampuradukkan pekerjaan dengan kehidupan kita di rumah. Untuk kita yang sehari-hari bekerja di kantor, rumah wajib menjadi tempat melepas penat.

Sama halnya dengan orang yang sehari-harinya bekerja dari rumah, saat dia bepergian merupakan waktunya untuk refreshing. Bahaya sekali apabila kita meneruskan kebiasaan membawa pekerjaan kantor ke rumah. Maksimalkan saja kerja kita di kantor daripada beberapa hal berikut ini terjadi!

1. Waktu istirahat tidak maksimal

ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/MART PRODUCTION)

Bekerja selama 8 jam di luar rumah masih ditambah dengan waktu perjalanan ke dan dari kantor tentunya sudah menyita energi kita. Sesekali terpaksa membawa pekerjaan ke rumah mungkin masih tidak masalah. Namun bila setiap hari begini, kapan kita akan beristirahat?

Waktu untuk istirahat menjadi terpangkas karena urusan pekerjaan yang tak ada habisnya. Tubuh kita lelah, secara psikis pun kita penat. Kita pergi tidur diantar oleh pekerjaan dan bangun pagi untuk kembali menyongsong pekerjaan.

2. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi kurang dekat

ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/Yan Krukov)
ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/Yan Krukov)

Jika kita masih single dan hidup sendiri, hal ini tak perlu terlalu dipikirkan. Akan tetapi setelah kita memiliki pasangan apalagi anak, jangan mempertaruhkan hubungan kita dengan mereka cuma buat meladeni pekerjaan. 

Bekerja tetap penting sebagai sumber nafkah. Namun menjaga kualitas hubungan kita dengan keluarga juga tak bisa ditaruh di nomor dua.

Suatu saat nanti kita akan berhenti bekerja di kantor dan sepenuhnya berada di rumah. Kita bakal kesepian berat apabila tidak dekat dengan pasangan dan anak.

3. Jenuh karena terus bekerja

ilustrasi stres kerja (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi stres kerja (pexels.com/Vlada Karpovich)

Di kantor bekerja, di rumah pun masih bekerja. Mending kalau jenis pekerjaannya berbeda, seperti saat kita mengambil pekerjaan sampingan. Perbedaan jenis pekerjaan yang dilakukan di rumah dengan di kantor malah bisa menjadi sarana refreshing tipis-tipis sambil tetap mengumpulkan uang.

Namun bila kita hanya memboyong pekerjaan kantor ke rumah, kita pasti merasa sangat jenuh. Akibat berikutnya adalah bekerja selama apa pun tak lagi menjamin hasil kerja kita memuaskan. Emosi kita juga berubah negatif dan anggota keluarga dapat menjadi sasaran pelampiasan kekesalan.

4. Kerap meninggalkan dokumen penting di rumah

ilustrasi membawa dokumen (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi membawa dokumen (pexels.com/cottonbro)

Dokumen penting memang seharusnya tidak dipindah-pindah. Bahkan meski kita punya kewenangan membawa dokumen ke luar kantor, lakukan hanya bila diperlukan sekali. Misalnya, saat menemui rekan bisnis terkait. Jangan malah membawanya ke rumah dijadikan kebiasaan.

Rumah merupakan area pribadi, sedangkan dokumen itu terkait pekerjaan. Pun di rumah ada anggota keluarga yang tidak tahu soal pentingnya dokumen tersebut. Selembar saja terjatuh lalu dibuang anggota keluarga atau dijadikan mainan oleh anak, bisa panjang urusannya.

5. Peran yang tidak maksimal baik di kantor maupun rumah

ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/Loren Castillo)
ilustrasi bekerja di rumah (pexels.com/Loren Castillo)

Campur aduknya kehidupan profesional dengan kehidupan pribadi kita bukan sesuatu yang bagus. Kita tidak lantas menjadi lebih produktif dengan membawa pekerjaan ke rumah. Justru ini dapat mengindikasikan kita gak jago mengoptimalkan performa diri selama di kantor.

Sebaliknya, peran kita di rumah sebagai suami atau istri dan orangtua juga bakal terbengkalai. Nanti terasa sekali ketika anak sakit atau perlu didampingi belajar. Anak bisa tak terurus atau prestasinya di sekolah menurun tajam karena kita kurang memperhatikannya.



Kantor didirikan secara fisik untuk menjadi tempat bekerja bagi seluruh karyawannya. Gunakan dengan baik jam kerja kita sehingga tidak perlu lagi membawa pekerjaan ke rumah.

Bekerja adalah bagian dari kehidupan orang dewasa. Akan tetapi jangan segala hal tentang hidup kita hanyalah soal pekerjaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us